Anda di halaman 1dari 29

dr.

Astrandaya Ajie
RSUP dr. Kariadi Semarang
Bagian Anestesiologi
SINDROM TURP

• TURP merupakan sebuah operasi reseksi kelenjar prostat yang


dilakukan transurethral dengan menggunakan cairan irigan
(pembilas)
• Operasi ini dilakukan pada  BPH
• Sindrom TURP dapat terjadi pada 2% kasus dengan mortalitas
yang masih tinggi.
• Suatu penelitian yang dilakukan di Filipina menunjukkan
angka kekerapan sebesar 6%. Penelitian yang lain
menunjukkan frekuensi Sindrom TURP sampai 10%.
• Reseksi prostat transurethral sering membuka jaringan
ekstensif sinus vena pada prostat dan memungkinkan absorbsi
sistemik dari cairan irigasi.
• Absorbsi dari cairan dalam jumlah yang besar (2 liter atau
lebih) disebabkan oleh diserapnya cairan irigasi melalui vena-
vena prostat atau cabangnya pada kapsul prostat yang terjadi
selama operasi menghasilkan kumpulan gejala akibat
gangguan neurologik, kardiovaskuler, dan elektrolit yang
disebut dengan SINDROM TURP.
ETIOLOGI

• Sindrom TURP disebabkan oleh absorbsi masif dari cairan


irigasi. Absorbsi masif tersebut tergantung oleh :
a. Proses TURP yang lama : absorbsi meningkat jika reseksi
dilakukan lebih dari 90 menit.
b. Tekanan intravaskuler meningkat, karena tinggi bagian irigasi
lebih dari 60 cm di atas lokasi pembedahan.
c. Banyak sinus prostat yang terbuka. Semakin besar prostat
yang direseksi, semakin banyak sinus prostat yang terbuka.
d. Jenis cairan irigan yang digunakan.
• Cairan elektrolit / ionik tidak bisa digunakan untuk irigasi saat
TURP karena cairan tersebut mendispersi aliran elektrokauter
dan menyebabkan hantaran saat operasi.
• Syarat cairan yang dapat digunakan untuk TURP adalah :
isotonik, non-hemolitik, electrically inert, non-toksik,
transparan, mudah untuk disterilisasi dan tidak mahal (Glisin
1,5%(230 mOsm/L). Akan tetapi sayangnya cairan yang
memenuhi syarat seperti di atas belum ditemukan.
FAKTOR RISIKO

Marrero menunjukkan frekuensi Sindrom TURP meningkat bila:


•Prostat yang ukurannya lebih dari 45 gr
•Operasi yang berlangsung lebih dari 90 menit
•Pasien yang mengalami hiponatremi relative
•Cairan irigasi 30 liter atau lebih
PERTIMBANGAN PRE-OP

Pasien TURP lanjut usia dengan penyakit penyerta :


•Cardiac disease 67%
•Cardiovascular disease 50%
•Abnormal ECG 77%
•Chronic obstructive pulmonary disease 29%
•Diabetes mellitus 8%

•Pasien dengan dehidrasi dan kekurangan elektrolit (terapi


diuretik jangka panjang dan asupan cairan terbatas)
•Pasien dengan infeksi saluran kemih.
PERSIAPAN PRE OPERATIF

• Anamnesis AMPLE
• Pemeriksaan Lab. (evaluasi : )
o Hb, TLC, DLC, platelet count,
o blood sugar,
o blood urea, serum creatinin, elektrolit
o Urin, EKG, Rontgen,
o Blood grouping dan crossmatch
• Puasa 6 jam pre-op
• Henti merokok 1 minggu sebelum operasi untuk menghindari
gangguan proses penyembuhan
MANAJEMEN ANESTESI SPINAL
PADA TURP

