Anda di halaman 1dari 19

TRAUMA KEPALA

Nama kelompok
Ade Novianto P27220016199
Anissa Umi Zaenab P27220016101
Anissa Ismayatul Khoiriyah P27220016102
Armelia Nova Mawarsih P27220016105
Arni Endah P P27220016106
Catur Pamungkas P27220016110
Denis Dwi Oktafianingtyas P27220016111
Eva Suryani P27220016119
Hidayah Syifail Fu’adah P27220016122
 
Pengertian
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk
atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak,percepatan dan
perlambatan (akselerasi-deselerasi)yang merupakan perubahan bentuk
dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan
penurunan kecepatan,serta notasi yaitu pergerakan pada kepala
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan
pencegahan.
Etiologi
Mekanisme cedera kepala meliputi :
cidera akselerasi
deselerasi
akselerasi-deselerasi
coup-countre coup
cedera rotasional
Klasifikasi
Cidera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan
patologi
jenis cedera
berat ringannya GCS
morfologi
Pathway
Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa
dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir
seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari
20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa
sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila
kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi serebral
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi
kebutuahan iksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuliuh darah. Pada kontusio berat, hipoksia
atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkaan asidosis metabolik.
Pemeriksaan penunjang
 CT-Scan (dengan atau tanpa kontras)
 MRI
 Cerebral
 Serial EEG
 X-Ray
 BAER
 PET
 CSF, Lumbal Punksi
 ABGs
 Kadar Elektrolit
 Screen Toxicologi
Penatalaksanaan
Konservatif :
 Bedrest total
 Pemberian obat-obatan
 Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
Prioritas perawatan :
 Maksimalkan perfusi/fungsi otak.
 Mencegah komplikasi.
 Pengaturan fungsi secara optimal/mengembalikan ke fungsi normal.
 Mendukung proses pemulihan koping klien/keluarga.
 Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, rencana pengobatan, dan
rehabilitasi
Tujuan :
 Fungsi otak membaik : deficit neurologis berkurang/tetap.
 Komplikasi tidak terjadi.
 Kebutuhan sehari-hari dapat dipenuhi sendiri atau dibantu orang lain.
 Keluarga dapat menerima kenyataan dan berpartisipasi dalam perawatan.
 Proses penyakit, prognosis, program pengobatan dapat dimengerti oleh keluarga sebagai
sumber informasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA OTAK

1.Identitas Pasien dan Penanggung Jawab


2.Riwayat Penyakit
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
3. Pola Fungsional
4. Pemeriksaan Stabilisasi Sistem Kardiorespirasi (ABC) dan
Disabilitas
5. Pemeriksaan Fisik
6. Pemeriksaan Neurologis
7. Pemeriksaan penunjang
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nafas b/d depresi pada pusat nafas di otak
2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis kontraktur (terputusnya
jaringan tulang)
3. mobilitas fisik b.d Terapi pembatasan gerak, Kerusakan
persepsi sensori, Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan
dan stamina
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan
napas, ditandai dengan dispnea
5. Resiko kurangnya volume cairan b.d peningkatan TIK
6. Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d gangguan transport
O2 yang tidak adekuat.
7. Resiko infeksi b.d terputusnya kontinuitas jaringan
8. Ansietas b.d Penurunan kesadaran / peningkatan TIK
Intervensi
1. Gangguan pola nafas b/d depresi pada pusat nafas di otak
Tujuan : mempertahankan pola nafas yang efektif melalui ventilator
Kriteria hasil : penggunaan otot bantu nafas tidak ada dan gas darah dalam batas-
batas normal
Rencana tindakan :
Hitung pernafasan pasien dalam 1 menit. Pernafasan yang cepat dari pasien dapat
menimbulkan alkalosis respiratori dan pernafasan lambat meningkatkan tekanan
pCO2 dan menyebabkan asidosis respiratorik
Cek pemasangan tube, untuk memberika ventilasi yang adekuat dalamm pemberian
tidal volume
Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang
dari inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara
terhadap gangguan pertukaran gas
Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat meringankan
sekresi/ cairan paru sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi
Siapkan ambu bag tetap berada didekat pasien, membantu memberikan ventilasi
yang sdekuat bila ada gangguan pada ventilator.
Monitor SpO2 untuk mengetahui kadar oksigen dalam darah.
2. Nyeri akut b.d agen cidera biologis kontraktur (terputusnya
jaringan tulang)
Tujuan : mengurangi rasa sakit dan menciptakan rasa nyaman
untuk pasien
Kriteria hasil : skala nyeri berkurang
Rencana tindakan :
• Kaji nyeri pasien (PQRST) untuk mengetahui daerah,
kualitas, skala dan durasi nyeri.
• Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa
nyeri
• Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri ke sesuatu yang
dapat menghilangkan rasa nyeri
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
untuk mengurangi rasa nyeri pasien
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d Terapi pembatasan gerak,
Kerusakan persepsi sensori, Intoleransi aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
Tujuan :Meminimalisir kerusakan jaringan
Kriteria hasil :mengetahui manfaat dari pembatasan gerak
Rencana tindakan :
• Monitoring vital sign untuk mengetahui kondisi umum
pasien
• Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
• Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
• Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
• Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan napas,
ditandai dengan dispnea
Tujuan :Tidak ada obstruksi jalan nafas
Kriteria hasil :Bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan
tidak ada sesak, tidak terjadi dipsnea, jalan nafas bersih, dan
pernafasan dalam batas normal
Rencana tindakan :
• Monitor respirasi dan status O2
•  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
• Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
• Lakukan fisioterapi dada jika perlu
•  Keluarkan sekret dengan batuk efektif atau suction
• Evaluasi auskultasi suara nafas
5. Resiko kurangnya volume cairan b.d peningkatan TIK
Tujuan : Volume cairan dalam batas normal
Kriteria Hasil : Volume cairan (intake dan output) dalam
batas normal, status hidrasi dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
• Monitor status cairan termasuk intake dan ourput
cairan
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
• Monitor status hidrasi (kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan
• Monitor vital sign
• Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian
cairan IV
6. Gangguan perfusi jaringan cerebral b/d gangguan transport O2 yang tidak
adekuat.
Tujuan : perfusi jaringan cerebral teratasi
Kriteria hasil :Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan,
Tidak ada ortostatikhipertensi, Komunikasi jelas, Menunjukkan konsentrasi
dan orientasi, Pupil seimbang dan reaktif, Bebas dari aktivitas kejang, Tidak
mengalami nyeri kepala
Rencana tindakan :
• Monitor TTV, ukuran pupil, ketajaman, kesimetrisan dan reaksi
• Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala
• Monitor level kebingungan dan orientasi
• Monitor tonus otot pergerakan
• Monitor tekanan intrkranial dan respon nerologis
• Catat perubahan pasien dalam merespon stimulus
• Monitor status cairan
• Tinggikan kepala 0-45o tergantung pada konsisi pasien dan order medis
7. Resiko infeksi b.d terputusnya kontinuitas
jaringan
Tujuan : Tidak ada resiko infeksi
Kriteria Hasil :   Tidak ada tanda dan gejala infeksi,
jumlah leukosit dalam batas normal
Rencana Tindakan :
• Monitor tanda dan gejala infeksi
• Pertahankan teknik aseptif
• Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
• Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antibiotic
• Dorong masukan cairandan dorong istirahat
8. Ansietas b.d Penurunan kesadaran / peningkatan TIK
Tujuan : Rasa cemas dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas.
Rencana Tindakan :
• Monitor vital sign
• Gunakan pendekatan yang menenangkan
• Identifikasi tingkat kecemasan
• Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan
kecemasan
• Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
• Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
• Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Anda mungkin juga menyukai