Anda di halaman 1dari 43

ANALISIS KARBOHIDRAT

dan SERAT MAKANAN

1
ANALISIS KARBOHIDRAT
KH adalah polihidroksi ALDEHID atau
polihidroksi KETONE atau kalau dihidrolisis
menghasilkan salah satu atau keduanya
(polihidroksi aldehid dan atau polihidroksi
keton)

2
O C H H C OH

H C OH O C

HO C H H C OH

H C OH HO C H

H C OH HO C H

CH2OH CH2OH

D-Glukosa L-Fruktosa

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 3
Klasifikasi karbohidrat:
1. Monosakarida: suatu molekul yang terdiri
dari lima atau enam atom C.
2. Oligosakarida: polimer dari 2-10
monosakarida.
3. Polisakarida: polimer >10 monosakarida.

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 4
• Karena struktur monosakarida hydroxyaldehida
atau ketone terbuka maka monosakarida sangat
reaktif.
• Monosakarida maupun oligosakarida dengan
demikian mudah mengalami ENOLISASI sehingga
dapat mereduksi
Cu2+ dan Fe(CN)63- GULA
PEREDUKSI.
• Polisakarida (KH) bila dihidrolisis akan
menghasilkan:
– MONOSAKARIDA

– HIDROKSI ALDEHIDE
– HIDROKSI KETONE
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 5
o o o o o o o
o o o o o o o

GULA PEREDUKSI

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 6
• Dalam proksimat analisis: Total KH selalu
dihitung dengan % BY DIFFERENCE

% KH = 100% - (%Air + %Abu + %Lemak + %Protein)

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 7
Kandungan KH pada beberapa jenis bahan pangan:

BAHAN PANGAN % KH (wet base)


Yoghurt 5.60
Susu 4.78
Starch (Potato) 83.10
Potato 15.40
Carrot 3.59
Brocolli 2.30
Tomato 3.63
Apple 12.39
Grape 16.11
Orange 9.19
Honey 75.10
Beer 2.90

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 8
Untuk analisis gula dapat digunakan
berbagai metode:
1. Metode Reduksi:
(a). LANE-EYNON
(b). MUNSEN-WALKER
(c). NELSON-SOMOGYI
(d). ALKALINE-FERRICYANIDE
(e). PHENOL-SULFURIC
(f). ANTHRONE
(g). COLORIMETRY
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 9
Untuk analisis gula dapat digunakan
berbagai metode:

2. Polarimetri
Metode FISIK
3. Densimetri
4. Refraktometri
5. Lain-lain (Enzimatik, Kromatografi,
Instrument).

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 10
METODE REDUKSI
Prinsip gula mengandung ALDEHIDE atau KETONE:
Mudah dioksidasi
Mampu mereduksi gugus lain
Gula pereduksi + Cu++ Cu+ + asam
Cu2O + Asam
(merah bata)
RCHO + 2 Cu(OH)2 R-COOH +
Cu2O + 2H2O
Gula teroksidasi

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 11
METODE REDUKSI

Analisis dengan:

Gravimetri
Titrasi/Volumetri
Spektrofotometri

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 12
Persiapan sampel:
• Sampel dalam bentuk cair dibuat basa + CaCO3
agar asam-asam yang terdapat dalam
sampel tidak menghidrolisis gula yang ada selama
pemanasan.
Pemanasan menginaktivasi enzim-enzim
penghidrolisa gula.
• Untuk menghilangkan pigmen, SENYAWA
BERWARNA dan SENYAWA KOLOID + Pb-asetat
basa.
Kelebihan Pb-asetat dihilangkan dengan
penambahan Na/K-OKSALAT
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 13
Persiapan sampel:

• Jika sampel berbentuk padat, perlu dilakukan


ekstraksi dengan alcohol 80 % untuk
mengekstrak gula yang ada disampel.
Kebanyakan gula sensitive terhadap
alcohol dengan konsentrasi tinggi alkohol
perlu dihilangkan dengan pemanasan
rendah.

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 14
METODE NELSON-SOMOGYI
adalah modifikasi dari Metode
MUNSON-WALKER
Prinsip:
• Reaksi antara Cu2O dengan Arseno-molybdate
(Ammonium molybdate = ((NH4)6Mo7O24) + Sodium
Arsenate Na2HAsO7 didalam H2SO4.
• Menghasilkan warna biru, ukur λ 500-520 nm.
Pereaksi:
(i) Pereaksi tembaga sulfat
(ii) Pereaksi arsenomolibdat
(iii) Larutan glukosa standar
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 15
METODE FERISIANIDA BASA

Prinsip :
Pada pH>10.5, gula akan mereduksi FERISIANIDA
FEROSIANIDA yang akan bereaksi dengan ion feri
membentuk senyawa biru Prussian yang dapat
diukur intensitasnya λ 700 nm.
Pereaksi:
1. Larutan Sianida basa
2. Larutan Pottasium ferisianida 0.05% (w/v) dalam
air
3. Larutan feriamonium sulfat.

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 16
PHENOL SULFURIC ACID

Metode ini:
- sederhana
- cepat
- Universal
Untuk total KH dalam pangan baik
untuk gula pereduksi dan non-
pereduksi

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 17
• Prinsip:
Reaksi KH dengan phenol dalam keadaan asam
kuat, menghasilkan panas, diikuti pemanasan
25-30oC selama 20 menit
Terjadi dehidrasi KH sehingga terbentuk
FURFURAL dan HYDROXYMETHYL
FURFURAL, produk ini berkondensasi dengan
PHENOL muncul warna YELLOW-
ORANGE
λ 480 nm = PENTOSE
λ 490 NM = HEXOSE

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 18
Metode VOLUMETRIK (MUNSON- WALKER)

• Titrasi Cuprouse oxide dengan permanganate:


Cu2O + Fe2(SO4)3 2FeSO4 +
CuSO4 +CuO
10FeSO4 + 2KMnO4 + 8H2SO4 5Fe2(SO4)3
+ K2SO4 + 2MnSO4 + 8H2O
• Konversi CuO terhadap gula dapat dilihat dari
tabel.
• Metode ini kurang sensitive (> 5mg
glukosa/5ml).
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 19
THIOSULFAT (Volumetrik)

3Cu2O + 2HNO3 6CuO + 2NO +


H2O
CuO + 2HNO3 Cu(NO3)2 + H2O
2Cu(NO3)2 + 4KI 2CuI + I2 +
KNO3
I2 + 2Na2S2O3 2NaI +
Na2S4O6
Amylum
(Titik akhir warna biru hilang)
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 20
LANE-EYNON (Volumetrik)
• Biasanya digunakan untuk penentuan LAKTOSA
(anhidrat atau monohidrat) GLUKOSA, FRUKTOSA,
MALTOSA (anhidrat atau monohidrat).
• Penetapan gula pereduksi dengan metode ini
didasarkan atas pengukuran volume larutan gula
pereduksi standar yang dibutuhkan untuk mereduksi
pereduksi tembaga basa yang diketahui volumenya.
• Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan Metilen Biru
yang warnanya akan hilang, karena kelbihan gula
pereduksi diatas jumlah yang dibutuhkan untuk
mereduksi semua tembaga.

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 21
Pereduksi:
(i) Larutan tembaga sulfat
(ii) Larutan tartrat basa
(iii) Larutan Fehling
(iv) Larutan Dekstrosa standar
(v) Larutan Metilen Blue 0,2% dalam air

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 22
COLORIMETRI
• Gula pereduksi bereaksi dengan 2.3.5 Triphenyl
Tetrazolium Bromide atau Chloride > pH 12.5
yang menghasilkan warna kompleks TRIPHENYL
FORMAZON (Pink-Violet-Blue) λ 485 nm.
• Gula pereduksi bereaksi dengan 3.5-
Dinitrosalicylate dalam keadaan basa
menghasilkan warna Red-Brown.
• Karbohidrat dapat bereaksi dengan Resorcinol
warna kompleks
• Karbohidrat dapat bereaksi dengan Orcinol
warna kompleks
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 23
METODE SHAFFER-SOMOGYI

• Segala jenis bahan pangan terutama yang


mengandung sedikit gula pereduksi
Prinsip:
• Gula pereduksi akan mereduksi Cu2+ Cu+
• Cu+ dioksidasi oleh I2 (hasil oksidasi KI oleh KIO3
dalam asam) Cu2+
kembali
• Kelebihan I2 dititrasi dengan Na2S2O3

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 24
Pereaksi:
(1) Larutan Tembaga sulfat
(2) Larutan Kalium Iodat 0.1 N
(3) Pereaksi Shaffer-Somogyi
(4) Larutan Iodida-kalium oksalat
(5) Larutan Natrium tiosulfat standar
(6) Larutan asam sulfat
(7) Larutan pati untuk indikator

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 25
METODE ANTHRONE

• Prinsip:
– Anthrone (9,10-dihydro-9-oxanthra-cene)
merupakan hasil reduksi anthraquinone
– Anthrone bereaksi secara spesifik dengan KH
dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna
biru kehijauan khas

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 26
METODE CLEG-ANTHRONE untuk TOTAL
AVAILABLE CARBOHYDRATE

Prinsip:
Bahan di-digest dengan menggunakan asam
perklorat, pati yang terhidrolisa bersama-sama
dengan gula yang larut dapat bereaksi dengan
anthrone membentuk warna biru kehijauan dan
dapat ditentukan jumlahnya secara kolorimetrik
(dinyatakan sebagai persen glukosa).

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 27
METODE DNS

Prinsip:
Dalam suasana alkali gula pereduksi akan
mereduksi 3,5-dinitrosolisilat (DNS) membentuk
senyawa yang dapat diukur absorbannya pada λ
550nm

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 28
METODE ENZIMATIS

1. Metode D-Sorbitol
2. Metode Lactose-D-galactose
– Lactose β-galactose D-Galactose + D-Glucose

– D-Galactose β-galactose

Dehydrogenase

D-Galactonic acid + NADH + H+

NADH diukur pada 334, 340 atau 365 nm.


3. Metode Maltose/Sucrose/D-glucose

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 29
4. Metode Raffinose
– Raffinose + H2O α-galactosidase D-galactose +
Sucrose
– D-galactose + NAD+ galactose

dehydrogenase

Galactonolactone + NADH + H+

– Raffinose + H2O β-fruktosidase


D-fructose + Melibiose

Diuji dengan metode lain


5. Metode Oksidasi
Karbohidrat + O2 oxidase Oxidized Carbohydrate + H2O2

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 30
PENETAPAN SERAT KASAR

• Serat kasar merupakan residu dalam bahan makanan


atau pertanian setelah diperlakukan dengan asam dan
alkali mendidih dan terdiri dari sellulosa dengan sedikit
lignin dan pentosan.
Pereaksi:
(1). Antifoam Agent
(2). Asbes
(3). Larutan H2SO4
(4). NaOH
(5). Larutan K2SO4
(6). Alkohol

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 31
PENETAPAN DIETERY FIBER

• Bagian dari komponen bahan pangan nabati


yang tidak dapat dicerna oleh saluran
pencernaan manusia.

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 32
Berdasarkan fungsinya dalam tanaman DF dibagi
menjadi 3 fraksi utama:
1. POLISAKARIDA STRUKTURAL: terdapat dalam
dinding sel dan terdiri dari selulosa dan
polisakarida non-selulosa (hemiselulosa dan
substansi pektat).
2. NON POLISAKARIDA STRUKTURAL: lignin.
3. POLISAKARIDA NON STRUKTURAL: termasuk
gum dan mucilage serta polisakarida lain
seperti karagenan dan agar.

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 33
METODE VAN SOEST dan modifikasinya
Masih banyak digunakan (mudah dan relatif cepat).
Kadar ADF (Acid Detergent Fiber)
Kadar NDF (Neutral Detergent Fiber)
Penetapan komponen dietery fiber lainnya dapat
ditentukan dengan metode lain.
 METODE KLASON Penetapan lignin
 METODE SPEKTROFOTOMETRI Substansi
pelarut
 Kadar Hemiselulosa selisih Kadar NDF
dengan ADF
 Kadar Selulosa selisih kadar NDF dengan
lignin
 Total DF Kadar NDF + Substansi Pektat.
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 34
PENETAPAN ADF
Prinsip:
• Sampel diekstrak dengan larutan ADF (Setiltrimetil
ammonium bromide dalam H2SO4 1 N) sehingga
seluruh komponen selain komponen ADF larut.
• Komponen yang tidak larut disaring, dikeringkan,
ditimbang, dan dikoreksi dengan kandungan mineral
yang ada dalam komponen tersebut dengan cara
menyabunkan sehingga yang tinggal hanya mineral
saja.
Pereaksi:
i. Larutan ADF (20 g setil trimetil ammonium bromide
dalam 1 lt H2SO4 1 N)
ii. Aseton

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 35
PENETAPAN NDF
Prinsip:
• Sampel diekstrak dengan larutan NDF sehingga seluruh
komponen selain komponen NDF larut.
• Komponen yang tidak larut disaring, dikeringkan, ditimbang
dan dikoreksi dengan kandungan mineral.
• Untuk sampel yang mengandung pati, maka patinya harus
dihidrolisa dengan enzim α-amilose, jika tidak pati tersebut
akan menyulitkan dalam pengeringan.
Pereaksi:
1. Larutan NDF
(18,61 g EDTA-2Na, 6.81 g Na2B4O7.10H2O, 30 g Sodium
Lauril Sulfat, 4.56 g Na2HPO4 dan 10 ml 2-etoksi-etanol
dilarutkan sampai 1 liter sehingga pH 6,4-7,1).
2. Larutan α-amilase
(1 g α-amilase dimasukkan dalam 1 liter buffer phospat).
3. Aseton
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 36
PENETAPAN LIGNIN
Prinsip:
Mula-mula sampel diekstrak dengan larutan ADF
sehingga seluruh komponen selain selulosa dan
lignin larut. Selulosa yang ada dalam residu
diihidrolisa dengan H2SO4 72% sehingga yang
tertinggal hanya residu lignin.
Pereaksi:
(1). Larutan ADF
(2). Larutan H2SO4 72% (w/v)
(3). Aseton

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 37
PENETAPAN SUBSTANSI PEKTAT
(a). Metode Kolorimetrik
– Mc. Cready dan Mc Comb (1952) yang
dimodifikasi oleh Blumenkrentz-dan Arboc Hansen
(1973).
– Penetapannya didasarkan pada reaksi antara o-
hidroksidifenil dengan anhidrogalakturonat yang
menghasilkan warna dan diukur pada λ 520 nm.
Pereaksi:
1. Larutan versen 0.5%
2. Larutan tetraborat dalam sulfat
3. Larutan o- hidroksidifenil
4. NaOH 0.05N
Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 38
(b). Metode Gravimetrik
– Pektin yang telah diekstrak disaponifikasi
dengan alkali dan diendapkan sebagai kalium
pektat dengan penambahan kalsium klorida
dalam suasana asam.
– Endapan kalsium pektat dicuci sampai bebas
klorida, dikeringkan dan ditimbang.
Pereaksi:
1. Asam asetat 1N
2. Kalsium klorida 1N
3. Perak nitrat 1%
4. HCl 0.05N

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 39
Duplicate sample 2 g (wet sample)

• Dissolved in 30 mL water

Boiled for 5 min

Cooled to room temperature


• 30 ml of 1/15 mol phosphate buffer (pH 6.8)
• 20 ml of 2% pancreatin
• NaCl to make conc. of 10 mM
• 2 - 3 drops of toluene

Incubated at 37oC for 24 h

Centrifuged at 6,000 rpm, 10 min, 5oC

Filter (ADVANTEC TOYO; GLASS FIBER GA-100)


Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 40
Residue Filtrate
•4 vol of ethanol (60oC)

Precipitation
•stand for 60 min

Filter (ADVANTEC TOYO;


GLASS FIBER GA-100)

Washed Washed
•78% ethanol, 20 mL x 3 •78% ethanol, 20 mL x 3
•95% ethanol, 20 mL x 2 •95% ethanol, 20 mL x 2
•acetone, 10 mL x 2 •acetone, 10 mL x 2

Dried (105oC, overnight) Dried (105oC, overnight)

Cooled and weighed Cooled and weighed

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 41
Insoluble Soluble

Protein determination Ash determination

Calculated (insoluble and soluble dietary fibers)

Determination of dietary fiber by modified AOAC method

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 42
TERIMA KASIH

Copyright
Dr. Joko Santoso Carbohydrate and Dietary Fibers 43

Anda mungkin juga menyukai