• Anestesi spinal digunakan pada operasi TURP dengan sedasi


• Sebuah citoscope yang dimasukkan melalui uretra sampai ke
bladder, kemudian bladder diisi dengan solution sehingga
memudahkan operator memeriksa bagian dari prostat yang
membesar, kemudian dimasukkan surgical loop melalui
citoscope untuk meremove bagian yang membesar, dan kateter
akan dibiarkan sampai beberapa hari.
PENGAWASAN SELAMA
BERLANGSUNGNYA OPERASI

1. Pendarahan
Perdarahan pada TURP akan menimbulkan hipovolemia,
menyebabkan kehilangan kemampuan mengangkut oksigen
secara signifikan sehingga bisa menuju iskemia myokardial
dan infark miokard
2. Sindrom TURP
Sindrom TURP adalah satu dari komplikasi tersering
pembedahan endoskopi urologi. Insiden sindrom TURP
mencapai 20% .
Reseksi kelenjar prostate transuretra dilakukan dengan
mempergunakan cairan irigasi agar daerah yang di irigasi
tetap terang dan tidak tertutup oleh darah.
GEJALA KLINIS

Sindrom TURP ini muncul intraoperatif maupun postoperatif


dengan gejala :
•sakit kepala,
•kelelahan terus menerus,
•confusion,
•sianosis,
•dispnea,
•aritmia,
•hipotensi dan seizure.
•Selain itu bisa berakibat lebih parah yaitu bisa bermanifestasi
overload sirkulasi cairan, toksisitas dari cairan yang digunakan
sebagai cairan irigasi
MANIFESTASI

Manifestasi dari Sindrom TURP :

•Hiponatremia
•Hipoosmolaritas
•Overload cairan
•Gagal jantung kongestif 
•Edema paru
•Hipotensi
KOMPLIKASI

Komplikasi Sindrom TURP :


1. Hipovolemi dan Hipotensi
- Tanda hemodinamika klasik dari Sindrom
TURP
2. Gangguan Penglihatan
- Salah satu komplikasi dari Sindrom TURP adalah
kebutaan sementara
- Penglihatan kembali normal 8-48 jam setelah
pembedahan
...

- Kebutaan TURP disebabkan oleh disfungsi retina yang


kemungkinan karena keracunan glisin. Karena itu persepsi dari
cahaya dan refleks mengedipkan mata dipertahankan dan respon
pupil terhdap cahaya dan akomodasi hilang pada kebutaan
TURP, tidak seperti kebutaan yang disebabkan karena disfungsi
Kortikal serebri
...

3. Koagulopati
- DIC ( Disseminated Intravasculer Coagulation) bisa terjadi
berkaitan dengan pelepasan partikel prostat yang kaya akan
jaringan thrombopalstin menuju sirkulasi yang menyebabkan
fibrinolisis sekunder.

- Dilutional trombositopenia bisa memperburuk situasi. DIC


bisa dideteksi pada darahdengan timbulnya penurunan jumlah
platelet, FDP ( Fibrin Degradation Products) yang tinggi(FDP
> 150 mg/dl) dan plasma fibrinogen yang rendah (400 mg/dl)
...

4. Bakteremia, septikemia, toksemia.


Sekitar 30% dari semua pasien TURP memiliki urin yang
terinfeksi saat preoperatif. Ketika prostat sinus vena terbuka
dan digunakan irigasi dengan tekanan tinggi, maka bakteri
akan masuk menuju sirkualsi.
...

5. Hipotermia
Hipotermia merupakan observasi yang selalu dilakukan pada
pasien yang akan dilakukan TURP. Penurunan dari suhu tubuh
akan mengubah situasi hemodinamika, yang mengakibatkan
pasien menggigil dan peningkatan konsumsi oksigen.
6. Hyponatremia – Hiperosmolaritas
Hiponatremia dapat terjadi pasien yang mengalami TURP
melalui berbagai mekanisme5 :
•Dilusi serum Na akibat kelebihan absorbsi cairan irigasi
•Hilangnya Na menuju aliran cairan irigasi pada tempat reseksi
prostat
•Hilangnya Na menuju ruangan interstisial pada periprostat dan
retroperitoneal
•Jumlah besar glisin menstimulasi pelepasan atrial natriuretik
peptida pada kelebihan volume cairan menyebabkan natriuresis
Gejala hiponatremia :
•gelisah, kebingungan, inkoheren, koma dan kejang.
•Na serum <120 mEq/liter : hipotensi dan penurunan
kontraktilitas miokardial.
•Na serum <115 mEq/l : bradikardi dan perluasan dari kompleks
QRS pada EKG, ektopik ventrikuler dan inversi gelombang T.
•Na serum <100 mEq/liter : kejang umum, koma, henti nafas,
Ventricular Tachycardia (VT), Ventricular Fibrillation (VF) dan
henti jantung
TATALAKSANA SINDROM TURP

• Ketika Sindrom TURP didiagnosa, prosedur pembedahan


sebaiknya diakhiri secepatnya.
• Pasien bisa dimanajemen dengan restriksi cairan dan diuretic
loop.
TATALAKSANA PRE DAN POST-OP
SINDROM TURP

• Hiponatremia yang terjadi sebelum operasi harus dikoreksi


terutama pada pasien yang menggunakan obat-obatan diuretic
dan diet rendah garam.
• Antibiotik profilaksis memiliki peran dalam pencegahan
bakterimia dan septikemia.
• Central Venous Pressure (CVP) monitoring atau kateterisasi
arteri pulmonalis diperlukan untuk pasien dengan penyakit
jantung.

• Untuk mengurangi timbulnya sindroma TURP, operator harus


membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam
• Untuk kasus dengan operasi lebih dari 1 jam staging TURP
harus dilakukan
• Koreksi hiponatremia sebaiknya dilakukan dengan diuresis
dan pemberian salin hipertonis 3-5% secara lambat dan tidak
lebih dari 0,5 meq/per 1 jam atau tidak lebih cepat dari 100
ml/jam.
• Oksigen harus diberikan dengan penggunaan nasal kanul. Edema
paru sebaiknya dimanajemen dengan intubasi dan ventilasi
dengan penggunaan 100% oksigen
• Kehilangan darah diterapi dengan transfusi PRC.
• Pada kasus dengan DIC, maka fibrinogen 3-4 gram sebaiknya
diberikan secara intravena diikuti dengan infus heparin 2000 unit
secara bolus( dan kemudian diberikan 500 unit tiap jam)
• Hipotermi dapat dihindari dengan meningkatkan suhu ruang
operasi, penggunaan selimut hangat dan menggunakan cairan
irigasi dan intravena yang telah dihangatkan sampai suhu 37 C
...

• Gejala hiponatremia yang bisa berakibat seizure bisa


dihubungkan dengan dosis kecil dari midazolam (2-4mg),
diazepam (3-5 mg), thiopental (50-100 mg).
• Phenytoin yang diberikan secara intravena (10-20 mg/kg) juga
harus dipertimbangkan untuk memperoleh aktivitas
antikonvulsan
• Intubasi endotrakeal secara umum disarankan untuk mencegah
aspirasi sampai status mental pasien menjadi normal.
DAFTAR PUSTAKA

• Marrero AS, Prodigalidad AM, Ambrosio AZ. Prediction and Early


Diagnosis of Transurethral Prostatectomy Syndrome. Available at :
http://members.tripod.com/nktiuro/paper2.htm. Accessed on : July 1, 2012.
• Moorthy HK, Philip S. TURP Syndrome - Current Consept in Pathology
and Physiology. Indian J Urology 2001; 17 : 97-102.
• Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. 4 th ed.
New York : McGraw- Hill. 2006. p. 838 – 60.
• Mutlu M, Titiz M. Hyponatremia and Neurological Manifestation of TURP
syndrome.The Internet Journal of Anesthesiology 2007; 12(1): 235 – 70.
• Hahn RG. Fluid Absobrtion in Endoscopy Surgery. British Journal of
Anesthesiology 2006; 96:8-20

Anda mungkin juga menyukai