Anda di halaman 1dari 9

KONTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

OLEH
KELOMPOK 5
1. DEVA MARTA (17029141)
2. FADILA EL HUSNA (17029061)
3. HERFINDA OKTAVANI (17029093)
4. LATIFA REDHA ANDRIANI (17029032)
5. MILA ASTARI (17029065)
6. ZULFADLI TAMIMI SIREGAR (17029193)
Pembelajaran Konstruktivis Dalam Matematika

Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme.


Konstruksi berarti bersifat membangun. Konstruktivisme adalah
sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang
ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk
menemukan keinginan atau kebutuhannya dengan bantuan fasilitasi
orang lain.
Tujuan dari teori ini adalah :
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung
jawab siswa itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan
pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan
pemahaman konsep secara lengkap.
Karakteristik konstruktivisme: Prinsip-Prinsip konstruktivisme:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.


1. Belajar berarti membentuk makna. 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari
2. Konstruksi merupakan proses terus guru kemurid, kecuali hanya dengan
menerus keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan 3. Murid aktif megkontruksi secara terus
fakta, melainkan suatu proses menerus, sehingga selalu terjadi
pengembangan pemikiran dengan perubahan konsep ilmiah.
membentuk suatu pengertian yang baru. 4. Guru membantu menyediakan saran agar
4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi proses kontruksi berjalan lancar.
pada waktu skema seseorang dalam 5. Menghadapi masalah yang relevan
kesenjangan yang merangsang pemikiran dengan siswa.
lebih lanjut. 6. Struktur pembalajaran seputar konsep
5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman utama pentingnya sebuah pertanyaan.
siswa dengan dunia fisik dan 7. Mencari dan menilai pendapat siswa.
lingkungannya. 8. Menyesuaikan kurikulum untuk
menanggapi anggapan siswa.
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme,
Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222) mengajukan karakteristik sebagai
berikut:

1. Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan
2. Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa
3. Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi secara
personal
4. Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan pengaturan situasi
kelas
5. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran, materi,
dan sumber.

Teori perkembangan mental Peaget
Teori kognitif belajar ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam
tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Teori Perubahan Konsep
suatu teori belajar yang menjelaskan adanya proses evolusi pemahaman konsep siswa dari
siswa yang sedang belajar. Pada mulanya siswa memahami sesuatu melalui konsep secara
spontan.
Teori Skema
Menurut teori skema, pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket informasi atau skema yang
terdiri atas suatu set atribut yang menjelaskan objek tersebut, maka dari itu membantu kita
untuk mengenal objek atau kejadian itu.
Teori Belajar Bermakna Ausubel
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru dihubungkan dengan
struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar.
Teori Belajar Bruner
Menurut Bruner, “pembelajaran adalah proses yang aktif dimana pelajar membina ide baru
berasaskan pengetahuan yang lampau”. Selanjutnya Bruner (Nur, 2000:10) menyatakan bahwa
“mengajarkan suatu bahan kajian kepada siswa adalah untuk membuat siswa berfikir untuk diri
mereka sendiri, dan turut mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan.
Implikasi dari teori belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak (Poedjiadi, 1999: 63)
adalah sebagai berikut:

1. Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah menghasilkan


individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk menyelesaikan setiap
persoalan yang dihadapi
2. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan
pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh peserta didik. Selain itu,
latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar kelompok dengan
menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
3. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai
bagi dirinya.
Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme

1. Menekankan pada proses belajar, 10. Banyak menggunakan terminologi kognitif


bukanprosesmengajar. untuk menjelaskan proses pembelajaran,
2. Mendorong terjadinya kemandirian dan seperti prediksi, infernsi, dan kreasi.
inisiatif belajara pada siswa. 11. Menekankan bagaimana siswa belajar.
3. Memandang siswa sebagai pencipta kemauan 12. Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif
dan tujuan yang ingin dicapai. dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain
4. Berpandangan bahwa belajar merupakan dan guru.
suatu proses, bukan menekan pada hasil. 13. Sangat mendukung terjadinya belajar
5. Mendorong siswa untuk melakukan kooperatif.
penyelidikan. 14. Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata.
6. Mengharagai peranan pengalaman kritis 15. Menekankan pentingnya konteks siswa
dalam belajar. dalam belajar.
7. Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu 16. Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa
secara alami pada siswa. dalam belajar.
8. Penilaian belajar lebih menekankan pada 17. Memberikan kesempatan kepada siswa
kinerja dan pemahaman siswa. untuk membangun pengetahuan dan
9. Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip- pemahaman baru yang didasarkan pada
prinsip toeri kognitif. pengalaman nyata.
Pendekatan konstruktivisme menghendaki siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri.
Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar
yang membuat informasi lebih bermakna dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide mereka.
Guru dapat memberi siswa tangga yang dapat
membantu siswa mencapai tingkat pemahaman yang
lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa sendiri
yang memanjat tangga tersebut. Oleh karena itu agar
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan pendidik
maka pendekatan konstruktivisme merupakan solusi
yang baik untuk dapat diterapkan.
THANKS
FOR
ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai