Anda di halaman 1dari 70

TOKSISITAS PESTISIDA

Poltekkes kemenkes Bandung 2018


Pendahuluan
sejarah
• S.M.: penggunaan bongkah belerang sebagai fumigan,
penggunaan batu empedu kadal utk membunuh cacing
• 900 M: penggunaan senyawa arsenikum (Cina)
• 1700-1800: alam  nikotin, piretrin, rotenon
• 1800-1900 : insektisida anorganik (CS2, HCN, senyawa
tembaga), produk petroleum, senyawa organosintetik
pertama (2,4-dinitro-6-cresol)
• 1930-1950   : insektisida organik dikembangkan (DDT oleh
Muller, gas-gas syaraf oleh Schrader)
• sesudah 1950: pengembangan berbagai insektisida baru
(karbamat, piretroid sintetik).
1. PENDAHULUAN
• Pest = hama
Sida = membunuh
 senyawa kimia berasal dari alam, semi sintetik, maupun
sintetik yang digunakan untuk membunuh hama
• Penggunaan pestisida meningkat baik secara kulitas
maupun kuantitas
• Keuntungan : bidang kesehatan, kebutuhan pangan,
keamanan papan
• Kerugian   : toksisitas akut & (sub)kronik, kontaminasi di
lingkungan, fitotoksisitas, kualitas pangan
• PEMAKAIAN BERLEBIH  BAHAYA/TOKSIK DAN
MENCEMARI LINGKUNGAN
• Sering kali orang tidak menyadari bahwa mereka
keracunan pestisida karena gejala-gejalanya mirip
dengan masalah kesehatan lainnya misalnya pusing dan
gatal gatal
• Kebanyakan gejala-gejala ini tidak muncul dengan cepat,
seperti gangguan sistem syaraf atau kanker, orang tidak
menyadari bahwa penyakit mereka mungkin disebabkan
oleh pestisida
• Petani dan pekerja (industri pestisida) terpapar secara
rutin  kronis
KLASIFIKASI
• Berdasarkan tujuan penggunaannya:
*insektisida
* rodentisida
* herbisida
* fungisida
* bakterisida.
• Berdasarkan struktur :
* golongan organoklorin
* golongan organophosphat
* golongan karbamat.
• Menurut cara kerja:
* racun perut (melalui mulut)
* racun kontak (melalui kulit), dan
* racun pernapasan (melalui sal. pernapasan).
Pestisida berdasarkan struktur

Organofosfat
Organoklorin
Karbamat
Insektisida Waktu paruh (th)
Organoklorin
DDT 3-10
Heptaklor 7-12
Endrin 4-8
Toksafen 10
Aldrin 1-4
Dieldrin 1-7
Klordan 2-4
BHC 2
Organofosfat
Difonat 0,2
Klorfenvinfos 0,2
Karbofenotion 0,5
Karbamat
Karbofuran 0,05-1
Pestisida Organofosfat
• Dapat diabsorbsi melalui
hampir semua rute, inhalasi,
ingesti, dan absorbsi dermal.
• Efek toksikologi hampir semua
berkaitan dengan inhibisi AChE
pd sistem syaraf.
• Target organ utama : sistem
syaraf, jalur pernapasan, sistem
kardiovaskular.
• Toksisitas jg dpt disebabkan
karena pelarut atau komponen
lain.
Organophosphate

Nama Structure
Tetraethylpyrophosphate
(TEPP)
Parathion

Malathion

Sarin
Data Toksisitas
Mekanisme
Normal
Toksisitas

Keracunan OP

AChE + OP 
Toksikokinetika
• Absorbsi :
– Oral : 32P-dimethoate  absorbsi cepat, 26-100 %
terdapat di urin dlm 24 jam
– Inhalasi : parathion spray  absorbsi terhadap
jalur respiratori > 20 %
– Paparan dermal : absorbsi lambat, diperlama
(prolonged). Ambilan senyawa ditingkatkan oleh
pelarut air atau organik
• Distribusi :
Mengalami berbagai biotransformasi dan reaksi
dengan konstituen jaringan, sehingga sulit diamati.

