Anda di halaman 1dari 40

CASE BASED DISCUSSION

RENDAHNYA KESADARAN TENTANG PERILAKU HIDUP SEHAT DENGAN


KEJADIAN DIARE PADA BALITA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat


Untuk Program Pendidikan Profesi Dokter Pada Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedosteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Oleh :
1. Dyah Chandra R.K.P

(01.210.6137)

2. Edy Hariyanto

(01.210.6138)

3. Eta Septiani Maulidita

(01.210.6149)

4. Harlina Nurlita

(01.210.6174)

5. Ilyu Ainun Najie

(01.210.6190)

6. M. Ulin Nuha

(01.210.6229)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kegiatan Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Puskesmas Ngaliyan
9 Juni 27 Juni 2014
Telah Disahkan

Semarang,

Juni 2014

Mengetahui
Kepala Puskesmas Ngaliyan

Pembimbing

dr. Wahidah Nofrida, M.Kes

dr. Joyce J. Maya M.


Mengetahui

Kepala Bagian IKM FK Unissula

dr. Ophi Indria Desanti, MPH

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat
karunia dan hidayah, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Rendahnya Kesadaran Tentang Perilaku Hidup Sehat Dengan Kejadian Diare Pada Balita
di Puskesmas Ngaliyan.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Laporan ini memuat data tentang kasus Hipertensi di Puskesmas
Ngaliyan, Kota Semarang.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk ini kami mengucapkan terima kasih sebesar - besarnya kepada yang terhormat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

dr. Ophi Indria Desanti, MPH, kepala departemen IKM FK Unissula Semarang
Siti Thomas,SKM , Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang
dr. Kristanto Muliana, Selaku Pembimbing Bagian IKM Unissula Semarang.
dr. Wahidah Norfridalia, M.Kes, Kepala Puskesmas Ngaliyan Semarang.
dr. Joyce J. Maya M selaku pebimbing di Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang.
Seluruh Staf Puskesmas Ngaliyan Semarang
Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus ini.
Kami menyadari bahwa hasil penulisan Laporan kasus ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan dan perbaikan laporan kasus ini agar lebih baik.
Akhir kata kami berharap semoga laporan kasus Kejadian Hipertensi di Puskesmas
Ngaliyan Kota Semarang ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang,

Juni 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................

HALAMAN PENGESAHAN...................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................. iii
DAFTAR ISI ..........................................................................

iv

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................

1.1. Latar Belakang ............................................

1.2. Tujuan peneitian ..........................................

1.3.1. Tujuan Umum ........................................................


3
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA .............................................

2.1. Diare.............................................................

2.1.1. Definisi ............................................

2.1.2. Etiologi.............................................

2.1.2.1. Infeksi ................................................


4
2.1.2.2. Faktor Malabsorpsi ...........................
6
2.1.3. Epidemiologi................................... 6
2.1.3.1. penyebaran kuman ...........................
6
2.1.3.2. Faktor Pejamu ...................................
7
2.1.3.3. Faktor lingkungan .............................
8

2.1.3.4. Variabel Epidemiologi Deskriptif ......


8
2.1.3.5. Distribusi Diare menurut variabel orang 8
2.1.3.6. Distribusi Diare menurut variabel tempat11
2.1.3.7. Distribusi Diare menurut variabel waktu 12
2.1.4. Manifestasi Klinik.............................
13
2.1.5. Cara Pencegahan .............................................. 13
2.1.6. Klasifikasi .........................................................
15
2.1.7. Komplikasi ........................................................
16
2.1.8. Tatalaksana ......................................................
17
BAB III

STATUS PRESENT.................................................

20

3.1. Cara dan Waktu ................................................................


20
3.2. Hasil Kunjungan ...............................................................
20
3.2.1. Data Pasien .....................................................
20
3.3. Anamnesa ........................................................................
21
3.3.1. Riwayat Penyakit Sekarang ............................
21
3.3.2. Riwayat Penyakit Dahulu ................................
21
3.2.3. Riwayat Keluarga ............................................
21
3.2.4. Riwayat Sosial Ekonomi ...................................
21
3.2.5. Keadaan saat ini ..............................................
21

3.4. Pemeriksaan Fisik.........................................

21

3.5. Data Perkesmas...........................................

24

BAB IV

ANALISA/PEMBAHASAN.......................................

28

BAB V

Kesimpulan dan Saran

30

BAB VI

Penutup

.....................................

.....................................................................

33
DAFTAR PUSTAKA.................................................................

34

LAMPIRAN ............................................................................

