2. Sylvia Friska • Suku Batak Toba merupakan sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang wilayahnya meliputi Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Hasanutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten Dairi, kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga dan sekitarnya sejarah Batak mengatakan bahwa si Raja Batak dan rombonganya berasal dari Thailand yg menyeberang ke Sumatera melalui Semenanjung Malaysia dan akhirnya sampai ke Sianjur Mula mula dan menetap disana. Sedangkan dari prasasti yg ditemukan di Portibi yg bertahun 1208 dan dibaca oleh Prof. Nilakantisari seorang Guru Besar ahli Kepurbakalaan yg berasal dari Madras,India menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan Cola dari India menyerang Sriwijaya dan menguasai daerah barus. pasukan dari kerajaan Cola kemunggkinan adalah orang-orang Tamil karena ditemukan sekitar 1500 orang Tamil yang bermukim di Barus pada masa itu.Tamil adalah nama salah satu suku yg terdapat di India. si Raja Batak diperkirakan hidup pada tahun 1200 (awal abad ke13) Raja Sisingamangaraja keXII diperkirakan keturunan siRaja Batak generasi ke19 yg wafat pada tahun 1907 dan anaknya si Raja Buntal adalah generasi ke 20. Sebutan Raja kepada siRaja Batak bukanlah karena beliau seorang Raja akan tetapi merupakan sebutan dari pengikutnya ataupun keturunanya sebagai penghormatan karena memang tidak ada ditemukan bukti2 yg menunjukkan adanya sebuah kerajaan yg dinamakan kerajaan Batak. Suku Batak sangat menghormati leluhurnya sehingga hampir semua leluhur marga2 batak diberi gelar Raja sebagai gelar penghormatan,juga makam- makam para leluhur orang Batak dibangun sedemikian rupa oleh keturunanya dan dibuatkan tugu yang bisa menghabiskan biaya milyartan rupiah.Tugu ini dimaksudkan selain penghormatan terhadap leluhur juga untuk mengingatkan generasi muda akan silsilah mereka didalam sistim kemasyarakatan suku Batak terdapat apa yang disebut dengan Marga yang dipakai secara turun temurun dengan mengikuti garis keturunan laki laki.ada sekitar 227 nama Marga pada suku Batak. dalam Tarombo Naimarata dikatakan bahwa si Raja Batak memiliki 3 (tiga)orang anak yaitu: GURU TATEA BULAN (si Raja Lontung) RAJA ISOMBAON (si Raja Sumba) TOGA LAUT. Ketiga anak si Raja Batak inilah yg diyakini meneruskan tampuk pimpinan siRaja Batak dan asal mula terbentuknya marga-marga pada suku Batak. SISTEM PENGETAHUAN Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing- masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya. Dalam kehidupan dan pergaulan sehari- hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing. 1). Aksara / huruf Batak atau disebut ‘Surat Batak’ adalah huruf-huruf yang dipakai dalam naskah- naskah asli suku Batak (Toba, Angkola/Mandailing, Simalungun, dan Karo). Kelompok bahasa sub suku ini mempunyai kemiripan satu sama lain dan sebenarnya adalah cabang dari suatu bahasa Batak tua (Proto Batak). Naskah asli itu sebagian besar berupa pustaha (laklak), sebagian kecil lainnya dituliskan pada bambu dan kertas. Hampir semua orang Batak yang menulis buku tentang Batak selalu memasukkan satu bab atau bagian bukunya tentang Surat Batak atau paling tidak ia membuat sebuah tabel abjad Batak. Naskah batak yang ditemukan dalam bentuk bambu ataupun tulang kerbau dan kertas sangat kecil jumlahnya. Perlu dicatat, sastra Batak kebanyakan tidak ditulis melainkan dialihkan turun temurun secara lisan. Surat Batak hanya dipergunakan untuk ilmu kedukunan, surat menyurat (ancaman).Jadi legenda, mitos, cerita rakyat (turi-turian), umpama, umpasa, teka-teki (torhan-torhanan), silsilah (tarombo) tidak akan anda jumpai dalam bentuk naskah Batak asli. Masyarakat Batak Toba telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak tenggala dalam bahasa Karo, tongkat tunggal engkol dalam bahasa Karo, sabit sabi-sabi atau ani-ani. tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit sejenis belati, piso gajah dompak sebilah keris yang panjang, hujur sejenis tombak, podang sejenis pedang panjang. Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain Seni Tari Tari Tortor menjadi salah satu kesenian yang paling menonjol dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba. Manortor (menari, bahasa Batak Toba) merupakan lambang bentuk syukur kepada Mulajadi Nabolon, dewa pencipta alam semesta, dan rasa hormat kepada hula-hula dalam konsep kekeluargaan mereka. Oleh karena itu, tari ini biasanya dilakukan dalam upacara ritual, ataupun dalam upacara adat, seperti acara pernikahan. Sejumlah alat musik juga menjadi bagian dalam pelaksanaan upacara ritual dan upacara adat dalam kebudayaan orang-orang Batak Toba. Dua jenis ansambel musik, gondang sabangunan dan gondang hasapi merupakan alat musik tradisional yang paling sering dimainkan. Menurut mitologi etnik Batak Toba, kedua alat musik tersebut merupakan milik Mulajadi Nabolon, sehingga harus dimainkan untuk menyampaikan permohonan kepada sang dewa. Martonun, atau keterampilan dalam membuat kais ulos dengan alat tenun tradisional, merupakan salah satu seni kerajinan dalam tradisi adat Batak Toba, yang hingga saat ini masih bisa dijumpai di pedalaman Pulau Samosir dan daerah-daerah lainnya di sekitar Danau Toba. Masyarakat Batak Toba melakukan berbagai seni kerajinan sesuai dengan peran dan fungsinya dalam struktur adat dan religi yang mereka percaya. Ada banyak seni sastra yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba, meliputi sastra lisan dan sastra tulisan. Beragam cerita rakyat, seperti terjadinya Danau Toba dan Batu Gantung, menjadi legenda yang sampai saat ini masih bisa kita dengar. Pantun-pantun yang disebut umpasa juga ada dalam kebudayaan Batak Toba, yang menjadi kearifan lokal etnik tersebut. Semua seni sastra itu memiliki makna filosofis dalam kehidupan mereka. Seni pahat dan seni patung menjadi keterampilan utama dalam seni rupa tradisional yang hidup di Batak Toba. Ukiran-ukiran yang terdapat gorga atau ornamen rumah adat mereka, menjadi bukti keindahan dari seni pahat masyarakat Batak Toba. Sedangkan, seni patung bisa dilihat dari banyak peralatan tradisional, seperti sior dan hujur (panah), losung gaja (lesung besar), serta parpagaran dan sigale-gale (alat untuk memanggil kekuatan gaib). Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan . Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang.Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu. Sebelum suku Batak Toba mengenal agama, mereka menganut sistem kepercayaan religi tentang Mulajadi na Bolon yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan- nya terwujud dalam Debata Natolu. Tondi Merupakan jiwa atau roh seseorang , tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam kandungan. Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap “menjemput” tondi dari sombaon yang menawannya. Sahala Merupakan jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang, semua orang memiliki tondi tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula. Begu Merupakan tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan tingkah laku manusia, hanya muncul pada waktu malam. Perkawinan Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan).