Kompetensi dasar Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan regulasi produksi obat, obat tradisional, dan kosmetika Topik Peraturan kefarmasian dalam produksi obat, obat tradisional, dan kosmetika • Berikut adalah peraturan-peraturan yang produksi obat, obat tradisional dan kosmetika. • Ada cukup banyak peraturan yang harus Anda cermati mulai dari Undang-undang, peraturan pemerintah & presiden, peraturan menteri kesehatan, hingga peraturan Kepala Badan POM. • Dalam slide berikut saya mengelompokkan berdasarkan jenis aturannya, dan ada yang saya kelompokkan berdasarkan jenis produknya apakah itu obat, obat tradisional, dan kosmetika • Kemudian dilanjutkan dengan membahas masing- masing peraturan. • Sangat penting untuk Anda memiliki peraturan- peraturan tersebut dan membaca dokumen lengkapnya. Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika Peraturan Pemerintah 1. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin Usaha Industri 2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 3. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan Peraturan MenKes 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/ MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 16 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi 3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 Tentang Registrasi Obat 4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1120/Menkes/Per/XII/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat Peraturan MenKes 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2017 Tentang Izin Edar Alat Kesehatan, Alat Kesehatan Diagnostik In Vitro Dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1189/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga Peraturan Kepala Badan POM 1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor Hk.04.1.33.12.11.09937 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat 3. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 13 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor Hk.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012 Tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 4. Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Peraturan Kepala Badan POM 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No HK 03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat (sudah diganti dengan PerKa Badan POM tahun 2017) Peraturan MenKes – Obat Tradisional
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional 8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 381/Menkes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional 9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional Keputusan MenKes – Obat Tradisional 1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 261/Menkes/SK/IV/2009 tentang Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama 2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2109/Menkes/SK/X/2011 tentang Pemberlakuan Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 2345/Menkes/SK/XI/2011 tentang Pemberlakuan Suplemen II Farmakope Herbal Indonesia Peraturan Kepala Badan POM-Obat Tradisional 1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka 2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.06.11.5629 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Teknis Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik Peraturan Kepala Badan POM-Obat Tradisional 3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional Peraturan Kepala Badan POM 1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 36 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet 2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan MakananNomor 37 Tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna 3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pemanis Keputusan Kepala Badan POM - Kosmetika
1. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.4.1745 Tahun 2003 tentang Kosmetik 2. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.4.3870 Tahun 2003 tentang Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik Peraturan Kepala Badan POM - Kosmetika
1. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.42.1018 Tahun 2008 tentang Bahan Kosmetik 2. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor: Hk. 03.42.06.10.4556 Tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik Peraturan Kepala Badan POM - Kosmetika
3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.00.05.42.2995 Tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Kosmetik 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.1.42.4974 Tahun 2008 tentang Pengawasan Pemasukan Bahan Kosmetik Peraturan Kepala Badan POM - Kosmetika
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor Hk.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika 6. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.10.11983 Tahun 2010 tentang Kriteria dan Tata Cara Pengajuan Notifikasi Kosmetika sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34 Tahun 2013 Peraturan Kepala Badan POM - Kosmetika
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Nomor HK.03.1.23.08.11.07517 Tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.06.12.3697 Tahun 2012 Peraturan Kepala Badan POM - Kosmetika
8. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.03.1.23.12.11.10689 Tahun 2011 Tentang Bentuk Dan Jenis Sediaan Kosmetika Tertentu Yang Dapat Diproduksi Oleh Industri Kosmetika Yang Memiliki Izin Produksi Golongan B Peraturan Kepala Badan POM - Kosmetika
9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor: Hk. 03.42.06.10.4556 Tentang Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik Yang Baik Peraturan MenKes - Kosmetika 1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1175/Menkes/Per/VIII/2010 Tahun 2010 tentang Izin Produksi Kosmetika 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/Per/VIII/2010 Tahun 2010 tentang Notifikasi Kosmetika Peraturan MenKes - Kosmetika 3. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.10.12123 Tahun 2010 tentang Pedoman Dokumen Informasi Produk 4. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.23.12.10.12459 Tahun 2010 tentang Persyaratan Teknis Kosmetika IZIN PRODUKSI OBAT Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1799/ MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi Pemberi izin : Menteri Kesehatan
Pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin
industri farmasi dari Direktur Jenderal Cakupan izin : pembuatan obat atau bahan obat
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya
dapat dilakukan oleh Industri Farmasi Bagaimana dengan produksi di Rumah Sakit?
Selain Industri Farmasi, Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dapat melakukan proses pembuatan obat untuk keperluan pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan.
Produksi untuk penggunaan sendiri di RS
Tetap harus memiliki sertifikat CPOB
Bagaimana dengan produksi obat golongan narkotika?
Wajib memperoleh izin khusus untuk memproduksi
narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas; b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat; c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu; dan e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. REGISTRASI OBAT Diatur dalam : 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 Tentang Registrasi Obat 2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1120/Menkes/Per/XII/2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1010/Menkes/Per/XI/2008 tentang Registrasi Obat Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan registrasi untuk memperoleh Izin Edar
lzin edar adalah bentuk persetujuan registrasi
obat untuk dapat diedarkan di wilayah lndonesia. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat untuk mendapatkan izin edar Siapa yang memberikan izin edar?
Izin Edar diberikan oleh Menteri Kesehatan;
Menteri melimpahkan pemberian Izin Edar kepada Kepala Badan POM • Terkait izin, kita sering mendengar tentang obat palsu. • Apakah yang dimaksud dengan obat palsu?
Obat palsu adalah obat yang diproduksi oleh
yang tidak berhak berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau produksi obat dengan penandaan yang meniru identitas obat lain yang telah memiliki izin edar Obat yang tidak memerlukan ijin edar:
a. Obat penggunaan khusus atas permintaan
dokter; b. Obat Donasi; c. Obat untuk Uji Klinik; d. Obat Sampel untuk Registrasi PERSYARATAN REGISTRASI • Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri • Registrasi Obat Narkotika • Registrasi Obat Kontrak • Registrasi Obat lmpor • Registrasi Obat Khusus Ekspor • Registrasi Obat Yang Dilindungi Paten Masa Berlaku lzin Edar • Izin edar berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi ketentuan yang berlaku. PEMBATALAN IZIN EDAR a. Tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 berdasarkan data terkini. b. Penandaan dan promosi menyimpang dari persetujuan izin edar c. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. d. Selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut obat yang bersangkutan tidak diproduksi, diimpor atau diedarkan. e. lzin lndustri Farmasi, yang mendaftarkan, memproduksi atau mengedarkan dicabut. f. Pemilik izin edar melakukan pelanggaran di bidang produksi dan/atau peredaran obat. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 24 Tahun 2017 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Registrasi Obat Registrasi Obat adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi Obat untuk mendapatkan persetujuan. Kriteria Obat • Khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui uji nonklinik dan uji klinik atau bukti- bukti lain sesuai dengan status perkembangan ilmu pengetahuan; • Mutu yang memenuhi syarat sesuai dengan standar yang ditetapkan, termasuk proses produksi sesuai dengan CPOB dan dilengkapi dengan bukti yang sahih; dan • Informasi produk dan label berisi informasi lengkap, objektif dan tidak menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan Obat secara tepat, rasional dan aman. KATEGORI REGISTRASI OBAT a. Registrasi Baru b. Registrasi Variasi c. Registrasi Ulang Definisi Kategori Registrasi Kategori Definisi Registrasi Registrasi untuk Obat yang belum Baru mendapatkan Izin Edar di Indonesia Registrasi Registrasi perubahan pada aspek Variasi administratif, khasiat, keamanan, mutu, dan/atau Informasi Produk dan Label Obat yang telah memiliki Izin Edar di Indonesia Registrasi Registrasi perpanjangan masa berlaku Izin Ulang Edar Definisi Kategori Registrasi Kategori Definisi Registrasi Registrasi Variasi yang berpengaruh bermakna Variasi terhadap aspek khasiat, keamanan dan/atau Major mutu Obat. Registrasi Registrasi Variasi yang tidak termasuk kategori Variasi Registrasi Variasi Major maupun Registrasi Minor Variasi Notifikasi Registrasi Registrasi Variasi yang berpengaruh minimal atau Variasi tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek Notifikasi khasiat, keamanan, dan/atau mutu Obat, serta tidak mengubah informasi pada Izin Edar. Registrasi Baru Kategori Kategori 1 Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi, termasuk Produk Biosimilar Kategori 2 Registrasi Obat Generik dan Obat Generik Bermerek Kategori 3 Registrasi sediaan lain yang mengandung Obat dengan teknologi khusus, dapat berupa transdermal patch, implant, dan beads. Registrasi Variasi Kategori Kategori 4 Registrasi Variasi Major Kategori 5 Registrasi variasi minor Kategori 6 Registrasi variasi notifikasi Registrasi Ulang Kategori Kategori 7 Registrasi Ulang Nama Obat a. Nama generik Sesuai dengan International Nonproprietary Names Modified yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) atau nama yang ditetapkan dalam program kesehatan nasional. b. Nama dagang merupakan nama yang diberikan oleh Pendaftar sebagai identitas Obat Registrasi Obat yang diregistrasi berupa: a. Obat Produksi Dalam Negeri b. Obat Impor Registrasi Obat Impor Obat Impor berupa: a. Obat Impor dalam bentuk Produk Ruahan; atau b. Obat Impor dalam bentuk Produk Jadi.
Registrasi Obat Impor diutamakan untuk:
c. Obat program kesehatan nasional; d. Obat penemuan baru; dan/atau e. Obat yang dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Registrasi Narkotika • Registrasi Narkotika hanya dapat dilakukan oleh Pendaftar yang memiliki izin khusus untuk memproduksi Narkotika dari Menteri Kesehatan Registrasi Obat Lisensi Registrasi Obat Lisensi dilakukan oleh Pendaftar yang telah mendapatkan penunjukan dari pemberi lisensi. Registrasi harus memenuhi ketentuan: a. memiliki izin Industri Farmasi; b. memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi; dan c. memiliki dokumen perjanjian lisensi. Registrasi Obat Khusus Ekspor Registrasi Obat khusus ekspor dilakukan oleh Pendaftar. Obat khusus ekspor terdiri atas: a. Obat Produksi Dalam Negeri yang ditujukan khusus ekspor; dan b. Obat Impor khusus ekspor. Registrasi Obat yang Dilindungi Paten
Registrasi Obat dengan Zat Aktif yang
dilindungi paten di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh: a. Pendaftar pemilik hak paten; atau b. Pendaftar yang ditunjuk oleh pemilik hak paten. Hak paten harus dibuktikan dengan sertifikat paten. Registrasi Obat Pengembangan Baru
• Registrasi Obat dengan tahapan uji klinik yang
dilakukan di Indonesia harus melalui penilaian Obat Pengembangan Baru. Registrasi Obat Generik • Registrasi Obat Generik diajukan oleh Pendaftar menggunakan nama generik • Seluruh tahapan pembuatan Obat Generik dilakukan di dalam negeri (kecuali untuk Obat yang sebagian tahapan pembuatan belum dapat dilakukan di dalam negeri). • Dalam hal Pendaftar sudah memiliki Obat Generik Bermerek dengan Zat Aktif yang sama, Obat Generik yang diregistrasi harus dibuat dengan Formula, sumber bahan baku, spesifikasi Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses produksi, dan menggunakan fasilitas produksi yang sama. Spesifikasi Obat yang dimaksud adalah: a. ukuran; b. bentuk; c. warna; d. aroma; dan e. rasa. Label Obat Generik • Harus mencantumkan informasi sebagai berikut: a. harga eceran tertinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan b. logo generik berwarna hijau menggunakan format sebagai berikut:
Logo generik dicantumkan secara proporsional sesuai dengan
ukuran kemasan. • Jika Pendaftar mengajukan Registrasi Obat Generik dengan lebih dari 1 (satu) kekuatan Zat Aktif, pada kemasan harus dicantumkan kekuatan Zat Aktif setelah bentuk sediaan dengan ukuran huruf sesuai dengan ukuran huruf nama generik. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor : Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka Persyaratan • Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang dibuat dan atau diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala Badan POM. • Untuk memperoleh izin edar harus dilakukan pendaftaran. Obat Tradisional yang tidak memerlukan ijin edar a. Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang digunakan untuk penelitian; b. Obat tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas; c. Obat tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk tujuan pameran dalam jumlah terbatas; d. Obat tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu gendong; e. Bahan baku berupa simplisia dan sedíaan galenik. Kriteria a. Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan / khasiat; b. Dibuat sesuai dengan ketentuan tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik atau Cara Pembuatan Obat yang Baik yang berlaku; c. Penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif yang dapat menjamin penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara tepat, rasional dan aman sesuai dengan hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran. KATEGORI PENDAFTARAN Kategori Pendaftaran baru kategori 1 pendaftaran obat tradisional yang hanya mengandung simplisia berasal dari Indonesia (indigenous) dalam bentuk sediaan sederhana (rajangan, serbuk, parem, pilis, dodol, tapel, cairan obat luar); kategori 2 pendaftaran obat tradisional yang hanya mengandung simplisia berasal dari Indonesia (indigenous) dalam bentuk sediaan modern (pil, tablet, kapsul, krim, gel, salep, supositoria anal, cairan obat dalam); KATEGORI PENDAFTARAN Kategori Pendaftaran baru kategori 3 pendaftaran obat tradisional dari kategori 1 dan 2 dengan klaim indikasi baru, bentuk sediaan baru, posologi dan dosis baru; kategori 4 pendaftaran obat herbal terstandar; kategori 5 pendaftaran fitofarmaka; KATEGORI PENDAFTARAN Kategori Pendaftaran baru kategori 6 pendaftaran kategori 4 dan 5 dengan klaim indikasi baru,bentuk sediaan baru, posologi dan dosis baru; kategori 7 pendaftaran obat tradisional yang mengandung simplisiaberasal bukan dari Indonesia (non- indigenous) dan atausimplisia yang profil keamanannya belum diketahui dengan pasti; kategori 8 pendaftaran obat tradisional dari kategori 7 dengan klaimindikasi baru, bentuk sediaan baru, posologi dan dosis baru. KATEGORI PENDAFTARAN Kategori Pendaftaran variasi kategori 9 pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang telah mendapat izin edar dengan: 9.1. Perubahan nama produk tanpa perubahan komposisi; 9.2. Perubahan atau penambahan ukuran kemasan; 9.3. Perubahan klaim pada penandaan yang tidak mengubah manfaat; 9.4. Perubahan desain kemasan; 9.5. Perubahan nama pabrik atau nama pemberi lisensi, tanpa perubahan status kepemilikan; 9.6. Perubahan nama importir, tanpa perubahan status kepemilikan. KATEGORI PENDAFTARAN Kategori Pendaftaran variasi kategori 10 pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang telah mendapat izin edar dengan: 10.1. Perubahan spesifikasi dan atau metoda analisis bahan baku; 10.2. Perubahan spesifikasi dan atau metoda analisis produk jadi; 10.3. Perubahan stabilitas; 10.4. Perubahan teknologi produksi; 10.5. Perubahan tempat produksi; 10.6. Perubahan atau penambahan jenis kemasan. KATEGORI PENDAFTARAN Kategori Pendaftaran variasi kategori 11 pendaftaran obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka yang telah mendapat izin edar dengan perubahan formula atau komposisi termasuk bahan tambahan yang tidak mengubah khasiat. LARANGAN Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dilarang mengandung : a. bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat; b. narkotika atau psikotropika; c. bahan yang dilarang seperti tercantum pada Lampiran 14; d. hewan atau tumbuhan yang dilindungi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku Obat tradisional dilarang dalam bentuk sediaan : a. intravaginal; b. tetes mata; c. parenteral; d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir. • Obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dalam bentuk sediaan cairan obat dalam tidak boleh mengandung etil alkohol dengan kadar lebih besar dari 1% (satu persen), kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran. SANKSI (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam peraturan ini dapat dikenai sanksi administratif berupa : a. peringatan tertulis; b. penarikan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dari peredaran termasuk penarikan iklan; c. penghentian sementara kegiatan pembuatan, distribusi, penyimpanan, pengangkutan dan penyerahan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka dan impor obat tradisional; d. pembekuan dan atau pencabutan izin edar obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. (2) Selain dikenai sanksi administratif dapat dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.