35

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit diare adalah penyakit yang sangat berbahaya dan terjadi
hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa menyerang seluruh
kelompok usia baik laki laki maupun perempuan, tetapi penyakit diare
dengan tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling tinggi banyak
terjadi pada bayi dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia
anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang
menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% dari semuapenyebab kematian
(Depkes, 2010)
Menurut Riskesdas pada tahun 2013 period prevalen diare sebesar
3,5%, ini lebih kecil dari Riskesdas 2007 yakni sebesar 9,0%. Lima provinsi
dengan insiden dan period prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan
14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%),
Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%).
Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah
kelompok yang paling tinggi menderita diare. Untuk kelompok pekerjaan
Petani/nelayan/buruh mempunyai proporsi tertinggi (7,1%), sedangkan jenis
kelamin dan tempat tinggal menunjukkan proporsi yang tidak jauh berbeda.
Insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7 persen. Karakteristik diare balita
tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-laki (5,5%),

tinggal di daerah pedesaan (5,3%), dan kelompok kuintil indeks


kepemilikan terbawah (6,2%) (Riskesdas, 2013).
Data diare balita dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun
2012 sebesar 16.085 orang. Jumlah balita perempuan (50%) sama banyak
dengan laki-laki (50%). Cakupan pelayanan penderita diare diketahui
dengan menghitung jumlah penderita baru dibagi jumlah penduduk
dikalikan 1000. Pada tahun 2012 Incidence Rate (IR) sebesar 23 per 1000
penduduk. Angka kematian dihitung berdasarkan jumlah penderita yang
meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar
0.01% dan berdasarkan data yang diketahui dari tahun 2005-2012 tidak ada
laporan mengenai penderita diare yang meninggal di puskesmas, berarti
penderita diare yang berobat ke puskesmas dan ditolong oleh kader tidak
ada yang meninggal. Ngaliyan merupakan salah satu daerah yang IR
diarenya <21 per 1.000 penduduk (kurang dari target) (DKK, 2012).
Diare sering terjadi pada balita yang datang akibat pencernaannya
kemasukan bakteri. Sumbernya bisa karena kurang higienisnya waktu
memberikan susu formula atau karena alergi terhadap protein susu sapi yang
terkandung dalam susu formula. Faktor risiko yang menimbulkan diare
adalah ibu tidak memberikan ASI eksklusif 0-6 bulan pertama kehidupan
bayi, tidak memadai persediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja,
kurangnya sarana kebutuhan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi
yang buruk, lalu penyimpanan dan penyiapan makanan yang tidak higienis.
Serta cara penyapihan anak yang tidak baik (Nabila, 2011).

Komplikasi diare pada balita yang paling sering yaitu dehidrasi


ringan, sedang, dan berat, hingga komplikasi yang paling berat yakni
kematian (Nabila, 2011).
Oralit dan zinc sangat dibutuhkan pada pengelolaan diare balita.
Oralit dibutuhkan sebagai rehidrasi yang penting saat anak banyak
kehilangan cairan akibat diare dan kecukupan zinc di dalam tubuh balita
akan membantu proses penyembuhan diare. Pengobatan dengan pemberian
oralit dan zinc terbukti efektif dalam menurunkan tingginya angka kematian
akibat diare sampai 40 persen. Pemakaian oralit dalam mengelola diare pada
penduduk Indonesia adalah 33,3 persen (Riskesda, 2013). Namun ASI dan
makanan tambahan tetap diteruskan beserta antibiotik selektif dan edukasi
kepada orang tua (Nabila, 2011).
1.2 TUJUAN PENELITIAN
1.2.1

Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap Diare berdasarkan pendekatan HL Blum.

1.2.2

Tujuan Khusus
1.2.2.1 Untuk

memperoleh

informasi

mengenai

faktor

lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare.


1.2.2.2 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor perilaku
yang mempengaruhi terjadinya diare.
1.2.2.3 Untuk memperoleh informasi mengenai faktor pelayanan
kesehatan yang mempengaruhi terjadinya diare.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DIARE
2.1.1

Definisi

Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja
yang frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih dalam sehari)
(DEPKES RI, 2000). Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau
anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi
cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari 2
minggu (Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010).
Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak)
peringat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare,
baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat
dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada baik dan anak balita
( Zubir, 2006 ).
2.1.2 Etiologi
2.1.2.1 Infeksi
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari
25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare
pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama timbulnya
diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit
(Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010).
Beberapa mikroorganisme penyebab diare akut yang
dapat menyebabkan diare pada manusia disajikan pada tabel
1.
Tabel 1. Mikroorganisme penyebab diare

Bakteri
Aeromonas
Bacillus cereus
Campylobacter

Virus
Astrovirus
Calcivirus
Enteric Adenovirus

Parasit
Balantidium coli
Blastocystis homonis
Cryptosporidium

jejuni
Clostridium

Coronavirus*

parvum
Entamoeba

perfringens
Clostridium defficile
Escherichia coli
Plesiomonas

Rotavirus
Norwalk virus
Herpes
simplex

histolytica
Giardia lambia
Isospora belli
Strongyloides

shigeloides
Salmonella
Shigella
Staphylococcus

virus*
Cytomegalovirus

stercoralis
Trichuris trichiura

aureus
Vibrio cholera
Yersinia
enterocolitica
*umumnya berhubungan dengan diare hanya pada
penderita imunocompromised Sumber : ( Nelson Textbook
of Pediatric dan Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010).
2.1.2.2 Faktor malabsorbsi
1. Malabsorbsi kabohidrat: disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intiloransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa), pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
a. Faktor makanan seperti makanan basi, beracun,
b.

alergi terhadap makanan.


Faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas
(jarang tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar) (Ngastiyah, 2005).

2.1.3

Epidemiologi
Menurut Depkes RI (2005), Epidemiologi penyakit diare
adalah sebagai berikut.
2.1.3.1 Penyebaran kuman yang menyebabkan diare :
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui
fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang
tercemar tinja dan atau kontak lansung dengan tinja
penderita.

Beberapa

perilaku

dapat

menyebabkan

penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko


terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara
penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan
botol susu, menyimpan makanan pada suhu kamar,
menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci
tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan
tidak membuang tinja dengan benar.
2.1.3.2 Faktor pejamu yang meningkatkan

kerentanan

terhadap diare
Beberapa faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan
insidens, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor
tersebut antara lain (DepKes, 2002) :
- Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI
mengandung antibodi yang dapat melindungi kita terhadap
berbagai kuman penyebab diare
- Kurang Gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko
kematian karena diare meningkat pada anak-anak yang

menderita gangguan gizi, terutama pada penderita gizi


buruk.
- Campak. Diare dan disentri sering terjadi dan
berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita
campak dalam 4 minggu terakhir.
2.1.3.3 Faktor Lingkungan dan Perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana
air bersih dan pembuangan tinja. Kedua fakor ini akan
berinteraksi dangan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu
melalui makanan dan minuman, maka dapat menmbulkan
kejadian diare.
2.1.3.4 Variabel Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif merupakan studi terhadap
jumlah dan distribusi satu penyakit pada manusia yang
karakteristiknya berhubungan dengan orang yang menderita
(person), tempat (place) dan waktu terjadinya (time)
penyakit. Jadi variabel variabel yang digunakan dalam
epidemiologi deskriptif adalah variabel orang, variabel
tempat, variabel waktu.
2.1.3.5 Distribusi Penyakit Diare menurut Variabel Orang
Variabel orang dapat dideskripsikan pada siapa yang
menderita penyakit dan menghadapi masalah kesehatan,
bagaimana dengan identitas orangnya seperti umur, jenis
kelamin,

kelas

sosial,

status

pekerjaan,

pendidikan,

golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga,


struktur keluarga dan paritas.
1. Variabel Umur
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur
anak balita pada daerah endemis, sedangkan pada waktu
terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dapat menyerang
semua umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan 4050 per 100 penduduk setiap tahun, dimana 70%-80%
diantaranya terjadi pada golongan umur balita. Insiden
tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun. (Sunoto,
1997).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh
WHO (1996) yang menyatakan bahwa diare lebih banyak
terjadi pada anak berumur 0-4 tahun. Beberapa alasan dapat
menerangkan hubungan antara kejadian diare dengan umur
adalah :
- Kejadian tersebut merupakan fungsi dari proses umur,
perkembangan fisiologis atau imunitas.
- Kejadian tersebut merupakan hasil perubahan daya
tahan tubuh.
- Kejadian tersebut merupakan akibat perubahan
kebiasaan makan yang berbeda-beda antara golngan umur.
- Disamping itu ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit diare pada bayi atau
balita, yaitu faktor lingkungan, gizi, sikap masyarakat dan
sosial ekonomi.
2. Variabel Jenis Kelamin

Seperti halnya dengan variabel umur, faktor jenis


kelamin merupakan salah satu variabel deskriptif yang
dapat memberikan perbedaan angka/rate kejadian pada
diare pada pria dan wanita. Perbedaan insiden menurut jenis
kelamin, dapat timbul karena bentuk anatomis, fisiologis,
dan sistem hormonal yang berbeda.
3. Variabel Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu
dengan status pendidikan SLTP ke atas mempunyai
kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral
dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu
dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga
bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang
diperoleh si anak.
4. Variabel Pekerjaan
Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan
keterpaparan khusus dan tingkat/derajat keterpaparan
tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan,
lingkungan kerja, dan sifat sosial ekonomin karyawan pada
pekerjaan

tertentu.ada

berbagai

hal

yang

mungkin

berhubungan erat dengan sifat pekerjaan, seperti jenis


kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat pendidikan

yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan


pekerja. Pekerjaan juga mempunyai hubungan erat dengan
status sosial ekonomi, sedangkan berbagai penyakit yang
timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis
pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan keluarga.
2.1.3.6 Distribusi Penyakit Diare menurut Variabel Tempat
Penyebaran diare disuatu tempat dengan tempat lainnya
berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu
diantaranya : keadaan geografis kebiasaan penduduk,
kepadatan penduduk dan pelayanan Kesehatan (Depkes RI,
1990).
Penyakit diare umumnya terdapat didaerah yang
mempunyai sanitasi buruk dan sarana air bersih yang
kurang memadai dan buruk. Hasil penelitian WHO di
Venezuela tahun 1996 menunjukan bahwa daerah yang
sanitasinya buruk mempunyai angka kesakitan diare dan
angka kematan akibat diare sangat tinggi.
Keadaan ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh
penggunaan

sarana

sanitasi

yang

rendah,

sehingga

menyebabkan masyarakat berperilaku kurang higienis. Hal


ini akan memudahkan penyebaran penyakit diare.
2.1.3.7 Distribusi Penyakit Diare menurut Variabel Waktu
Hubungan antara waktu dan penyakit merupakan
kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh

karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu


menunjukan adanya perubahan faktor-faktor etiologis.
Penyebaran diare dapat berada dalam frekuensi dan
waktu tertentu. Variasi kejadian diare menurut waktu
berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Penelitian WHO
(1985) menunjukan bahwa insiden diare di pengaruhi oleh
iklim.
Di Indonesia angka kejadian diare banyak terjadi pada
musim hujan dan saat pergantian musim kemarau ke musim
hujan.
Kenaikan kasus diare pertahun terjadi pada bulan Juni
(1999), Agustus (2002). Keadaan ini menggambarka bahwa
peningkatan kasus terjadi pada musim hujan. Beberapa
kepustakaan menyebutkan bahwa terdapat kecenderungan
2.1.4

penderita diare meningkat pada waktu musim hujan.


Manifestasi Klinis
Menurut Ngastiyah (2005), manifestasi klinik penyakit diare
antara lain cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan
menurun, feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan
adanya darah. Kelamaan, feses ini akan berwarna hijau dan asam,
anus lecet, dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi
penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,
peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri
dengan syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, Mata dan
ubun-ubun cekung, dan selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi
kering.

2.1.5

Cara Pencegahan Diare


Menurut Murtaqi (2009), cara pencegehan diare dapat
dilakukan dengan cara:
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu
penting yaitu:
1) sebelum makan, 2) setelah buang air besar, 3) sebelum
memegang bayi, 4) setelah menceboki anak dan 5) sebelum
menyiapkan makanan.
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah,
antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari
atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak
tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain);
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya,
sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly
dan Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis
adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya
yang mudah diterapkan adalah (Ngastiyah, 2005): penyiapan
makanan yang higienis, penyediaan air minum yang bersih,
kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan, pemberian
ASI eksklusif, buang air besar pada tempatnya (WC, toilet), tempat
buang

sampah

yang

memadai,

berantas

lalat

agar

tidak

menghinggapi makanan, dan lingkungan hidup yang sehat.


sedangkan menurut Styanegara dan Widjaja (2005), untuk
mengurangi kemungkinan anak menderita diare antara lain
sebagian besar infeksi diare menular melalui kontak tangan

kemulut secara langsung, setelah terpajan tinja (kotoran). Ini terjadi


paling sering pada anak yang tidak pernah dilatih ketoilet.
Tingkatkan kebersihan diri (seperti cuci tangan setelah ketoilet atau
mengganti popok dan sebelum makan) dan kebersihan didalam
rumah serta ditempat penitipan anak atau taman kanak-kanak.
Hindari meminum susu mentah dan memakan makanan yang
terkontaminasi/basi. Hindari penggunaan obat-obatan yang tidak
perlu, khususnya antibiotik. Jika memungkinkan, beri ASI bayi
anda sejak dini. Jangan memberi anak anda minuman yang manis
2.1.6

atau jus secara tidak terbatas.


Klasifikasi
Pada klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi diare
dehidrasi berat, diare dehidrasi sedang atau ringan, diare tanpa
dehidrasi, diare persisten, disentri (Hidayat, 2005) :
a. Diare Dehidrasi Berat Diare dehidrasi berat jika terdapat
tanda sebagai berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar,
mata cekung, serta turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya yaitu
lakukan pemasangan infuse, berikan cairan IV Ringer Laktat,
pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan agar bayi
dalam keadaan hangat dan kadar gula tidak turun.
b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan Diare ini mempunyi
tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit
jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama
untuk setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari
ibu cara membuat oralit, lanjutkan pemberian ASI, berikan
penjelasan kapan harus segera dibawa kepetugas kesehatan.

c. Diare Tanpa Dehidrasi Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada


salah

satu

tanda

pada

dehidrasi

berat

atau

ringan.

Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap


kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau air
matang sebanyak bayi mau, ajari pada ibu cara memberikan oralit
dengan memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit
yang diberikan sebagai tambahan cairan, anjurkan untuk meminum
sedikit tapi sering.
d. Diare Persisten Diare persisten apabila terjadi diare sudah
lebih dari 14 hari. Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi
masalah diare persisten dan disentri dalam manajemen balita sakit
adalah sebagai berikut : atasi diare sesuai dengan tingkat diare dan
dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak turun, anjurkan agar
bayi tetap hangat, lakukan rujukan segera.
e. Disentri Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada
tanda gangguan saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan
sama dengan diare persisten.
2.1.7 Komplikasi
Menurut Suriyadi dan Yuliani (2005), akibat diare dan
kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut dehidrasi (ringan, sedang,
berat, hipotonik, isotonik, hipertonik), hipokalemia, hipokalsemia,
cardiac
2.1.8

dysrhythmias

akibat

hipokalemi

hiponatremia, syok hipovolemik, dan asidosis.


Penatalaksanaan

dan

hipokalsemi,

Menurut Hidayat (2005) penatalaksanaan atau penanggulangan


penderita diare di rumah antara lain:
a. Memberi tambahan cairan Berikan cairan lebih sering dan
lebih lama pada setiap kali pemberian, jika anak memperoleh ASI
eksklusif berikan oralit atau air matang sebagai tambahan. Anak
yang tidak memperoleh ASI eksklusif berikan 1 atau lebih cairan
berikut : oralit, cairan makanan (kuah, sayur, air tajin) atau air
matang.
Sebagai tenaga kesehatan harus memberitahu ibu berapa
banyak cairan seharinya :
1) Sampai umur 1 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali berak
2) Umur 1 sampai 5 tahun : 100 sampai 200 ml setiap kali
berak Minumkan cairan sedikit demi sedikit tetapi sering dan jika
muntah tunggu 10 menit kemudian lanjutkan lagi sampai diare
berhenti.
b. Memberi makanan Saat diare anak tetap harus diberi
makanan yang memadai, jangan pernah mengurangi makanan yang
biasa dikonsumsi anak, termasuk ASI dan susu. Hindari makanan
yang dapat merangsang pencernaan anak seperti makanan yang
asam, pedas atau buah-buahan yang mempunyai sifat pencahar.
Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan
kehilangan cairan atau dehidrasi yang ditandai dengan :
1) Anak menangis tanpa air mata
2) Mulut dan bibir kering
3) Selalu merasa haus
4) Air seni keluar sedikit dan berarna gelap, ada kalanya tidak
keluar sama sekali.
5) Mata cekung dan terbenam

6) bayi tanda dehidrasi bias dilihat dari ubun-ubun yang


menjadi cekung
7) Anak mudah mengantuk
8) Anak pucat dan turgor tidak baik
Untuk menanggulanginya perlu diberi cairan banyak, tidak
harus oralit. Bisa berupa teh manis, larutan gula garam atau sup.
Air tajin justru cukup efektif bagi bayi untuk mengatasi diare. Dan
jauh lebih baik dibandingkan dengan oralit karena tajin
mengandung glukosa primer yang mudah diserap. Penggunaan air
tajin sebagai obat diare tidak berbahaya untuk bayi sekalipun
(Suryana, 2005).
Penatalaksanaan penderita diare di tempat pelayanan kesehatan
atau penatalaksanaan secara medis (Ngastiyah, 2005):
1) Pemberian cairan
a) Cairan peroral, diberikan pada pasien

dengan dehidrasi

rungan atau sedang bisa diberi oralit


b) Cairan parenteral, pemberiannya dapat diberikan dengan
cara melalui intra vena misalnya cairan Ringer Laktat (RL) yang
selalu tersedia di fasilitas kesehatan di mana saja.
c) Pengobatan Diatetik Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak
di atas 1 tahun dengan berat badan < 7 kg jenis makanannya adalah
:
a) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa
rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM (Low Lactose
Milk), Almiron atau sejenis lainnya).
b) Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi
tim), bila anak tidak mau minum susu karena di rumah tidak biasa.

c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang


ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa atau
asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
2) Obat-Obatan Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan
cairan yang hilang melalui tinja dengan atau tanpa muntah, dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat
lain :
a) Asetosal dosis 25 mg/kg BB/hari
b) Khlorpromazin dosis 0,5-1 mg/kg BB/hari.

BAB III
STATUS PRESENT
3.1 CARA DAN WAKTU PENGAMATAN
Cara pengamatan dilakukan dengan pengumpulan data primer dari
wawancara dan data sekunder dengan menggunakan rekam medik.
Pengamatan dilakukan dalam dua tempat yaitu di Puskesmas saat penderita
berobat yaitu tanggal 14 Juni 2014 dan di rumah penderita (Home Visite)
untuk mencari faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan berobat yaitu
tanggal 17 Juni 2014.
3.2

HASIL PENGAMATAN
3.2.1

Data Penderita (Pasien)


Identitas pasien

Nama

: An.N

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 1 tahun 5 bulan

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Pendidikan terakhir

:-

Pekerjaan

:-

Alamat

: Jln.Padaan Rt 02/05 Podorejo,

Kec.Ngaliyan

Mulai berobat

14

Juni

2014

Rawat

Inap

Puskesmas Ngaliyan
3.2.2

Anamnesis
3.2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang
Dari

hasil

alloanamnesa

dengan

ibu pasien,

didapatkan pasien mengalami mencret, muntah dan


demam sejak 2 hari yang lalu. BAB dalam sehari
lebih dari 5x dengan warna kuning, ada ampas,
berbau asam, encer dan nyemprot.
3.2.2.2 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
dengan kondisi sekarang.
3.2.2.3 Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita diare.
3.2.2.4 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan anak pertama. Bapaknya bekerja
sebagai distributor di pabrik dan ibunya sebagai
pegawai pabrik garmen. Kesan ekonomi cukup.
3.2.2.5 Keadaan saat ini
Pasien sudah dapat beraktivitas seperti biasa. Tetapi
masih sedikit rewel.
3.2.3

Pemeriksaan Fisik
3.2.3.1 Keadaan umum

: tampak lemas

3.2.3.2 Kesadaran

: composmentis

3.2.3.3 Tanda Vital


Nadi

:
: 90 x/menit, isi dan tegangan cukup

RR
Temperatur

: 23 x/menit
: 37,5 C

3.2.3.4 Kepala
Rambut

: hitam, tidak mudah dicabut

UUB : cekung
Mata : konjungtiva palpebra anemis -/- , ikterik
-/-, edem palpebra -/-, cowong -/-, air mata sudah
tidak keluar.
Hidung

: secret (-), epistaksis (-)

Telinga: sekret (-)


Mulut : sianosis (-), gusi berdarah (-), sariawan (-)
Bibir

: kering (-), mukosa dalam sianosis

(-)
Selaput lendir : kering (-)
Lidah

: kotor (-), tremor (-)

Gigi

: karies (-)

Tenggorokan : T 1-1 , faring hiperemis (-)


Leher

: Pembesaran KGB (-)

3.2.3.5 Dada
Paru
Inspeksi

: simetris, retraksi (-)

Palpasi

: stem fremitus kanan = kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

suara dasar

: vesikuler +/+ di seluruh lapangan

paru
suara tambahan : ronkhi -/-, wheezing -/Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di SIC V 2 cm

medial LMCS, tidak kuat angkat, dan tidak melebar


Perkusi

Batas kiri : SIC V 2 cm medial LMCS


Batas atas : SIC II LPS sinistra
Batas kanan : SIC II LPS dextra
Auskultasi

: BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)

3.2.3.6 Abdomen
Inspeksi

: perut buncit sedikit

Auskultasi

: bising usus normal

Perkusi

: normal

Palpasi

: Nyeri tekan (-), turgor turun

(-)
Hepar

: dbn

Lien

: dbn

3.2.3.7 Alat kelamin : laki-laki, dbn


3.2.3.8 Kelenjar
Pembesaran KGB inguinal (-)
3.2.3.9 Anggota gerak
Superior
Akral dingin

-/-

Sianosis

-/-

-/-

-/-

Oedem

-/-

-/-

Capp. Refill

< 2

< 2

Gerakan

+N / +N

Kekuatan

5/5

Reflek fisiologis

+N / + N

Reflek patologis
Tonus
Klonus
3.2.4. Pemeriksaan Penunjang
3.3

Inferior

DATA PUSKESMAS
Identitas keluarga
Nama KK

: Tn.NF

Umur

: 26th

Pendidikan Terakhir

: SMA

-/-

+N/+N
-/-

+N / +N
5/5
+N / +N
-/+N/+N
-/-

Pekerjaan

: Karyawan

Nama Anak

: An.N

Umur

: 1 tahun 5 bulan

Pendidikan Terakhir

:-

Pekerjaan

:-

Data Lingkungan
a. Data Individu :
Pasien merupakan anak pertama. Pasien tinggal serumah dengan bapak, ibu,
kakek dan neneknya.
b. Ekonomi
Ibu pasien bekerja sebagai pegawai pabrik garmen, bapak pasien bekerja
sebagai distributor sebuah pabrik. Kesan ekonomi: cukup (rata-rata Rp.
2.400.000 per bulan).
c.

Masyarakat

Pasien tinggal di daerah padat penduduk dimana tidak ada jarak antara
rumah ke rumah, rumah saling berhadapan dengan jarak 2m.
Kebersihan lingkungan banyak berceceran kotoran ayam di halaman
maupun jalan depan rumah, got kurang bersih dan tempat sampah yang
kurang memadai.

d.

Lingkungan rumah

Berdasarkan data hasil laporan kasus didapatkan luas tanah rumah


pasien 5 m x 10 m = 50 m 2 yang dan dihuni oleh 6 orang sehingga

didapatkan kepadatan rumah 8m2/orang.


Ventilasi rumah pasien berupa jendela sebanyak 4 buah @ 40cm x

40cm, dan 1 pintu depan, 1 pintu belakang


Terdapat 1 MCK
Jarak sumur dengan septik tank kurang dari 10 m.
Lantai rumah : dengan ubin pada bagian depan dan tanah pada bagian

belakang
- Kamar di rumah bagian belakang tidak terdapat jendela dan ventilasi
- Banyak lalat di dalam rumah
Data Perilaku
Ibu dan nenek pasien jarang membersihkan rumah. Setiap pulang
kerja ibu jarang makan sehingga produksi ASI menurun dari biasanya. Ibu
tidak begitu memahami gejala-gejala diare dengan dehidrasi ringan sampai
berat. Pasien suka bermain di luar dan tanah tanpa alas kaki. Pasien suka
bermain dengan ayamnya dan suka pegang tanah. Dot untuk minum pasien
ditaruh sembarangan sehingga kebersihannya kurang.
Data pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan terdekat (puskesmas) berjarak lebih kurang 8
kilometer dari tempat tinggal. Awal gejala diare pernah dibawa ke putu tapi
ditolak karena alasan sudah tutup padahal jam kerjanya belum selesai.
Data genetika

Ayah

Ibu

(pasien)
An
ak

BAB IV
ANALISA HASIL
Berdasarkan kasus, seorang ibu datang membawanya bayinya dengan keluhan
bahwa bayinya mengalamai mencret lebih dari 5x sehari, muntah dan demam
sejak 2 hari yang lalu. Tinja berwarna kuning, ada ampas, berbau asam, encer, dan
nyemprot. Hanya diberikan obat penurun panas dan antibiotik sirup yaitu
amoxicillin.
Dalam kasus ini teradapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab
timbulnya diare, yaitu:
1. Lingkungan tempat tinggal pasien yang merupakan daerah padat penduduk
dan kebersihan lingkungan sekitar rumah masih kurang bersih dimana
banyak kotoran ayam dimana-dimana.
2. Orang tua jarang membersihkan rumah.
3. Kamar pada bagian belakang tidak memiliki jendela dan ventilasi
4. Jarak antara sumber air yang dikunsumsi dengan septik tank kurang dari
10 meter
5. Lantai rumah bagian belakang yang masih berupa tanah
6. Kebersihan tangan anak saat bermain di lantai maupun ditanah yang
sangat kurang, sehingga rentan terkena bakteri.
7. Dot untuk minum pasien diletakkan sembarangan sehingga menjadi
kurang bersih.
8. Produksi ASI yang menurun, sehingga lebih sering diberi susu formula.
9. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pencegahan penyakit diare
pada anak.
10. Banyaknya lalat di dalam rumah.
Jarak antara tempat tinggal dengan puskesmas jauh.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Banyak faktor yang dapat membuat seseorang terserang penyakit diare.
Pada waktu-waktu tertentu misalnya musim hujan penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa). Diare lebih dominan menyerang balita
karena daya tahan tubuh balita yang masih lemah sehingga balita sangat rentan
terhadap penyebaran bateri penyebab diare. Balita merupakan kelompok umur
yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi yaitu diare
(Notoatmodjo S, 2004). Faktor lainnya adalah tingkat pendidikan orang tua atau
pengasuh yang masih rendah (Sinthamurniwaty, 2005).
Berdasarkan hasil analisa laporan, maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang berpengaruh terhadap terjadinya diare pada kasus ini berdasarkan
pendekatan HL Blum adalah :
5.1 Perilaku

Produksi ASI menurun karena ibu jabang makan tiap habis kerja

Minimnya pengetahuan ibu mengenai pencegahan diare pada anak

Pasien suka main di lantai yang masih kotor dan di teras rumah

yang masih berupa tanah

Dot untuk minum pasien masih suka diletakkan di sembarang

tempat sehingga menjadi tidak bersih

Orang tua jarang membersihkan rumah (<2x sehari)

5.2 Lingkungan

Luas rumah 5 m x 10 m = 50 m2 yang dihuni oleh 6 orang


rumah 8 m2/orang.

Kebersihan rumah kurang, ayam tidak dibuatkan kandang


tersendiri, jarak sumber air bersih dan septik tank kurang dari 10
meter , dan kurangnya kebersihan lantai rumah dan teras rumah
yang menjadi tempat bermain pasien.

Banyaknya lalat di dalam rumah

Bagian belakang rumah yang masih berupa tanah

Daerah tempat tinggal yang masih padat penduduk

Kamar tidur bagian belakang tidak memiliki jendela dan ventilasi

5.3 Pelayanan kesehatan

Jarak antara tempat tinggal dengan Puskesmas sangat jauh

Saran

Saran untuk orang tua :


-

Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan


keluarga

Mencoba mencari tahu pengetahuan mengenai pencegahan


diare

Menjaga pola makan agar produksi ASI tetap banyak

Menjauhkan anak/pasien dari tempat atau mainan yang kotor

Saran untuk pelayanan kesehatan :


-

Memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai diare


pada setiap pasien diare yang datang

Memberikan penyuluhan mengenai pencegahan diare

BAB VI
PENUTUP

Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan pada


penderita diare di Puskesmas Ngaliyan. Kami menyadari bahwa kegiatan ini
sangat penting dan bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan
terjun di masyarakat sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator
sebagai wujud peran serta dalam pembangunan kesehatan.
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan
dalam usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Ngaliyan.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2010. Indikator PHBS Rumah Tangga.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012, Profil Kesehatan Kota Semarang.
Nabila, 2011, Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada
Bayi 0-6 Bulan Hal.1-5.
Departemen Kesehatan RI, 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan P2 Diare. Ditjen
P2M & PL Jakarta
Subagyo, B. dan Nurtjahjo,S., 2010, Diare Akut Di Dalam Buku Ajar
Gastroenterlogi-hepatologi Jilid I, Balai Penerbit IDAI: Jakarta.
Zubir. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diaer Akut Pada Anak 0-35 bulan
(Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten
Bantul. Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319332
Nelson Textbook of Pediatric dan Subagyo B dan Nurtjahjo BS, 2010
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2, EGC: Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare.
Jakarta: Ditjen PPM dan PL
Departemen Kesehatan RI, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan
RI.No.125/Mencret/Sk/XI/2001. Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakt
Diare. JakartaMauser, 1985
Sunoto, 1997. Penatalaksanaan Diare Secara Nasional, Majalah, Kesehatan
Masyarakat Indonesia. Tahun XVI.
Departemen Kesehatan RI, 1990. Buku Ajar Diare. Ditjen P2m & PL Jakarta
Murtaqi, 2009, Diare cara pengobatan dan pencegahannya.
SatyaNegara, S., Widjaja A.C., 2005. Perawatan untuk bayi dan balita. Jakarta :
Arcan
Alimul Hidayat,A.Aziz.(2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1., Jakarta:
Salemba Medika.
Suriyadi & Yuliani. (2006). Buku pegangan praktik asuhan keperawatan pada
anak,edisi 2.Jakarta: CV. Agung Seto
Suryana. (2005). Berbagai masalah kesehatan anak dan balita. Jakarta: Dani Jaya
Abadi.

LAMPIRAN

KUISIONER DIARE
A. Faktor Sosiodemografi
1. Apakah pendidikan terakhir Ibu ?
a. Tidak Sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SMP
d. Tamat SMA
e. Perguruan Tinggi/Akademi
2. Apakah pekerjaan Ibu ?
a. Ibu Rumah Tangga
b. Petani
c. Buruh
d. Pedagang/Wiraswasta
e. PNS

B. Diare
1. Apakah anak balita Ibu menderita diare dalam kurun waktu tiga bulan
terakhir ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apa yang ibu lakukan bila balita anda terkena diare ?
a. Dibiarkan saja
b. Diobati sendiri
c. Di bawa ke Puskesmas/Dokter/Bidan

C. Sumber Air Minum


1. Dari mana sumber air minum yang digunakan keluarga sehari-hari ?
a. Sungai
b. Sumur
c. PAM
2. Untuk keperluan memasak Ibu menggunakan air yang berasal dari
mana ?
a. Sungai
b. Sumur
c. PAM
3. Untuk keperluan minum apakah Ibu memasak air sampai mendidih ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Ibu menampung air yang digunakan untuk keperluan minum
dan
memasak di wadah tertutup ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Ibu menguras tempat penampungan air yang digunakan untuk
keperluan minum dan memasak ?
a. Ya
b. Tidak
6. Bila ya, berapa kali Ibu menguras tempat penampungan air yang
digunakan untuk keperluan minum dan memasak ?
a. Lebih dari seminggu sekali
b. 1-2 kali dalam seminggu
7. Berapa jarak antara sumur dengan tempat pembuangan tinja ?
a. < 10 m
b. >/ 10 m

8. Dari manakah Ibu memperoleh sumber air yang digunakan untuk


keperluan sehari-hari ?
a. Pribadi
b. Tetangga

D. Jenis Tempat Pembuangan Tinja


1. Apakah di rumah Ibu mempunyai jamban keluarga (kakus) ?
a. Ya
b. Tidak
2. Bila ya, apa jenis jamban di rumah Ibu ?
a. Jamban tanpa tangki septic / jamban cemplung
b. Jamban dengan tangki septic / leher angsa
3. Bila tidak, ke mana Ibu dan keluarga buang air besar (BAB) ?
a. Sungai/kali
b. Kebun/pekarangan
c. Lain-lain ___________________________(Sebutkan)
4. Apakah Ibu dan keluarga selalu menggunakan jamban keluarga untuk
buang air besar (BAB) ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Ibu membuang tinja balita ke jamban ?
a. Ya
b. Tidak
6. Bila tidak, ke mana Ibu membuang tinja balita ?
a. Sungai/kali
b. Kebun/pekarangan
c. Lain-lain ________________________________ (Sebutkan)

7. Apakah di jamban selalu tersedia air yang cukup ?


a. Ya
b. Tidak
8. Apakah kondisi jamban selalu bersih dan bebas vektor (lalat) ?
a. Ya
b. Tidak

E. Jenis Lantai Rumah


1. Apa jenis bahan utama lantai rumah Ibu ?
a. Tanah
b. Semen
c. Porselin/keramik
2. Apakah balita Ibu sering bermain di lantai ?
a. Ya
b. Tidak
3. Bagaimana kondisi lantai rumah Ibu ?
a. Lembap, kotor dan sulit dibersihkan
b. Kering, rapat dan mudah dibersihkan
4. Berapa kali Ibu membersihkan lantai rumah dalam sehari ?
a. < 2 kali
b. >/ 2 kali

Anda mungkin juga menyukai