Sistem sensorik
●
Fakoemulsifikasi
Polip
Definisi
• Polip hidung ialah massa lunak
yang mengandung banyak cairan di
dalam rongga hidung, berwarna
putih keabu-abuan, yang terjadi
akibat inflamasi mukosa. Bentuk
menyerupai buah anggur, lunak
dan dapat digerakkan.Polip timbul
dari dinding lateral hidung. Polip
yang diakibatkan proses inflamasi
biasanya bilateral (Schlosser &
Woodworth 2009; Mangunkusumo
& Wardani 2007).
Etiologi
Polip terjadi oleh reaksi hipersensitif atau
reaksi alergi pada mukosa hidung. Polip dapat
timbul pada penderita laki-laki maupun
perempuan, dari usia anak-anak sampai usia
lanjut. Bila ada polip pada anak di bawah usia
2 tahun, harus disingkirkan kemungkinan
meningokel atau meningoensefalokel.
Manifestasi klinis
Ketika baru terbentuk, sebuah polip tampak
seperti air mata dan jika telah matang,
bentuknya menyerupai buah anggur yang
berwarna keabu-abuan. polip hidung kecil
biasanya dapat dideteksi sewaktu endoskopi
hidung rutin. Jarang menimbulkan masalah-
masalah yang berarti.
Lanjutan
polip hidung yang lebih besar biasanya
menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut:
penyumbatan hidung karena indera perasa berhubungan
dengan indra penciuman
rasa sakit dan tidak nyaman di bagian wajah atau kening;
hilangnya indera penciuman (hiposmia);
bau busuk dari hidung;
menyebabkan penyumbatan drainase lendir dari sinus ke
hidung di mana mengakibatkan tertimbunnya lendir di
dalam sinus
Patofisiologi
Penatalaksanaan
• Terapi Medis
antibiotik
Lanjutan
• Operasi
polipektomi etmoidektomi
Sinusitis
Definisi
• Sinutis merupakan terjadinya inflamasi pada dinding
sinus paranasal.Namun, istilah yang digunakan sekarang
adalah rhinosinusitis dikarenakan mukosa pada hidung
terlibat secara bersamaan dan jarang terjadinya sinusitis
tanpa didahului dengan rhinitis.Rhinosinusitis dapat
diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi (maksilaris,
ethmoidalis, frontalis dan sphemoidalis), organisma
patogenik (virus, bakteri, jamur), adanya komplikasi
(orbitalis, intracranial) dan faktor yang
mempengaruhinya (polip nasal, imunosupresan, kelainan
anatomi).
Etiologi
Infeksi saluran nafas atas akibat virus yang bisa
diikuti infeksi bakteri, infeksi pada gigi rahang atas,
asma , kelainan anatomi seperti deviasi septum
atau hipertrofi konka, beberapa hal yang
menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap
infeksi diantaranya : Rhinitis alergi, rhinitis
hormonal, polip hidung, defisisensi imun
(misalnya :pasien HIV) dan beberapa hal yang
menghambat drainase saluran sinus (misalnya :
sumbatan kompleks osteomeatal).
Patofisiologi
patofisiologi rhinosinusitis ini terjadi
dikarenakan 3 faktor:
Surgical/Hemiglosectomy
Tuli konduktif
Definisi
• Tuli konduktif terjadi ketika suara tidak dapat
melewati saluran telinga luar dan dalam
karena adanya penyumbatan.Sumbatan
biasanya disebabkan oleh kotoran yang
menumpuk di dalam telinga.Biasanya tuli
terjadi pada salah satu telinga yang
mengalami penyumbatan.Kondisi ini
menyebabkan penderita mendengar suara
yang seolah-olah teredam.
Etiologi
• Tuli konduktif dapat terjadi apabila terdapat
lesi pada telinga luarmaupun telinga tengah
yang dapat menyebabkan gangguan
penghantaran /konduksi gelombang suara
untuk menggetarkan gendang telinga atau
membran timpani (Muhaimeed, dkk, 2002).
Patofisiologi
• Saat terjadi trauma akan menimbulkan suatu
peradangan bisa saja menimbulkan luka, nyeri
kemudian terjadi penumpukan serumen atau
otorrhea. Penumpukan serumen yang terjadi
dapat mengakibatkan transmisi bunyi atau
suara yang terganggu sehingga penderita tidak
dapat mempersepsikan bunyi atau suara yang
di dengarnya
Glaukoma
Definisi
• Glaukoma merupakan suatu neuropati optik
yang ditandai dengan
pencekungan “cupping” diskus optikus dan
penyempitan lapang pandangyangdisertai
dengan peningkatan tekanan intraokuler yang
merupakan faktor resikoterjadinya
glaukoma.Mekanisme peningkatan tekanan
intraokuler padaglaukoma dipengaruhi oleh
gangguan aliran keluar humor aquos.
Klasifikasi Glaukoma
1. Glaukoma primer
2. Glaukoma sekunder
3. Glaukoma kongenital
Etiologi
Penderita dibetes,
hipertensi, penyakit
jantung, atau peningkatan
hormon tiroid
• TIOnormal.
• Terdapat kontak iridotrabekular pada 2
kuadran atau lebih
• Tidak ada sinekia anterior perifer
• Tidak ada gejala tunnel vision
• Tidak ada tanda glaukoma berupa neuropati
optic
Penatalaksanaan
Untuk menentukan diagnosis dilakukan
beberapa pemeriksaan dasar yaitu :
• Tonometri
• Pemeriksaan untuk mengethaui kerusakan
saraf penglihatan
• Pemeriksaan lapang pandang