Anda di halaman 1dari 17

RESPON ANTIBODI

Disusun Oleh:

Putri Utami P1337424420044


Umi Nafi’ah P1337424420178
• sistem yang sangat komplek dengan berbagai peran
ganda dalam usaha menjaga keseimbangan tubuh

Sistem imun

• Sistem ini merupakan jaringan atau kumpulan sel yang

sistem letaknya tersebar diseluruh tubuh, misalnya didalam


sumsum tulang, kelenjar limfe, limfa, timus, sistem
saluran napas, saluran cerna dan beberapa organ
limforetikuler lainnya
KONSEP IMUNITAS

Respons imun yang terjadi


sebenarnya merupakan interaksi
antara satu komponen dengan
komponen lain yang terdapat
sistem limforetikuler untuk mengenali bahan
itu asing atau tidak didalam system imun. Interaksi
tersebut berlangsung bersama-
sama sedemikian rupa sehingga
Yang ditemukan
Bukan benda asing
menghasilkan suatu aktivitas
benda asing
biologic yang seirama dan
serasi.
Proses fisiologi
respons imun non respons imun berjalan seperti
spesifik spesifik biasa tanpa gejala
infeksi
Selain fagositosis, manifestasi dari respons
Pengertian imun nonspesifik adalah reaksi inflamasi.
Reaksi ini terjadi akibat dilepaskannya
Imunitas bawaan (innate
mediator-mediator tertentu oleh beberapa
immunity), dalam artian bahwa jenis sel, misalnya histamine yang dilepaskan
respons terhadap zat asing dapat oleh basofil dan mastosit, Vasoactive amine
terjadi walaupun tubuh yang dilepaskan oleh trombosit, serta
sebelumnya tidak pernah terpapar anafilatoksin yang berasal dari komponen –
oleh zat tersebut. komponen komplemen, sebagai reaksi umpan
balik dari mastosit dan basofil.

Mediator-mediator akan merangsang


bergeraknya sel-sel polymorfonuklear (PMN)
menuju lokasi masuknya antigen serta
Contoh meningkatkan permiabilitas dinding vaskuler
yang mengakibatkan eksudasi protein plasma
Upaya tubuh untuk mempertahankan
dan cairan. Gejala ini yang disebut dengan
diri terhadap masuknya antigen
respons inflamasi akut.
misalnya, bakteri, adalah dengan cara
menghancurkan bakteri tersebut dengan
cara nonspesifik melalui proses
fagositosis.
Respon imun spesifik yaitu yang didapat (acquired), yang timbul akibat dari
rangsangan antigen tertentu, sebagai akibat tubuh pernah terpapar sebelumnya.

aktifitas makrofag atau antigen


precenting cell (APC) yang
memproses antigen Note:
Karena respons imun primer sudah
membentuk kelompok memory cells maka
jika tubuh terpajan penyakit yang sama
maka klon tersebut akan berproliferasi dan
Timbul interaksi dengan sel-sel sel-sel system imun menimbulkan respons sekunder spesifik yang
imun mengadakan involusi, berlangsung lebih cepat dan lebih intensif
dibandingkan dengan respons imun primer.

sel-sel system imun berploriferasi


dan berdiferensiasi sehingga Antigen pada kontak pertama
menjadi sel yang memiliki (respons primer) dapat
kompetensi imunologik dan dimusnahkan
mampu bereaksi dengan antigen
Mekanisme efektor dalam respons imun spesifik dapat dibedakan menjadi :

1.Respons imun seluler


Respons imun humoral, diawali dengan deferensiasi limfosit B menjadi
Mikroorganisme yang hidup dan berkembang biak secara intraseluler, satu populasi (klon) sel plasma yang melepaskan antibody spesifik ke
antara lain didalam makrofag sehingga sulit untuk dijangkau oleh Antibody. dalam darah.
Untuk melawan mikroorganisme intraseluler tersebut diperlukan respons
imun seluler, yang diperankan oleh limfosit T.

melalui MHC maupun


sinyal yang dilepaskan oleh
respons imun primer makrofag, merangsang
produksi antibody.

