Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN HOSPITALISASI

Sunarsih Rahayu
PENGERTIAN

Hospitalisasi merupakan sustu proses yang karena suatu alasan


yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal
di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah
Hospitalization

Age Many problem with stressfull
Experiences ↓
Support System Impact of hospitalization
Coping mecanism 
↓ ↓
→ Reaction for child Reaction for family
↓ ↓
Separation anxiety Fear
Loss of self control Anxiety
Impairment of body integrity & pain Frustration
 

Nursing care

Minimize negative impact
Increase function of experiences
Infant (0 – 1 tahun)

1. Perpisahan → gangguan rasa percaya dan kasih sayang


- Usia 0–6 bulan : sulit dipahami
- Usia 6–12 bulan : Stranger/separation anxiety :
marah, hiperaktif, menangis keras bila ditinggal ibu/
didekati orang asing, melekat dan tergantung pada ibu
2. Respon terhadap nyeri dan perlukaan
Ekspresi wajah tidak menyenangkan, menangis keras,
gerakan tubuh (menggeliat, tersentak)
Toddler (2 – 3 tahun)

1. Separation anxiety → analytic depression :


- Protest stage : menangis, menjerit, memanggil orangtua,
menolak perhatian, agresif
- Despair stage (putus asa) : menangis berkurang, pasif,
kurang minat, anoreksi, menarik diri, sedih & apatis,
tidak ada harapan bertemu ibu, menghisap/menggigit jari
- Denial/detachment stage : menerima perpisahan, menekan
perasaan & bayangan ibunya, membina hubungan,
menyukai lingkungan, menerima perawatan
2. Loss of control : pembatasan/dependent, aktivitas sehari-hari
→ regresi
3. Reaksi terhadap nyeri & perlukaan : meringis, mengigit
bibir, memukul/menyerang, mengkomunikasikan &
menunjukkan lokasi nyeri
Pre school (3 – 5 tahun)

1. Reaction for separation : menolak makan, menangis pelan,


bertanya kapan orangtua berkunjung, tidak kooperatif
terhadap aktivitas
2. Loss of control : pembatasan aktivitas → kehilangan
kekuatan diri, dirawat merupakan hukuman sehingga malu,
bersalah, takut
3. Takut terhadap kerusakan tubuh : tindakan dianggap
mengancam integritas tubuh → agresif, dependen, menangis,

bingung jika keluar darah, fantasi tinggi


School age ( 6 – 12 tahun)

1. Separation anxiety (sekolah, social/peer group) :


takut kehilangan ketrampilan, merasa sepi
2. Loss of control, akibat kehilangan kegiatan kelompok dan
kegitan rutin di RS → perubahan peran, kelemahan, takut
mati
3. Reaksi terhadap nyeri dan perlukaan : ingin tahu alasan
tindakan, mengkomunikasikan nyeri, mengontrol perilaku
jika nyeri (menggigit bibir, menggenggam dengan erat)
Adolescence/teenager (12 – 16 tahun)

1. Separation anxiety (peer group) : takut kehilangan status dan


hubungan dengan kelompok
2. Loss of control : pembatasan fisik, ketergantungan, kurang
privacy → penolakan, tidak kooperatif, menarik
diri, marah, frustrasi
3. Penyakit/pembedahan → rasa tidak aman dan banyak
bertanya, manarik diri, menolak orang lain
REAKSI KELUARGA TERHADAP HOSPITALISASI ANAK

1. Reaksi orangtua
- Takut dan cemas tergantung seriusnya penyakit
- Frustrasi akibat kurang informasi, tidak terbiasa dengan
perawatan di RS, tidak percaya terhadap penyakit anak,
pengalaman sakit & dirawat
- Marah, merasa bersalah
- Stresor lain : komunikasi keluarga, nilai, norma/agama

2. Reakasi sibling
- Marah, cemburu, benci, rasa bersalah, takut
INTERVENSI KEPERAWATAN
 
1. Cegah/minimalkan dampak perpisahan
- Partisipasi orangtua, “rooming in”, bonding
- Ruang perawatan seperti situasi di rumah

2. Cegah perasaan kehilangan kontrol


- Pembatasan fisik : cegah, bantu anak kooperatif, kontak
keluarga, manipulasi lingkungan jika diisolasi
- Kebiasaan sehari-hari : modifikasi, kerja team
- Ketergantungan : beri kesempatan anak mengambil
keputusan, libatkan dalam intervensi keperawatan
3. Minimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh & nyeri
- Persiapan anak sebelum dilakukan prosedur tindakan
(penjelasan, support keluarga)

4. Maksimalkan manfaat hospitalisasi


- Bantu bonding orangtua-anak : kesempatan belajar
tumbang anak, reaksi terhadap stress, penyakit &
perawatannya, beri support
- Meningkatkan kontrol diri : beri kesempatan anak
mengambil keputusan, mandiri & percaya diri, beri
reinforcement positif
- Beri kesempatan sosialisasi dengan peer group, team
kesehatan, kelompok orangtua
5. Beri support anggota keluarga
- Beri informasi penyakit anak, reaksi emosional terhadap
hospitalisasi
- Libatkan sibling terhadap program RS & kunjungan

6. Bermain untuk mengurangi stress


- Untuk kesehatan mental, emosional dan sosial
- Ruang bermain memberikan rasa aman & nyaman
ATRAUMATIC CARE

Sunarsih Rahayu
Definisi

 Perawatan terapeutik yang meminimalkaan distress fisik dan psikologis


yang dialami anak dan keluarga dalam pelayanan kesehatan
 Meliputi pencegahan, pengobatan, mengurangi keadaan kronis atau akut
 Atraumatic care peduli akan siapa, apa, kapan, dimana, mengapa, dan
bagaimana suatu prosedur tindakan dilakukan pada anak
Tujuan

* Mencegah dan meminimalkan stress fisik dan psikologis


* Tidak menimbulkan bahaya
* Tidak menolak untuk dilakukan prosedur tindakan

Hal-hal yang mempengaruhi prosedur

1. Perkembangan anak
2. Lingkungan : pengalaman stres, peran anak dalam keluarga
3. Individu anak : temperamen
Tindakan atraumatic care

1. Persiapan
a. Menanamkan rasa percaya : jujur, memberi rasa aman, reinforcement
b. Memberi pengertian/pemahaman : sesuai kemampuan anak,
menggunakan alat bantu
c. Penguasaan : waktu tepat, bangun koping konstruktif, dorong anak
mengekspresikan pengalaman
2. Pelaksanaan
a. Menempatkan anak sesuai pilihan
b. Meminimalkan membuka baju
c. Tidak perlu sistematis
d. Menghindari penggunaan alat dingin
e. Memperkenankan anak memegang alat
f. Memperlihatkan prosedur dengan bantuan

Anda mungkin juga menyukai