Waktu paruh senyawa dan aktivitas inhibitori in vivo


relatif singkat.
• Metabolisme
– Oksidase
– Hidrolase
– Transferase
• Eliminasi
– Dapat dibagi berdasarkan kecepatan reaksi yg
terlibat
– Sebagian besar dpt didegradasi cepat
– Produk eliminasi sebagian besar memlalui urin,
sebagian kecil pd feses dan udara yg dikeluarkan
(2 hari)
Gejala keracunan organophosphate
Efek Gejala
1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
- Kejang perut
- Nausea dan vomitus
- Bradicardia
- Miosis
- Berkeringat

2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah


- Tremor
- Paralysis
- Dyspnea
- Tachicardia
3. sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis
- Sakit kepala
- Emosi tidak stabil
- Bicara terbata-bata
- Kelemahan umum
- Convulsi
- Depresi respirasi dan gangguan jantung
- Koma
Ringan Sedang (Moderate) Parah
• Anorexia, sakit • Nausea, salivasi, • Miosis atau
kepala, fasikulasi bronchorrhoea, midriasis, pupil
pada lidah dan lakrimasi, kram non reaktif,
kelopak mata, abdominal, diare, dyspnea, depresi
miosis, gelisah muntah, keringat, pernapasan,
hipertensi atau edema pulmonar,
hipotensi, cyanosis,
fasikulasi konvulsi, koma,
muskular bradikarsi,
takikardi, iskemi
kardiak, dll
Rute Paparan
Rute paparan Efek
Inhalasi gejala timbul dalam beberapa menit
Dosis kecil: bersin , batuk
Oral dan subkutan gejala timbul lebih lama
Perkutaneus Efek lokal otot twitching dan berkeringat
Mata pandangan kabur

Komplikasi • Onset tertunda hari ~minggu


•Prolonged neurotoxicity • Gejala awal: ataksia, lemah otot, flacid pada
• OPIDN (organophosphorus induced kaki, kehilangan kontrol kaki dan tangan
delayed neuropathy) • Kematian: gagal respiratori dan jantung

Sindrom intermediat : terjadi 1-8 jam setelah keracunan. Kelemahan oto hingga
paralisis, dan kesulitan bernapas terjadi
Diagnosis
• Pemeriksaan klinis umum
• Tercium bau seperti bawang putih pada nafas,
feses, muntahan, pakaian yg terkontaminasi.
• Respon terhadap atropin
• Level kolinesterase sel merah  level AChE
• Analisis lab lain : perhitungan jumlah sel darah
lengkap, level elektrolit serum, glukosa darah, pH
arteri dan gas darah, uji fungsi hati, analisis urin
Pengobatan Keracunan OP
Maintaining respiration ,
inisial memicu muntah

Inisial : atropin 2 mg (dewasa),


0.05 mg/kg (anak)
Atropin
Maintanance: iv 2-4 mg/10-15 min

Segera
Berikatan dengan OP
sehingga merusak ikatan efek terhadap reseptor
kovalen AChE dan OP muskarinik otonom <<

Tidak penetrasi ke CNS Afinitas >> di


neuromuskular junction
Pralidoxime Dosis: dewasa 1 g, anak 25-  mengembalikan
50mg/kg hingga 2 jam ≤ 24 j aktivitas otot
KARBAMAT
Lebih dari 50 jenis karbamat telah diketahui.
Digunakan dalam agrikultur, fungisida, herbisida,
nematosida, biosida pada industri dan aplikasi
lain serta pada penggunaan rumah tangga.
Kelompok besar pestisida sintetik yang telah
dikembangkan, diproduksi, dan digunakan
dalam skala besar selama 40 tahun.
Carbamate
Name Structure

Physostigmine

Carbaryl

Temik
Toksikokinetika
• Absorbsi
Mudah terabsorbsi melalui kulit, membran mukus, pernapasan, dan saluran pencernaan.
• Distribusi
Informasi sedikit yg diperoleh.
Organ yang telah dilaporkan terdapat residu : hati, ginjal, otak, lemak, dan otot.
• Metabolisme
Secara umum metabolit lebih kurang beracun dari dari senyawa induknya
Karbamat terhidrolisis  asam karbamat  dekompos jd CO2 dan amin.
Metabolit lebih polar
Langkah awal, umumnya oksidasi, menghasilkan gugus fungsi hidroksil yg berfungsi sebagai
situs utk reaksi konjugasi kedua menghasilkan produk yg dapat diekskresikan lewat urin
atau feses.
• Eliminasi
Pada mamalia, metabolit sebagian besar secara cepat melalui urin, sebagian kecil lewat
feses dan udara ekspirasi
Carbamate
Mekanisme toksisitas dari karbamate sama dengan
organofosfat, dimana enzim AChE dihambat dan
mengalam karbamilasi.

Insektisida karbamat merupakan penghambat


kolinesterase yang memiliki durasi aksi yang lebih pendek
dan secara umum kurang toksik dibandingkan dengan
organofosforus.

