Konteks
(fakta atau fenomena yang terjadi di lapangan sesuai dengan topik sehingga
memunculkan topik yang hendak kita tulis)
Main
Point
KONTEKS
Peristiwa Reuni 212, seperti halnya peristiwa 212, kembali dapat menghimpun umat Islam
Indonesia untuk berkumpul menyampaikan aspirasinya di Monas. Umat Islam dari berbagai
daerah dan kalangan datang ke Jakarta. Baik dari kalangan tua ataupun kalangan muda. Tidak
sekadar hanya pertemuan besar, Reuni 212 telah menjadi simbol perjuangan umat Islam di
Indonesia. Seperti yang diungkapkan Abdullah Gymnastiar pada tayangan ILC, massa reuni 212
menyuarakan ketidakadilan dan rasa sakit hati karena umat Islam disebut intoleran, anti NKRI,
ingin memisahkan diri, dan berbagai stigma negatif lainnya.
Perjuangan umat Islam melalui Reuni 212 yang berjalan dengan damai itu direspons berbeda
oleh berbagai pihak, termasuk respons media. Tirto.id (2018) mengklaim bahwa Reuni 212
dimuat di 86 surat kabar dengan 159 artikel. 57% melansir satu artikel, sisanya dua sampai
artikel. Surat kabar yang melansir terbanyak versi Tirto.id adalah Rakyat Merdeka, Harian
Terbit, dan Waspada. Adapun portal berita daring (media online) memuat Reuni 212 sebanyak
773 artikel. Detik adalah portal berita daring yang paling banyak melansir peristiwa Reuni 212,
yaitu 71 berita.
Tirto.id barulah menghimpun data kuantitas. Bagaimana peristiwa reuni 212 itu dibingkai dan
diposisikan oleh media belum dimunculkan. Misalnya, Kompas memilih tidak memunculkan Reuni
212 sebagai berita utama. Kompas lebih memilih peristiwa sampah plastik sebagai berita utama. Tempo
mengangkat peristiwa ekosistem digital sebagai headline pada saat itu. Lain halnya dengan Republika
yang mengangkat Reuni 212 sebagai berita utama.
Sebuah peristiwa besar yang merupakan ekspresi demokrasi dan memiliki dampak atau konsekuensi ke depan dinilai
berbeda oleh tiap media. Satu hari setelah Reuni 212, hanya Republika yang melansir berita mengenai Reuni 212.
Keadaan ini tentu terasa janggal karena tujuan pertama di antara tujuan-tujuan jurnalisme lainnya adalah
menyediakan informasi yang diperlukan masyarakat agar bebas dan bisa mengatur diri sendiri. Sebagai sebuah
peristiwa besar yang terjadi di ruang publik, Reuni 212 tidak dianggap sebagai sebuah informasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat oleh sebagian media.
Alasan media memiliki agenda setting masing-masing adalah pembenaran untuk tidak menganggap Reuni 212
sebagai berita utama. Namun, kesetiaan pada kebenaran dan masyarakat adalah hal yang paling penting. Kewajiban
pada kebenaran dan kesetiaan pada masyarakat adalah dua prinsip dari sembilan elemen jurnalisme. Sembilan elemen
jurnalisme adalah bekal seorang jurnalis dalam menyampaikan berita apapun kepentingan atau kekuataan di balik
media.
Primum non nocere, aforisma Hippocrates itu bisa digenggam setiap jurnalis dalam meliput
sebuah peristiwa. Seorang jurnalis dituntut menghargai dan tidak menyakiti audiences-nya dengan
menyajikan setiap informasi yang dibutuhkan. Masyarakat berhak memeroleh informasi yang
selayaknya harus ada.
Penelitian ini penting karena dapat memberikan manfaat khususnya bagi para
jurnalis dalam meliput sebuah peristiwa yang harus berpegang teguh pada sembilan
elemen jurnalisme. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pengembangan kajian tentang jurnalis dan prinsip-prinsip yang meliputi profesinya
sebagai jurnalis yang harus diterapkan dalam peliputan berbagai peristiwa.
RUMUSAN MASALAH