Anda di halaman 1dari 30

TUTORIAL 1 BLOK 7.

Oleh : Kelompok 4

AYU SYAHLA NADIA G1A117108


ANDINI AGUSTINA G1A117111
IKHSAN ROFI PUTRA G1A117113
ILZA ROHADATUL AYSI G1A117114
AISY SAVIRA ANIZAR G1A117115
TIARA JELITA G1A117119
HETA APRIANA G1A117121
JIHAN LATIFAH NABILA G1A117128
ANASTASYA MORINA N G1A117129
SITI SAFIRA ALAWIYAH G1A117131
 
Dosen Pembimbing :
dr. Muhammad Jadi, Sp.OG., KFER.,
Mediator
SKANARIO

Seorang laki-laki (Tn.R) usia 40 tahun dilarikan ke Rumah Sakit setelah mengalami
kecelakaan motor dan didapatkan patah pada bagian kakinya. Sesampainya di Rumah
Sakit Tn. R tidak segera dilakukan tindakan Emergensi dan prinsip-prinsip penanganan
pasien gawat darurat berdasarkan KODEKI, luka hanya dibersihkan saja dikarenakan
dokter yang berjaga tidak ada di tempat sedangkan pasien masih mengalami perdarahan.
Tiga puluh menit kemudian dokter jaga tiba dan melakukan tindakan, tetapi kondisi pasien
memburuk dan meninggal karena kehilangan banyak darah. Keluarga pasien tidak terima
dan menuntut dokter jaga dan rumah sakit tersebut karena dianggap telah melakukan
malpraktik dan bersedia memenuhi prosedur penuntutan mal praktik. Pihak rumah sakit
berusaha mengajak keluarga pasien untuk mediasi dan menjelaskan bahwa tindakan
tetap diberikan melalui telepon, tetapi keluarga pasien tetap tidak terima dan
menyalahkan dokter yang merawat karena tidak menjelaskan dan meminta persetujuan
terhadap semua Tindakan walaupun telah menandatangani informed consent dan
menuntut dokter tersebut mendapatkan sanksi karena telah melanggar etik.
Klarifikasi Istilah

1) Kodeki : etika profesi kedokteran yang wajib dilaksanakan dan


ditaati oleh dokter dalam wilayah nkri
2) Tindakan emergensi : tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien
gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa
dan pencegahan Kecatatan
3) Malpraktek : menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya dan
tidak tepat, kelalaian atau kegagalan seorang dokter untuk
mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang
lazim dipergunakan dalam mengobati pasien atau orang cedera
menurut ukuran dilingkungan yang sama
4) Medias: cara penyelesaian sangketa melalui perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dibantu oleh mediator
Klarifikasi Istilah

5) Informed consent : persetujuan yang diberikan pasien kepada


dokter setelah diberikan penjelasan
6) Sanksi : tanggungan atau tindakan hukuman dan sebagainya
untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan
undang undang
7) Etik : seperangkat asas atau nilai yang berkaitan dengan akhlak
seperti dalam kode etik
Identifikasi Masalah

1) Bagaimana prinsip penanganan pasien gawatdarurat menurut


kodeki?
2) Apa saja hak dan kewajiban dokter dan pasien?
3) Apa saja dasar hukum yang mengatur penanganan pasien gawat
darurat?
4) Apa saja hukum dan etika kedokteran yang dilanggar oleh dokter
jaga?
5) Bagaimana prosedur penuntutan malpraktik?
6) Apa saja bentuk bentuk malpraktek dalam tindakan medik?
7) Bagaimana upaya pencegahan malpraktik?
8) Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang malpraktik?
9) Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang mediasi?
Identifikasi Masalah

10) Apa saja keuntungan mediasi?


11) Bagaimana tahapan tahapan proses mediasi?
12) Apa saja tugas tugas mediator?
13) apa saja bentuk bentuk informed consent?
14) Apa saja tujuan dari informed consent?
15) Apa saja yang perlu disampaikan dalam informed consent?
16) Apa saja dasar hukum informed consent dan Apakah ketika
keadaan gawat darurat diperlukan informed consent?
17) Apa saja sanksi yang dapat diberikan kepada seorang dokter
apabila melanggar etik?
18) Bagaimana prosedur penanganan dugaan pelanggaran etik?
19)  Bagaimana prosedur penanganan dugaan pelanggaran etik?
•  
•  
Analisis Masalah

• 1.
2. Apa saja hak dan kewajiban dokter dan pasien?
Sesuai dengan UU Praktek Kedokteran Pasal 50 dan 51 no 29 tahun 2004

Hak dokter : Kewajiban dokter :

• Memperoleh perlindungan hukum • Memberikan pelayanan medis sesuai


sepanjang melaksanakan tugas dengan standar profesi dan standar
sesuai standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan
prosedur operasional. medis pasien
• Memberikan pelayanan menurut • Merujuk pasien ke dokter atau dokter
standar profesi dan standar gigi lain yang mempunyai keahlian
prosedur operasional. atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu
• Memperolah informasi yang
pemeriksaan atau pengobatan
lengkap dan jujur dari pasien atau
• Merahasiakan segala sesuatu yang
keluarganya.
diketahuinya tentang pasien, bahkan
juga setelah pasien meninggal dunia
• Melakukan pertolongan darurat atas
dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas
dan mampu melakukannya
Hak dan kewajiban pasien
Hak pasien : Kewajiban pasien :
• Mendapatkan penjelasan secara • Memberikan informasi yang
lengkap tentang tindakan medis lengkap dan jujur tentang
sebagaimana dimaksud dalam masalah kesehatannya
Pasal 45 ayat 3 • Mematuhi nasihat dan
• Meminta pendapat dokter petunjuk dokter
• Mendapatkan pelayanan sesuai • Mematuhi ketentuan yang
dengan kebutuhan medis berlaku di dalam sarana
• Menolak tindakan medis pelayanan kesehatan
• Memberikan imbalan jasa atas
• Mendapatkan isi rekam medis
pelayanan yang diterima
Berbicara mengenai hak-hak
pasien dalam pelayanan
kesehatan,
3. Apa saja dasar hukum yang mengatur penanganan pasien
gawat darurat?

 TPERMENKES RI No 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan


Kegawatdaruratan
 PERMENKES RI No 19 Tahun 2016 tentang Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
 PERMENKES No 290/MenKes/Per/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
 UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 51
 UU No 36 TAHUN 2009 tentang Kesehatan
4. Apa saja hukum dan etika kedokteran yang dilanggar dokter
jaga?

 Sesuai skenario seorang dokter spesialis yang tugas jaga tidak


bersedia datang untuk memeriksa pasien gawat darurat yang
dikonsul kepadanya dan kemudian pasien meninggal dunia.
Dengan demikian, dokter bukan saja dianggap telah melakukan
malpraktik etik, tetapi juga malpraktik pidana karena kelalaiannya
menyebabkan seseorang meninggal dunia. Instruksi dokter
mengenai pemeritsaan dan pengobatan per telepon juga dianggap
pelanggaran karena pelayanannya di bawah standar pelayanan
medik.
5. Bagaimana prosedur penuntutan malpraktik?

 Pengaduan Masyarakat ke Rumah Sakit


 Pengaduan Masyarakat ke BPRSP
 Pengaduan Masyarakat ke BPRSI
7. Apa saja bentuk-bentuk malpraktek dalam tindakan medik?

 Terdapat malpraktik etik dan malpraktik yuridik.


 Malpraktik yuridik ini menjadi tiga bentuk, yaitu :
a) malpraktik perdata (civil malpractice)
b) pidana (criminal malpractice), dan
c) administratif (administrative malpractice).
8. Bagaimana upaya pencegahan malpraktik?

a. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan


upayanya, karena perjanjian berbentuk daya upaya (inspaning
verbintenis) bukan perjanjian akan berhasil (resultaat verbintenis).
b. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed
consent.
c. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
d. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau
dokter.
e. Memperlakukan pasien secara manusiawi dengan memperhatikan
segala kebutuhannya.
f. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
9. Apa saja dasar hukum yang mengatur tentang malpraktek?

 Dasar hukum malpraktek adalah UU No. 6 tahun 1963


tentang Tenaga Kesehatan, meskipun sudah dicabut
oleh UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. Namun
perumusan malpraktek atau kelalaian medik yang
tercantum pada Pasal 11b UU No. 6 tahun 1963 tentang
Tenaga Kesehatan masih dapat dipergunakan
10. apa saja dasar hukum yang mengatur tentang mediasi?

 Penyelesaian sengketa malpraktik medis bisa diselesaikan melalui


dua cara yakni melalui jalur pengadilan dan melalui jalur diluar
pengadilan. Pengaturan hukum melalui jalur peradilan perdata
dapat diuraikan dalam Pasal 32 huruf q Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, dalam ketentuan tersebut
terkandung sebuah makna “bahwa dalam penyelesaian suatu
perkara medis dapat diselesikan secara litigasi baik dalam jalur
perdata atau jalur pidana”. Akibat terjadinya malpraktik perdata
karna tidak terpenuhinya isi dalam sebuah perjanjian yang telah di
setujui (wanpreatasi) di dalam transaksi terapeutik oleh tenaga
kesehatan
12. Bagaimana tahapan tahapan proses mediasi?

Dalam proses mediasi, terdapat 3 (tiga) tahapan yaitu:


a) Tahap pramediasi
Tahap pramediasi adalah tahap awal dimana mediator
menyusun sejumlah langkah dan persiapan sebelum mediasi
dimulai.
b) Tahap pelaksanaan mediasi
Tahap pelaksanaan mediasi adalah tahap dimana para pihak
yang bersengketa bertemu dan berunding dalam suatu forum
Dalam tahap ini, terdapat beberapa langkah penting, yaitu:
1)sambutan dan pendahuluan oleh mediator,
2)presentasi dan pemaparan kondisi-kondisi faktual yang dialami para
pihak,
3)mengurutkan dan mengidentifikasi secara tepat permasalahan para
pihak,
4)diskusi (negosiasi) masalah-masalah yang disepakati,
5)mencapai alternatif-alternatif penyelesaian,
6)melakukan kaukus dengan para pihak,
7)menemukan butir kesepakatan dan merumuskan keputusan,
8)mencatat dan menuturkan kembali keputusan,
9)penutup mediasi.
c) Tahap akhir (implementasi mediasi)
Tahap ini merupakan tahap dimana para pihak
menjalankan kesepakatan-kesepakatan yang
telah mereka tuangkan bersama dalam suatu
perjanjian tertulis.
13. Apa saja tugas-tugas mediator?

• Kewenagan
Mediator

Mengontrol proses dan menegaskan aturan


dasar.

Mempertahankan struktur dan momentum


dalam negosiasi.

Mengakhiri proses bilamana mediasi tidak


produktif lagi.
Peran mediator Fungsi mediator
• Menumbuhkan dan • Memperbaiki kelemahan
mempertahankan kepercayaan diri komunikasi antara para pihak
antara para pihak yang biasanya ada hambatan
• Menerangkan proses dan mendidik dan sekat-sekat pikologis.
para pihak dalam hal komunikasi • Mendorong terciptanya suasana
dan menguatkan suasana yang
yang kondusif untuk memulai
baik.
• Membantu para pihak untuk negosiasi yang fair.
mengahadapi situasi atau • Secara tidak langsung mendidik
kenyataan para pihak atau memberi
• Mengajar para pihak dalam proses wawasan tentang prosesdan
dan ketrampilan tawar menawar substansi negosiasi yang
• Membantu para pihak sedang berlangsung.
mengumpulkan informasi penting, • Mengklarifikasi masalah-
dan menciptakan pilihan-pilihan masalah substansial dan
untuk memudahkan penyelesaian kepentingan masing-masing
problem. para pihak.
Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Pasal 14 Nomor 1 tahun
2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Tugas Mediator:

1. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada Para Pihak


untuk saling memperkenalkan diri;
2. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat Mediasi kepada Para Pihak;
3. menjelaskan kedudukan dan peran Mediator yang netral dan tidak
mengambil keputusan;
4. membuat aturan pelaksanaan Mediasi bersama Para Pihak;
5. menjelaskan bahwa Mediator dapat mengadakan pertemuan dengan
satu pihak tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus);
6. menyusun jadwal Mediasi bersama Para Pihak;
7. mengisi formulir jadwal mediasi;
memberikan kesempatan kepada Para Pihak untuk menyampaikan
permasalahandan usulan perdamaian;
9. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan
berdasarkan skala proritas;
10. memfasilitasi dan mendorong Para Pihak untuk:
– menelusuri dan menggali kepentingan Para Pihak;
– mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi Para
Pihak; dan
– bekerja sama mencapai penyelesaian;
11. membantu Para Pihak dalam membuat dan merumuskan
Kesepakatan Perdamaian;
12. menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau
tidak dapat dilaksanakannya Mediasi kepada Hakim Pemeriksa
Perkara;
13. menyatakan salah satu atau Para Pihak tidak beriktikad baik dan
menyampaikan kepada Hakim Pemeriksa Perkara;
14.apa saja bentuk bentuk informed consent?

1. Expressed Consent (dinyatakan)


Dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam
tindakan medis yang bersifat invasive dan mengandung
resiko, dokter sebaiknya mendapatkan persetujuan
secara tertulis, atau yang secara umum dikenal di
rumah sakit sebagai surat izin operasi
2. Implied Consent (dianggap diberikan)
Umumnya implied consent diberikan dalam keadaan
normal, artinya dokter dapat menangkap persetujuan
tindakan medis tersebut dari isyarat yang
diberikan/dilakukan pasien.
15. apa saja tujuan dari informed consent?

• Tujuan informed consent berbeda sesuai dengan konteks yang ada,


terdapat tiga konteks
• yaitu:

1. Legal

2. Etis

3. administratif
16. Apa saja yang perlu disampaikan dalam informed consent ?

Informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau


keluarga. Misalnya adalah informasi mengenai apa (what) yang perlu
disampaikan, kapan (when), siapa yang harus menyampaikan (who),
dan informasi mana yang perlu disampaikan (which).
17. apa saja dasar hukum informed consent dan apakah ketika
keadaan gawat darurat diperlukan informed consent?

• Persetujuan tindakan kedokteran atau informed consent telah diatur


dalam :
1. pasal 45 Undang-Undang No.29 tahun 2004 tentang praktek
kedokteran. Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.290/Menkes/Per/III/ 2008 tentang persetujuan tindakan
Kedokteran dinyatakan dalam pasal 1, 2, dan 3
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan Pasal 8, Pasal 56 ayat(1), Pasal 65 ayat (2)
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal
32 poin J, Pasal 32 poin K
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
585/Menkes/Per/IX/ 1989 Tentang Persetujuan Tindakan Medis
18. Apa saja sanksi yang dapat diberikan kepada seorang dokter
apabila melanggar etik?

 Dalam ORTALA MKEK, pemberian sanksi terhadap dokter


terhukum/pelanggar etik dapat berupa penasihatan, peringatan
lisan, peringatan tertulis, pembinaan perilaku, pendidikan ulang (re-
schooling), hingga pemecatan keanggotaan IDI, baik secara
sementara atau pun permanen.
a) Menurut UU No.36 tahun 2004 pasal 84 ayat 2 : Jika kelalaian
berat mengakibatkan kematian, tenaga Kesehatan dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun.
b) Menurut UU No.29 tahun 2004 pasal 79 : dapat dipidana yang
pidana paling lama 1 tahun/ denda paling banyak 50 juta rupiah
bagi setiap dokter yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban
19. Bagaimana prosedur penanganan dugaan pelanggaran etik?

• Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas


tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran dapat mengadukan kepada MKDKI secara lisan atau
tertulis. Dan proses mediasi yang dipergunakan dalam sengketa
tersebut adalah mediasi diluar pengadilan (non-litigasi) yang
menggunakan seorang mediator dan melalui pengadilan (litigasi)
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai