PERBUATAN LISAN
PERBUATAN TUBUH
Anda tahu manusia ?
Manusia terdiri dari beberapa organ
tubuh.Tangan,kaki,kepala,dan yang lainnya.Ketika
manusia memiliki organ tubuh yang lengkap,ia dikatakan
manusia yang utuh atau sempurna secara fisik.Apabila
manusia kehilangan salah satu dari organnya,ia masih
menyandang status sebagai manusia walaupun tidak utuh
lagi secara fisik.Begitupun dengan iman.Ketika hanya
memenuhi sebagian unsur saja,maka masih dikatan
beriman walaupun imannya tidak sempurna.Namun tidak
bisa sepenuhnya iman dapat dianalogikan pada manusia
dan organ tubuh,karena pada hal tertentu iman dapat
dikatakan hilang ketika hilang sebagian unsurnya.
Kapan seseorang dikatakan mu’min?
Perhatikan penggalan hadits nabi SAW yang diriwayatkan oleh imam
Muslim dalam shahihnya :
‘Ketika Rasulullah ditanya oleh jibril,apakah iman itu ? .Beliau SAW
menjawab,engkau beriman kepada Allah,kepada para malaikat-Nya,kepada
kitab – kitab-Nya,kepada para rasul-Nya,kepada hari akhir,kepada
keputusan Allah yang baik maupun yang buruk.’
Enam perkara yang disebutkan dalam hadits ini disebut dengan rukun
iman.Dan setiap rukun pasti memiliki cabang.Sebagaimana iman yang
memiliki cabang yang banyak.Seperti rasa malu itu bagian dari
iman,kesucian itu bagian dari iman,dan yang lainnya.Alhasil,ketika salah
satu rukun iman hilang,maka hilang pula iman tersebut.Dan ketika salah
satu cabang iman hilang,tidak hilang iman tersebut melainkan hilang
kesempurnaannya
IMAN MERUPAKAN TOLAK UKUR
MINIMAL APAKAH SESEORANG MASUK
SURGA ATAU NERAKA
اخ َش ْوهُ ْم فَ َزا َدهُ ْم إِي َمانًا َوقَالُوا َح ْسبُنَا هَّللا ُ َونِ ْع َم
ْ َاس قَ ْد َج َمعُوا لَ ُك ْم ف
َ َّال لَهُ ُم النَّاسُ إِ َّن الن
َ َين قَ الَّ ِذ
ْال َو ِكي ُل
ين ُ ْر
َ ق ِح َ ين يَ ْزنِي َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن َواَل يَ ْش َربُ ْال َخ ْم َر ِح
ِ ين يَ ْش َربُ َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن َواَل يَس َ اَل يَ ْزنِي ال َّزانِي ِح
ق َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن
ُ ْر
ِ يَس
"Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Al-Thalaq: 2-3)
3.Takwa merupakan sebab dimudahkannya urusan .
2. Iman
Tanpa keimanan tidak mungkin seseorang mencapai kepada derajat takwa
“Barang siapa yang Allah hendak jadikan dia orang baik, maka dia akan diberi
faham tentang Islam”
4. Amal
Setelah kita mengetahui, faham dan yakin dengan ilmu-ilmu Islam,
kita mesti bertindak dan mengamalkannya. Perintah fardhu dan
sunnah mesti dilaksanakan,haram dan makruh mesti ditinggalkan.
Buah ilmu itulah amalnya. Jadi sekiranya ilmu itu tidak diamalkan,
jadilah ilmu yang tidak berbuah. Pepatah Arab mengatakan:”Ilmu
yang tidak diamalkan laksana pohon tidak berbuah”.
Usaha kita tidak memberi bekas walaupun usaha itu diperintahkan oleh Allah.
Kita sudah belajar, tetapi ilmu itu sebenarnya tidak memberi bekas. Kita
bermujahadah, tetapi usaha kita memperbaiki diri itu tidak memberi bekas.Yang
memberi bekas hanyalah Allah. Allah-lah yang menghitamputihkan nasib kita.
Begitulah keyakinan kita. Sebab itu kita mesti selalu panjatkan doa kepada Allah
agar Allah senantiasa memberikan hidayah dan taufik kepada kita.
TAUHID
Tauhid menurut bahasa merupakan bentuk masdar dari fi’il
wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid) yang
artinya menjadikan sesuatu satu saja.
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah
sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala
kekhususannya (Syarh Tsalatsatil Ushul, 39).
Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak
hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi
berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan
makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid
hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan
saja.
PEMBAGIAN TAUHID
1.Tauhid Rububiyyah adalah
mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta
menyatakan dengan tegas bahwa Allah Ta’ala adalah Rabb, Raja, dan Pencipta semua
makhluk, dan Allahlah yang mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Al Jadid Syarh
Kitab Tauhid, ). Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah dalam mencipta dan
mengatur alam semesta, misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya diciptakan oleh
Allah, Allahlah yang memberikan rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan, Allah
menggerakan bintang-bintang, dan yang lainnya.
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al An’am: 1)
• Tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang baik mu’min, maupun
kafir, sejak dahulu hingga sekarang.
Hal ini dikhabarkan dalam Al Qur’an:
ُ َولَئِ ْن َسأ َ ْلتَهُ ْم َم ْن َخلَقَهُ ْم لَيَقُولُ َّن هَّللا
• Makna ibadah adalah semua hal yang dicintai oleh Allah baik berupa
perkataan maupun perbuatan.Maksud yang dicintai Allah yaitu segala
sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala
sesuatu yang dijanjikan balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti
shalat, puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk ibadah juga
berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah,dan yang lainnya.
Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya meyerahkan semua ibadah ini
kepada Allah semata, dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka juga memohon, berdoa,
beristighotsah kepada selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah, ini
juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid
uluhiyyah.
“Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk
mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut‘” (QS. An Nahl: 36)
3.Tauhid Al Asma’ was Sifat
Adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama
dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya
dalam Al Qur’an dan Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam.
Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah dengan menetapkan nama
dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dan menafikan
nama dan sifat yang Allah nafikan dari diriNya, dengan tanpa tahrif,
tanpa ta’thil dan tanpa takyif (Syarh Tsalatsatil Ushul).