Dalam bentuk ini enzim


mengalami karbamilasi
Gejala dan Penanganan
sama dgn Organofosfat
Insektisida Organoklorin
(OC)

Larut lemak, Absorbsi perkurtan <<


terdeposit di jaringan
adiposa, konsentrasi
di otak sedikit

Eleminasi hanya 1 % perhari


Klasifikasi insektisida organokhlorin
Kelompok Komponen
Cyclodienes Aldrin, Chlordan, Dieldrin,
Heptachlor, endrin,
Toxaphen, Kepon, Mirex.
Hexachlorocyclohexan Lindane
Derivat Chlorinated-ethan DDT
MK: OC mengubah permeabilitas membran ion
Na & Cl dan mengganggu enzimatik
membran  neurotoksin

Gejala: Nausea, muntah, Paresthesias lidah, bibir,


dan wajah, Tidak dapat istirahat, Ketakutan,
iritabilitas, Tremor, Konvulsi, Hipersensitif pada
stimulus, Koma, Kegagalan respiratori, Kematian
Penanganan Keracunan

• suportif dan simptomatik.


• ingesti  dekontaminasi gastrik dengan emesis
diinduksi ipecac, atau gastric lavage, karbon aktif, atau
salin cathartics dapat digunakan.
•Depresan dan antikonvulsan sistem syaraf pusat
mengontrol tremor dan konvulsi.
•Diazepam menggantikan fenobarbital  tremor dan
konvulsi Kalsium glukonat kadang diberikan menangani
tremor.
•Cathartic minyak dikontraindikasikan karena dapat
meningkatkan absorpsi.
HERBISIDA
Mekanisme Toksisitas
• Paraquat • Diquat
• Secara selektif diserap • tidak diserap oleh sel
oleh sel pulmonary pulmonary aveolar
aveolar, menyebabkan namun terakumulasi di
nekrosis sel yang diikuti ginjal, menyebabkan
dengan proliferasi gagal ginjal. Selain itu
jaringan ikat dan juga diikuti dengan
pulmonary fibrosis. penyerapan cairan GI
dan otak dan infark
hemoragik batang otak.
Paraquat
Toksikokinetik
Absorpsi. Paraquat dan diquat diserap cepat pada saluran cerna
dan puncak serum dapat tercapai setelah 2 jam konsumsi.
Adanya makanan pada saluran cerna dapat mengurangi absorpsi
secara signifikan. Walaupun absorpsi melalui kulit buruk,
herbisida dpyridyl dapat diambil (taken up) melalui kulit yang
terabrasi atau setelah kontak lama dengan larutan konsentrat.

Distribusi. Paraquat memiliki volume distribusi sebesar 1.2-1.6


L/kg. Didistribusikan paling banyak ke paru, ginjal, hati, dan
jaringan otot; pada paru, paraquat diserap secara aktif.

Eliminasi. Paraquat dieliminasi melalui ginjal, dengan lebih dari 90%


dieksresikan tanpa ada perubahan selama 12-24 jam bila fungsi renal normal.
Diquat dieliminasi melalui ginjal dan melalui saluran cerna.
Dosis Toksik
• Paraquat. Konsumsi sebesar 2-4 g, atau 10-20 mL
dari larutan konsentrat paraquat 20% dapat
menyebabkan kematian. Selain itu, ada kemungkinan
dosis fatal pada manusia sebesar kurang dari 4
mg/kg. Estimasi dosis letal dari 20% paraquat adalah
10-20 mL untuk dewasa dan 4-5 mL untuk anak. Nilai
LD50 sebesar 120 mg/kg.
• Diquat. Estimasi dosis letal untuk dewasa sebesar
30-60 mL dari 20% diquat. Nilai LD 50 sebesar 200-300
mg/kg.
Presentasi Klinik

Stage I Stage II Stage III


Stage I (1-5 hari)

Ulcer pada
Korosif lokal Hemophtysis membran
mukus

Mual, diare oliguria


Stage II (2-8 hari)

Terlihat ada kerusakan pada hati,


ginjal, dan kardiak

Penyakit kuning demam

BUN, serum alkaline


Takikardia, Respoiratory fosfat, serum
myocarditis distress, cyanosis bilirubin, serum
transaminase
Stage III (3-14 hari)

Batuk, Edema,
Pulmonary
dsypnea, pleural
fibrosis
tachypnea effusion

Rendahya tek. Gagal


atelectasis
Oksigen arteri pernapasan
Diagnosis
• Dermal dan mata : iritasi parah
• Inhalasi : iritasi lokal
• Ingesti : berdasarkan dari sejarah konsumsi dan ada tidaknya
gastroenteritis dan rasa terbakar pada rute oral. Rasa
terbakar pada mukosa oral mungkin memiliki tampilan
pseudomembran pada langit-langit.
• Progresif yang cepat pada pulmonary fibrosis dapat
diindikasikan keracunan paraquat.
• Kadar paraquat dalam plasma yang diikuti dengan kematian,
seperti 2 mg/L dalam 4 jam, 0.9 mg/L dalam 6 jam, dan 0.1
mg/L pada 24 jam setelah konsumsi
Penanganan
• Dekontaminasi gastrointestinal
Prehospital: Cepat telan jenis makanan apapun sebagai bentuk proteksi
bila charcoal tidak dapat dengan segera dilakukan.
Hospital: Segera berikan 100 g activated charcoal dan ulangi dosis dalam 1-2 jam.
Gastric lavage mungkin dapat membantu bila dilakukan dalam satu jam setelah
konsumsi tapi jangan didahului dengan pemberian activated charcoal. Gastric lavage
dapat diulang setiap 2-4 jam yang diikuti dengan cathartic seperti sorbitol atau
sodium sulfat.

• Peningkatan eliminasi
– Peningkatan diuresis (24 jam pertama), peritoneal atau hemodialisis, hemoperfusi
• Mengurangi kerusakan pulmonar
– Glukokortikoid, vit C dan E, d-propranolol, superoksida dismutase
• Perhatikan stabilisasi pasien (prioritas)
• Tangani ketidakseimbangan cairan dan
elektroli, yang disebabkan gastroenteritis
• Hindari pemberian oksigen berlebihan (kisaran
pO2 sebanyak 60 mm) dengan pasien yang
keracunan paraquat, karena dapat
menyebabkan reaksi peroksidasi lipid pada
paru menjadi semakin ganas.
Rodentisida
Phosphorus
Phosphorus

Red Tidak
Phosphorus beracun
Macam
phosphorus
White/Yellow
Beracun
Phosphorus
White Phosphorus
Mekanisme toksisitas

Membentuk asam phosphoric

Menghambat metabolisme lemak, karbohidrat, dan


protein

Kolaps kardiovaskular
• Langsung
• Tidak langsung
Dosis Toksik
• 1 mg/kg
• Report: 2 tahun-> 3 mg
Ingestion

• Limit pada waktu kerja 8 jam = 0.1


mg/m3 (0.02ppm)
Inhalasi • Pada kadar 5 mg/m3 disinyalir
berbahaya pada kehidupan dan
kesehatan
Presentasi Klinik

Inhalasi Kontak mata atau kulit ingesti


• Iritasi membran mukus • Luka bakar • Sensasi GI terbakar
• Batuk • Sensasi terbakar • Muntah dan sakit perut
• Napas berbunyi • Diare = smooking stools
• chemical pneumonitis • Sakit kepala
• noncardiogenic • Delirium
pulmonary edema • Syok
• Phossy jaw (kronik) • Kejang
• Koma
• Aritmia
• Gangguan metaboik
• Fulminant hepatic atau
gagal ginjal
Tahapan toksisitas

Stage 1
Iritasi GI, pusing, mual,
Stage 3
diare, sakit perut, rasa
terbakar di daerah Stage 2 (toksisitas sistemik)
mukosa. Aroma napas Kejang, jaundice,
Pasien terlihat pulih
= bawang putih. Bekas hepatomegaly, gagal
muntahan dan tinja jantung
berflurosensi. Smoking
stools
Diagnosis spesifik
• Fluorosensi pada:
1. Kulit (paparan pada kulit)
2. Tinja atau muntahan (ingesti)
• Penampakan
1. Chest X-ray (inhalasi akut)
Penanganan
Ingesti
Inhalasi Gastric lavage
Mekanikal ventilasi Potassium
permanganat

Kehilangan cairan Kulit atau mata


Strychnine
• Merupakan derivat alkaloid dari benih pohon
Strychnos nux-vomica
Toksikokinetik dan dosis toksik
• Diserap cepat,
• Didistribusian ke dalam jaringan melalui plasma
dan eritrosit (50% dosis tersebar ke jaringan
dalam waktu 5 menit)
• Dimetabolisme di hati, dengan waktu paruh 10
jam
• Dieksresikan melalui urin 48-72 jam
• Dosis letal pada dewasa sebesar 30-120 mg, anak
15 mg
Presentasi Klinik
• Kekakuan & kram otot
• Hypertermia
• Rhabdiomyolisis
• Myoglobinuria
• Gagal ginjal
• Hyperacusis
• Hyperalgasia
• asphyxia
sardonicus risus & opisthotonus
Diagnosis

Sejarah Kadar spesiifik Perhatian


• Hipertermia • Darah • tetanus
• Rhabdomyolysis • Lambung • Black Spider bite
• Urin • Neuroleptic
malignant
syndrome
Penanganan
• Stabilisasi pasien
• Tangani hyperthermia, metabolik asidosis, dan
rhabdomyolysis bila muncul.
• Batasi rangsangan eksternal seperti bising,
cahaya, dan sentuhan.
Tangani kejang otot
• Berikan diazepam 0.1-0.2 mg/kg IV, atau midazolam, 0.05-
0.1 mg/kg IV, pada pasien dengan kontraksi otot sedang.
Berikan morfin untuk pereda nyeri. Note: Agen-agen
tersebut di atas dapat menyebabkan gangguan
pernapasan.
• Pada beberapa kasus berat, gunakan pancuronium, 0.06-
0.1 mg/kg IV, atau nondepolarizing neuromuscular blocker
lain untuk menghasilkan neuromuskular paralysis.
Caution: neuromuskular paralysis dapat menyebabkan
gangguan pernapasan. Pasien akan membutuhkan
endotracheal intubation dan mekanikal ventilasi.
penanganan

Activated Charcoal

Gastric Lavage

Emesis
ANALISIS RESIDU PESTISIDA

• Tujuan analisis residu adalah untuk


mengidentifikasi dan mengukur kuantitas
(sangat) kecil residu pestisida dalam suatu
ukuran bahan (sampai derajat ppb atau ppt)
• Residu merupakan suatu campuran senyawa
yang memiliki sifat-sifat fisis dan khemis yang
berbeda-beda dalam hal polaritas, volatilitas dan
reaktivitas
A. PROSES ANALISIS RESIDU PESTISIDA

• Sampling
• Prosesing
• Ekstraksi
• Pemurnian ekstrak (Isolasi)
• Analisis kuantitatif/kualitatif. 
* SAMPLING
• Teknik sampling  random, representatif
• Semua sampel yang diambil harus dianalisis
secepatnya, karena ada bahan yang tak stabil,
misalnya piretroid, atau disimpan dalam kontainer
gelas pada suhu di bawah nol.
* PROSESING
• Buah-buahan dan syuran berdaun diblender sesudah
dipotong kecil-kecil dalam pelarut ekstraktan (bisa
satu jenis senyawa, bisa campuran beberapa jenis).
• Bahan kering (butiran, gabah, biji-bijian)
ditumbuk/dihancurkan pada lumpang/mortar
kemudian diesktraksi.
• Sampel cair diekstrak langsung dengan pelarut
* Ekstraksi
Pemisahan residu pestisida dari bahan utama yang dianalisis
(bagian tumbuhan, tanah, air dll.
Komponen utama yang sering mengganggu adalah lemak,
pigmen dan gula.
Pelarut yang sering dipergunakan: asetonitril,
dimetilsulfoksida, aseton, air (untuk pestisida polar);
petroleum-eter, dietil-eter, n-heksan, atau kombinasi dari
pelarut-pelarut tersebut.
Ekstraksi yang dilakukan biasanya menggunakan blender atau
homogenizer kecepatan tinggi, kemudian difiltrasi atau
sentrifugasi untuk menghilangkan bahan-bahan padat, minyak
dll.
Ekstrak kemudian disimpan dalam kontainer gelas yang
terlindung dari cahaya dan pada suhu di bawah nol.
*Pemurnian ekstrak (Isolasi)
• dilakukan untuk menyingkirkan bahan-bahan
sisa/pengganggu seperti misalnya lemak, lilin,
pigmen. Residu kemudian dapat juga difraksinasi.
• Proses:
- ekstraksi cairan - cairan.
- pemekatan ekstrak dengan menguapkan pelarut.
- isolat dilarutkan dalam aseton dingin
- Isolasi menggunakan kromatografi atau jika tidak
banyak pengganggu langsung dilakukan analisis
* Analisis kualitatif dan kuantitatif.
• Analisis kimia  GC atau HPLC
• Biokimia (enzimatis)  Aktivitas
asetilkolinesterase
• Bioassay  aktivitas biologi, misalnya nilai LD
50
Literatur
• Gossel
• Kent R. Olson : Poisoning & drug overdose ed
5
• Inchem.org
• npic.orst.edu
• Lu’s basic toxicology
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai