Anda di halaman 1dari 14

STUDY CASE

PENGUNGKAPAN
INFORMASI
MATERIAL
PADA PT. PGN
CASE DATE : JAN 27TH 2007

KELOMPOK 4
YULI TRIYA FUADI, RIRIN ADYUS, SUSANTI
COMPANY PROFILE
13 May
1859 1965
Dinasionalkan
menjadi
Perusahaan Gas
Negara

Perusahaan penambahan ruang lingkup usaha yang lebih


swasta belanda 1994 luas yaitu selain di bidang distribusi gas bumi
bernama LJN juga di bidang yang lebih ke sektor hulu yaitu di
Eindhoven. Co bidang transmisi, dimana PGN berfungsi
PT. Perusahaan
sebagai transporter. Kemudian, untuk
Gas Negara
memaksimalkan kinerja, meningkatkan
(Persero)
diversifikasi kepemilikan kepada stakeholders
serta mempercepat penerapan tata kelola
perusahaan yang baik (good corporate
2012 governance), pemerintah melakukan privatisasi
terhadap PGN
Kepemilikan Saham
Pemerintah atas PGN 57%
dan 43% Oleh Publik 2
POINT OF THE
PROBLEM

Praktek Insider Trading 12 January 2007 Case Begin Panic Selling


• Perdagangan orang dalam adalah sebutan • Akibat ke-tidakterbukaan, Sebelumnya, • Tindakan yang tidak lagi menggunakan
bagi perdagangan saham atau sekuritas perusahaan sekuritas yang membantu pertimbangan fundamental atau teknikal,
perusahaan oleh orang-orang dalam proses divestasi ini telah melakukan riset yang ada hanya unsur psikologis rasa
perusahaan tersebut. Wikipedia bahwa sebenarnya harga saham PGAS panik untuk segera menjual saham yang
dapat dijual sebesar Rp15,000.- per menimbulkan rasa takut berlebihan
lembar. Namun, yang terjadi adalah harga • melanda investor asing atau pun local
jual saham PGAS pada saat divestasi
hanya Rp11,600. Penetapan harga
penjualan saham tersebut pun tanpa
melalui melalui rapat formal dengan
jajaran internal Kementerian BUMN dan
penjamin emisi.
• Harga Saham PGAS Anjlok, dibuka
dipasar Rp 9,450 per lembar
• Actual penutupan Rp 7,400. Anjlok
23.36%

3
ROOT CAUSE WHY THIS WAS HAPPENED
15 Jan 2007
FAKTANYA
B. E. J
BEJ men-suspend atau
Saham down 23% ( 9450 – 7400) menghentikan sementara
Faktor penurunan harga saham PGAS tersebut perdagangan saham PGAS
erat kaitannya dengan koreksi atas rencana karena mencurigai adanya
besarnya volume gas yang akan dialirkan, sesuatu yang tidak benar
yaitu mulai dari 150 MMSCFD menjadi 30 melihat penurunan saham
MMSCFD dikarenakan adanya penundaan PGAS yang sangat tajam dan
proyek pipanisasi South Sumatera–West Java melaporkannya kepada
(SSWJ) yang semula akan dilakukan pada 18 Bapepam-LK selaku pengawas
Desember 2006 tertunda menjadi Maret 2007. Tanggal 1 Februari 2007, pasar modal
Informasi ini sebenarnya telah diketahui oleh Bapepam-LK
manajemen PGN sejak tanggal 12 September menginformasikan kepada
2006 (informasi ttg penurunan vol gas),
publik mengenai
namun manajemen menunda BAPEPAM MELAKUKAN
pengungkapan material ini & hal lain yang
perkembangan pemeriksaan
terhadap PT Perusahaan Gas INVESTIGASI
terkait dengan rencana pemerintah melakukan
divestasi saham PGAS sebesar 5.32% pada Negara (Persero) Tbk.
tanggal 15 Desember 2006, dengan tujuan
komersialisasi

4
AUDIT RESULT
Bapepam-LK telah memperoleh cukup bukti bahwa PGN telah
1 melakukan pelanggaran terhadap ketentuan UU Pasar Modal dan
Peraturan Bapepam Nomor: X.K.1 tentang keterbukaan informasi
yang harus segera diumumkan kepada publik

Tanggal 1 Februari
2 Bapepam-LK juga melakukan pemeriksaan atas transaksi saham
2007, Bapepam-LK
PGAS yang dilakukan oleh perusahaan efek anggota bursa
menginformasikan
kepada publik mengenai
perkembangan
pemeriksaan terhadap Kemudian, pada tanggal 13 Maret 2007 Bapepam-LK telah
PT Perusahaan Gas 3 menjatuhkan sanksi administratif berupa denda kepada PT
Negara (Persero) Tbk. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. sebesar Rp 35,000,000 dan
Rp5,000,000,000 kepada direksi dan mantan direksi PT Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk. yang menjabat pada periode Juli 2006
sampai dengan Maret 2007 atas pelanggaran tentang pemberian
keterangan yang secara material tidak benar, yang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 UU Pasar Modal.
AUDIT RESULT Bapepam juga memberikan denda kepada orang dalam perusahaan PGN
yang melakukan transaksi saham pada periode 12 September 2006
4 sampai 11 Januari 2007 atas tuduan insider trading:
1. Adil Abas (mantan Direktur Pengembangan) sebesar Rp30,000,000
2. Nursubagjo Prijono (mantan Direktur Operasional) sebesar
Rp53,000,000
3. WMP Simanjuntak (mantan Direktur Utama dan Komisaris)
Rp2,330,000,000
4. Widyatmiko Bapang (Sekretaris Perusahaan) Rp25,000,000
5. Iwan Heriawan sebesar Rp76,000,000
6. Djoko Saputro sebesar Rp154,000,000
Tanggal 1 Februari 7. Hari Pratoyo sebesar Rp9,000,000
2007, Bapepam-LK 8. Rosichin sebesar Rp184,000,000
menginformasikan 9. Thohir Nur Ilhami Rp317,000,000.
kepada publik mengenai
perkembangan
pemeriksaan terhadap
PT Perusahaan Gas
Negara (Persero) Tbk.
Pelanggaran prinsip disclosure and transparency oleh PGN ini juga
berdampak pada penurunan nilai saham-saham BUMN lainnya yang
5 merupakan saham terbesar di pasar modal. Lemahnya penegakan prinsip
ini memengaruhi pandangan investor atas pasar modal di Indonesia
mengenai jaminan untuk mendapatkan informasi.
KAITAN
PELANGGARAN
CASE PGN 2007
DENGAN
PERATURAN YANG
BERLAKU DI
INDONESIA

PRINSIP OECD MENGENAI CG, PERATURAN


BAPEPAM-LK, PERATURAN MENTERI NEGARA
BUMN, DAN UNDANG-UNDANG YANG BERLAKU
DI INDONESIA SEPERTI UNDANG-UNDANG
PASAR MODAL SERTA UNDANG-UNDANG BUMN.
PRINSIP OECD 5: DISCLOSURE AND TRANSPARENCY

• “Kerangka corporate governance harus memastikan bahwa keterbukaan informasi yang tepat waktu dan akurat dibuat
terkait semua hal yang material mengenai perusahaan, termasuk keadaan keuangan, kinerja, kepemilikan, dan tata
kelola perusahaan.”. Pada poin A prinsip OECD disebutkan “Pengungkapan harus terdiri dari, tetapi tidak dibatasi,
informasi material mengenai...”. Disini dapat dilihat bahwa PGN tidak melakukan pengungkapan secara transaparan
mengenai keterlambatan penyelesaian proyek pipa gas SSWJ yang merupakan kejadian material dalam perusahaan
kepada publik. Kegagalan pengungkapan tersebut dapat menyebabkan shareholders, dalam hal ini publik, mengambil
keputusan yang salah dan kepercayaan mereka terhadap perusahaan menjadi menurun. Pada poin E juga disebutkan
bahwa “Saluran penyebaran informasi bagi pengguna harus sama, sesuai waktu, dan akses dengan biaya yang efisien
atas informasi yang relevan.” Pada kenyataannya, terdapat indikasi para investor tidak mempunyai informasi satu sama
lainnya yang dapat dilihat dari adanya dugaan yang sangat kuat mengenai indikasi insider trading.

8
PERATURAN BAPEPAM-LK NO X.K.1: KETERBUKAAN INFORMASI YANG
HARUS SEGERA DIUMUMKAN KEPADA PUBLIK

• Poin 1 dalam peraturan ini menyatakan bahwa: “Setiap perusahaan publik atau emiten yang pernyataan pendaftarannya
telah menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin,
paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material
yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal”. Disini dapat dilihat bahwa
PGN melakukan pelanggaran dengan penundaan pengungkapan informasi/fakta material yaitu informasi mengenai
penundaan penyelesaian proyek pipa gas SSWJ yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan dan mempengaruhi
keputusan investasi pemodal lebih dari 2 hari seperti yang telah ditetapkan oleh Bapepam.

• PGN sejak tanggal 12 September 2006 (informasi tentang penurunan volume gas) serta sejak tanggal 18 Desember 2006,
yaitu munculnya informasi tertundanya gas ini. Kedua informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang material dan
dapat mempengaruhi harga saham di bursa, hal tersebut tercermin dari penurunan hargas saham PGN pada tanggal 12
Januari 2007.
9
PERATURAN MENTERI NEGARA BUMN NOMOR : PER-
09/MBU/2012 (REVISI PER-01/MBU/2012 MENGENAI PENERAPAN
GCG PADA BUMN
Mengacu pada peraturan ini, terdapat beberapa pasal yang dilanggar seperti :
1. Pasal 3 yang menjelaskan prinsip GCG secara keseluruhan dimana transparansi menjadi salah satu prinsip
yang harus diterapkan. Namun dalam hal ini, PGN dianggap gagal menerapkannya.

2. Pasal 5 ayat 1(c) mengenai hak pemegang saham yaitu memperoleh informasi material mengenai BUMN
secara tepat waktu, terukur, dan teratur. PGN sebagai BUMN tidak menaatinya karena infromasi material
terkait penundaan proyek tidak disampaikan tepat waktu.

3. Pasal 23 mengenai larangan mengambil keuntungan pribadi. Dalam pasal ini dijelaskan bahwa para anggota
direksi dilarang mengambil tindakan yang mempunyai benturan kepentingan, mengambil keuntungan pribadi
baik secara langsung maupun tidak langsung dari pengambilan keputusan dan kegiatan BUMN. Dalam kasus
PGN, terdapat 3 tersangka yang ditetapkan berasal dari direksi karena mereka melakukan transaksi tidak
biasa yang dilakukan sebelum tanggal 12 Januari 2007 ketika harga saham PGAS mengalami penurunan
hingga 23.3 %.

10
UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL
Mengacu pada peraturan ini, terdapat beberapa pasal yang dilanggar seperti :
1. Pasal 1 angka 25 mengenai Prinsip Keterbukaan yang merupakan pedoman umum bagi seluruh pelaku pasar modal untuk
menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat terkait informasi yang dapat berpengaruh pada keputusan
investasi pemodal terhadap efek perusahaan. PGN melanggar prinsip ini dengan tidak menginformasikan dalam jangka
waktu yang tepat terkait informasi material penundaan penyelesaian proyek pipa gas SSWJ.
2. Pasal 93 yaitu setiap pihak dilarang membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar
sehingga mempengaruhi harga efek. Dalam kasus ini, PGN memberikan keterangan material tidak benar tentang rencana
volume gas yang dapat dialirkan melalui proyek SSWJ. Fakta itu sudah diketahui atau sewajarnya diketahui oleh direksi,
yang kemudian seharusnya keterangan itu disampaikan kepada publik, namun tidak disampaikan. Sehingga jelas terjadi
bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap pasal 93 UU No. 8/1995
3. Pasal 95 mengenai orang dalam dari perusahaan publik yang mempunyai informasi orang dalam dilarang melakukan
transaksi atas efek perusahaan publik yang dimaksud. Dalam penjelasan pasal 95 memberi arti orang dalam tersebut adalah :
Komisaris, Director & Pegawai Emiten, Pemegang saham utama emiten atau perusahaan public, Orang perserorangan yang
karena kedudukan atau profesiny / hubunga usahanya dengan emiten / peusahaan public memungkinkan orang tsb
memperolah informasi dari orang dalam . Pelanggaran yang dilakukan terkait pada periode 12 September 2006 sampai
dengan 11 Januari 2007, 9 orang dalam PGAS melakukan transaksi saham PGAS, baik direksi maupun mantan direksi
sehingga mereka dikenai sanksi. Sanksi tersebut ditetapkan antara lain dengan mempertimbangkan pola transaksi dan akses
yang berkaitan terhadap informasi orang dalam

11
UNDANG-UNDANG NO. 19 TAHUN 2003 TENTANG BUMN

Mengacu pada peraturan ini, terdapat beberapa pasal yang dilanggar seperti :
1. Pasal 5 ayat 3 yaitu mengenai kewajiban Direksi dalam menjalan kantugasnya wajib
melaksanakan prinsip profesionalisme, efisiensi, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
pertanggungjawaban serta kewajaran. Direksi sebagai salah satu organ perusahaan dalam PT
PGN tidak melakukan tugasnya untuk mewakili perusahaan menyampaikan informasi
material tepat waktu kepada publik sehingga prisnsip transparansi jelas dilanggar.
2. Pasal 75 mengenai prinsip privatisasi yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggung jawaban
dan kewajaran. Pelanggaran ini terkait dengan keputusan harga saham PT PGN ketika
privatisasi yaitu disetujui harga yang lebih rendah (Rp 11.600 -> Rp 9.650) dibandingkan
harga riset yang sebelumnya dilakukan oleh perusahaan sekuritas (Rp 15000). Penyetujuan
harga tersebut tidak dijelaskan penyebabnya secara jelas sehingga PT PGN dianggap tidak
transparan.

12
KESIMPULAN
•Prinsip keterbukaan dan transparansi merupakan aspek yang penting dalam GCG karena berguna dalam
meningkatkan kepercayaan pemegang saham sehingga implementasi keduanya harus benar-benar
diperhatikan perusahaan. Dalam kasus ini, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. sebagai perusahaan
publik seharusnya menerapkan prinsip ini dengan baik dalam menjalankan usahanya. Akan tetapi, PGN
melakukan pelanggaran prinsip GCG dalam hal keterlambatan pengungkapan informasi yang material ke
publik sehingga menyebabkan para pemegang saham mengalami misleading dalam mengambil keputusan
terkait investasinya di PGN. Selain itu, kasus ini juga berdampak pada stabilitas Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) pada tanggal 12 Januari 2007 karena penurunan harga saham PGAS yang signifikan
ikut menyebabkan IHSG terpuruk. Adanya pelanggaran prinsip keterbukaan dan transparansi ini
menyebabkan PGN menghadapi reputation risk, dimana terjadi hilangnya kepercayaan dari investor.
Untuk memperbaikinya, PGN perlu untuk meyakinkan para investornya dengan kinerja yang baik
sehingga dapat mengembalikan kepercayaan mereka.

13
THANK YOU !

Anda mungkin juga menyukai