limfosit B berdiferensiasi
dan membentuk antibody
sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), membentuk klon sel B dibantu oleh limfosit T-
sel T penolong (T-helper) berfungsi untuk memory penolong (T-helper),
Akamengenali mikroorganisme menghancurkan
atau antigen bersangkutan melalui mikroorganisme intraseluler
major histocompatibility complex yang disajikan melalui MHC
(MHC) kelas II yang terdapat pada kelas I secara langsung (cell to
permukaan sel makrofag. Limfosit cell). Selain menghancurkan 9 Antibodi
untuk memproduksi berbagai jenis mikroorganisme secara klon limfosit diprogramkan berikatan dengan antigen
limfokin, termasuk diantaranya langsung, sel T-sitotoksik, juga membentuk satu jenis membentuk kompleks antigen
interferon, yang dapat membantu menghasilkan gamma – antibodi yang dapat
antibody spesifik terhadap mengaktivasi komplemen dan
makrofag untuk menghancurkan interferon yang mencegah antigen tertentu (Clonal
ikroorganisme tersebut penyebaran mikroorganisme mengakibatkan hancurnya
slection). antigen
kedalam sel lainnya.
Interaksi Antara Respons Imun Seluler dengan
Humoral
Adanya sifat spesifik akan
Interaksi ini disebut dengan antibody dependent cell membutuhkan berbagai
mediated cytotoxicity (ADCC), karena sitolisis baru
terjadi bila dibantu oleh antibodi populasi sel atau zat yang
dihasilkan (antibodi) yang
berbeda satu sama lain,
sehingga menimbulkan sifat
sehingga sel natural killer (NK), yang mempunyai heterogenitas tadi
reseptor terhadap fragmen Fc antibodi, dapat melekat
erat pada sel atau antigen sasaran

Perlekatan sel NK pada kompleks antigen antibody


tersebut mengakibatkan sel NK dapat menghancurkan sel Kemampuan mengingat, akan
sasaran.
menghasilkan kualitas respons
imun yang sama terhadap
konfigurasi yang sama pada
Respons imun spesifik (adaptif) dapat dibedakan dari pemaparan berikutnya.
respons imun bawaan, karena adanya cirri-ciri umum
yang dimilikinya yaitu; bersifat spesifik, heterogen dan
memiliki daya ingat atau memory.
limfa
kelenjar
tonsil
limfe

Berbagai jenis sel serta jaringan diluar

kelenjar
organ limfoid, seperti : a. peyer,s
patches yang terdapat pada dinding
Komponen usus b. jaringan limfoid yang
membatasi saluran nafas dan saluran

timus Sistem Imun urogenital c. jaringan limfoid dalam


sumsum tulang dan dalam
darah
Mengenali dan berinteraksi
dengan antigen melalui
reseptor

Sel T

Memproduki zat aktif secara


imunologis (limfokin)

Fungsi SEL Berdiferensiasi menjadi sel


plasma non ploriferasi yang
Sel B
mensintesis dan mensekresi
antibodi

Mencerna sebagian antigen untuk


menghasilkan fragmen yang
Magrofag mengandung determinan antigen
ik

Meletakkan fragmen antigen pada


permukaan sel nya sehingga
terpapar limfosit T tertentu
Sistem limforetikuler merupakan system kendali dari semua mekanisme respons imun.
Disamping system limforetikuler diatas masih ada unsur-unsur yang berperan dalam
mekanisme respons imun, dan factor-faktor humoral lain diluar antibody yang berfungsi
menunjang mekanisme tersebut
Fungsi Respons Imun
memenuhi persyaratan umum
dari semua organisma multiseluler yang menghendaki
Fungsi pertahanan menyangkut pertahanan terhadap
selalu terjadinya bentuk uniform dari setiap jenis sel
antigen dari luar tubuh seperti invasi mikroorganisme tubuh.
dan parasit kedalam tubuh.

apabila
Ada dua kemungkinan pihak penyerang yang lebih kuat
yaitu tubuh dapat bebas 1. Pertahanan (mendapat
kemenangan), maka tubuh akan
2.
Homeostasis
dari akibat yang merugikan atau
sebaliknya menderita sakit

terjadilah
Terjadilah
proses
katabolisme
degradasi

unsure seluler yang telah


rusak dapat dibersihkan
dari tubuh
3. Perondaan
Fungsi perondaan menyangkut perondaan diseluruh
bagian tubuh terutama ditujukan untuk memantau
pengenalan terhadap sel-sel yang berubah menjadi
abnormal melalui proses mutasi. Perubahan sel
tersebut dapat terjadi spontan atau dapat diinduksi
oleh zat-zat kimia tertentu, radiasi atau infeksi virus.
Fungsi perondaan (surveillance) dari sistem imun
bertugas untuk selalu waspada dan mengenal adanya
perubahabperubahan dan selanjutnya secara cepat
membuang konfigurasi yang baru timbul pada
permukaan sel yang abnormal.
Penyimpangan Sistem Imun
Sistem imun mungkin pula dapat mengalami penyimpangan pada seluruh jaringan komunikasi baik
berbentuk morfologis ataupun gangguan fungsional. Gangguan morfologis, misalnya tidak
berkembangnya secara normal kelenjar timus sehingga mengakibatkan defisiensi pada limfosit T.
Sedangkan gangguan fungsional yang bermanifestasi sebagai toleransi imunologik disebabkan
karena lumpuhnya mekanisme respons imun terhadap suatu antigen tertentu. Penyimpangan lain
dalam mekanisme respons imun dapat berbentuk sebagai reaksi alergi, anafilaksis ataupun
hipersensitifitas tipe lambat, dimana semua ini kadang-kadang menimbulkan kerugian pada jaringan
tubuh. Keadaan ini disebabkan karena gangguan fungsi pertahanan system imun.
Gangguan fungsi homeostatik pada system imun dapat menimbulkan kelainan yang dinamakan
penyakit autoimun. Disebabkan oleh karena system imun melihat konfigurasi dari tubuh sendiri
(self), sebagai benda asing, akibatnya respons imun ditujukan kepada jaringan tubuh sendiri sehingga
dapat membawa kerugian.
Apabila fungsi ketiga yang bertugas sebagai surveillance mengalami gangguan, akan mengakibatkan
tidak bekerjanya system pemantauan terhadap perubahan-perubahan pada sel tubuh, sehingga
akhirnya sel-sel abnormal tersebut berkembang biak diluar kendali yang menimbulkan penyakit yang
bersifat pertumbuhan ganas.
Faktor Pengubah Mekanisme Imun

• Faktor Metabolik • Faktor lingkungan • Faktor Gizi


• Hormon dapat • Kenaikan angka kesakitan • Keadaan gizi seseorang
mempengaruhi respons penyakit infeksi, sering sangat berpengaruh
imun tubuh, misalnya terjadi pada masyarakat terhadap status imun
pada keadaan hipoadrenal yang taraf hidupnya seseorang.
dan hipotiroidisme akan kurang mampu.
mengakibatkan
menurunnya daya tahan
terhadap infeksi.
Faktor Anatomi Faktor Fisiologis
Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba Getah lambung pada umumnya menyebabkan suatu
lingkungan yang kurang menguntungkan untuk sebagian
biasanya terdapat pada kulit dan selaput lender yang melapisi
besar bakteri pathogen.
bagian permukaan dalam tubuh

Faktor Umur Faktor Mikroba


Perkembangan sistem imun sudah dimulai semasa dalam kandungan, Berkembangnya koloni mikroba yang tidak pathogen pada
maka efektifitasnya juga diawali dari keadaan yang lemah dan permukaan tubuh,baik diluar maupun didalam tubuh, akan
meningkat sesuai dengan bertambahnya umur mempengaruhi sistem imun.
Abbas, A.K. and Lichtman, A.H. 2007. Cellular and Molecular Immunology. 6th
ed. WB Saunders Company Saunders, Philadelphia.
Baratawidjaja, K.G., Rengganis I. 2010. Imunologi Dasar ed. 9. Jakarta. BP.FKUI.
Roitt. 1997. Pokok Pokok Ilmu Kekebalan.
Kresno. 1991. Imunologi Diagnosis dan Prosedur Laboratorium.
Tizard. 2004. Veterinary Immunology. An Introduction. 6th ed. WB Saundres
Company. Philadelpia
Safrida. 2008. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta: Syiah Kuala University
Press
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai