Anda di halaman 1dari 23

SEJARAH TURUNNYA ALQURAN

DAN PENULISAN ALQURAN


Etimologi Alquran
• Para ulama berbeda pendapat dalam
menjelaskan kata alquran dari segi derivasi
(isytiqaq), cara melafalkan (apakah memakai
hamzah atau tidak, dan apakah ia merupakan
kata sifat atau kata jadian.
Alquran:
Isim musytaq.
Isim jamid
Melafalkan dengan hamzah :
• Al-Lihyani berpendapat bahwa kata alquran
berasal dari kata qara’a (membaca) seperti
wazan ghufran dan rujhan.
• Az-Zujaj menjelaskan bahwa kata alquran
merupakan kata sifat diambil dari kata al-qar’u
yang artinya menghimpun.
‫َق ْرٌء‬
Melafalkan dengan tanpa hamzah:
• Al-Asy’ari mengatakan bahwa alquran diambil
dari kata kerja qarana (menyertakan) surat,
ayat dan huruf.
• Al-Farra’ menjelaskan kata alquran berasal
dari qara’in (penguat) karena saling
menguatkan dan mirip satu dengan yang lain.
• Pendapat lainnya adalah bahwa alquran
adalah nama personal (al-‘alam syakhshi)
bukan merupakan derivasi bagi kitab yang
telah diturunkan kepada Nabi Muhammad.
Terminologi Alquran:

‫كالم هللا المنزل على نبيه محمد صلى هللا عليه وسلم المعجز المتعبد‬
‫بتالوته المنقول بالتواتر المكتوب فى المصاحف من اول سورة‬
. ‫الفاتحة الى سورة الناس‬
• Kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi terakhir
muhammad saw, lafaz-lafaznya mengandung
mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah,
diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada
mushaf, mulai dari awal surah al-fatihah sampai
akhir surah an-naas.
• Alquran diturunkan dalam waktu 22 tahun 2
bulan 22 hari yaitu mulai dari malam 17
Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi
sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada’ tahun 63 dari
kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Proses turunnya alquran:
1. Sekaligus dari Allah ke Lauh al-Mahfuz
2. Dari Lauh Al-Mahfuz ke Baitul Izzah (langit dunia)
3. Dari Baitul Izzah ke hati Nabi
Hikmah alquran diturunkan berangsur-angsur:
a. Memantapkan hati Nabi
b. Menentang dan melemahkan para penentang
alquran
c. Memudahkan untuk dihafal dan dipahami
d. Mengikuti kejadian (yang menyebabkan turunnya
ayat alquran) dan melakukan penahapan dalam
penetapan syariah
e. membuktikan bahwa alquran diturunkan dari
Allah.
Penulisan alquran pada masa Nabi
Di kalangan ulama terminologi pengumpulan
alquran (jam’u alquran) memiliki dua konotasi
yaitu penghafalan dan penulisan secara
keseluruhan.
Penulisan alquran pada masa Nabi;
1. Proses penghafalan alquran
2. Proses penulisan Alquran pada masa Nabi
1. Proses penghafalan alquran

Kedatangan wahyu adalah sesuatu dirindukan


oleh Nabi, makanya ketika ia datang Nabi
langsung menghafal dan memahaminya. Para
sahabat sebagai pengikut Nabi menjadikan suri
tauladan sehingga perilaku menghafal Nabi juga
mereka ikuti sampai mereka tidak beralih ke ayat
yang lain kecuali sudah hafal dan memahami
ayat tersebut. Ada banyak sekali sahabat yang
hafal Alquran.
2. Proses penulisan Alquran pada masa Nabi

Rasullah selalu memerintahkan kepada


para sabahat untuk menulis hanya ayat
alquran, selain dari itu tidak dibenarkan
oleh Nabi. Pada masa ini penulisan alquran
juga dilakukan oleh sahabat secara mandiri
tanpa menunggu perintah dari Nabi.
Faktor yang mendorong penulisan alquran
pada masa Nabi:

a. Membukukan hapalan yang telah dilakukan oleh


Nabi dan para sahabatnya.
b. Mempresentasikan wahyu dengan cara yang
paling sempurna.
Pada masa Nabi alquran tidak ditulis pada satu tempat, melainkan
secara terpisah, hal karena :

a. Proses penurunan alquran masih


berlangsung
b. Penyusunan ayat tidak bertolak dari
kronologi turunnya
Penulisan alquran pada masa khulafa al-
rasyidun;
1) Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
2) Pada masa Usman bin Affan
3) Penyempurnaan penulisan setelah masa khalilfah
Keputusan Usman naskah alquran beredar
harus memenuhi syarat:
a. terbukti mutawatir, tidak ditulis berdasarkan riwayat
ahad
b. mengabaikan ayat yang bacaannya dinasakh
c. kronologi surah dan ayat berdasarkan naskah
standar
d. sistem penulisan digunakan yang mampu mencakup
qiraat yang berbeda sesuai lafazh alquran ketika
dirutunkan.
e. Semua yang bukan alquran dihilangkan
Rasm alquran
• Dimaksud Rasm alquran atau Rasm Utsmani
adalah tatacara menuliskan alquran yang
ditetapkan oleh Khalifah Usman bin Affan.
• Istilah Rasm Utsman lahir bersamaan dengan
Mushaf Usman, yaitu mushaf yang ditulis oleh
panitia empat yang terdiri atas Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Al-‘Ash dan
Abdurrahman bin Al-Harits.
Kaidah penulisan Mushaf Usman ditulis ;

a. Al-Hadzf (membuang, menghilangkan atau


meniadakan huruf) Contoh huruf “Alif”
b. Al-Ziyadah (penambahan), Contoh huruf “alif setelah
waw”
c. Al-Hamzah, apabila hamzah sukun ditulis dengan
harakat huruf sebelumnya.
d. Badal (penggantian), seperti alif ditulis waw
e. Washal dan Fashal (penyambungan dan pemisahan)
f. Kata yang dapat dibaca dua bunyi, panjang atau
pendek, besar atau kecil.
Pendapat tentang rasm alquran
1. Para ulama berbeda pendapat mengenai status Rasm Usmani (tatacara
penulisan Al-Quran)
2. Sebagian mereka berpendapat bahwa Rasm Usmani itu bersifat tauqifi,
yakni bukan merupakan produk budaya manusia yang wajib diikuti oleh
siapa saja ketika menulis alquran.
3. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa Rasm Usmani bukan tauqifi,
tetapi merupakan kesepakatan cara penulisan (ishthhilah) yang disetujui
Usman dan diterima umat, sehingga wajib diikuti dan ditaati siapapun
ketika menulis Alqurn.
4. Sebagian dari mereka berpendapat babhwa Rasm Usmani bukanlah
Tauqifi. Tidak ada halangan untuk menyalahinya tatkala suatu generasi
sepakat menggunakan cara tertentu untuk menulis alquran yang
berlainan dengan Rasm Usmani.
Kaitan rasm dengan qira’at
• Sebagaimana telah dijelaskan bahwa keberadaan Mushaf
Usmani yang tidak berharakat dan bertitik itu ternyata masih
membuka peluang untuk membacanya dengan berbagai qiraat.
Hal itu terbukti dengan masih terdapatnya keragaman cara
membaca alquran walaupun setelah muncul Mushaf Usmani,
seperti qiraat tujuh, sepuluh dan empatbelas. Kenyataan itulah
yang mengilhami Ibn Mujahid (859-935) untuk melakukan
penyeragaman cara membaca alquran menjadi tujuh cara saja
(qiraat sab’ah). Juga Malik bin Anas (w. 795), ulama besar
Madinah dan pendiri Mazhab Maliki dengan tegs menyatakan
bahwa shalat yang dilaksanakan menurut bacaan Ibn Mas’ud
adalah tidak sah.

Anda mungkin juga menyukai