Anda di halaman 1dari 27

Program Latihan berstruktur home-based untuk

meningkatkan kemampuan berjalan pada anak dengan


Cerebral Palsy yang berada di fase berjalan

Disusun oleh:

Arrinalhaq A Sondakh (G1A217 )

Pembimbing:

dr.
Abstrak
 TUJUAN: Menyelidiki hasil program latihan berbasis rumah yang terstruktur (SHEP)setelah 8 minggu untuk
meningkatkan kualitas kemampuanberjalan pada anak-anak dengan cerebral palsy (CP) yang sedang dalam
fase berjalan.

 METODE: Sebelas anak berpartisipasi dalam penelitian ini (7 laki-laki dan 4 perempuan, usia rata-rata 10
tahun 3 bulan, standar deviasi (SD) 3thn) dengan Sistem Klasifikasi Fungsi Motorik Bruto (GMFCS) I
III. Penelitian ini menggunakan penilaian berganda prospektif desain dasar untuk menilai efek SHEP pada
berbagai hasil yang diperoleh dalam tiga fase yang berbeda. Intensitas latihan dikuantifikasi oleh OMNI-RPE
yang dinilai oleh pengasuh dan anak-anak. Penilaian hasil kecepatan berjalan, GMFM-66 dan Physiological
cost index (PCI) diukur empat kali pada pra-intervensi (Fase 1) dan pada interval 3 minggu selama delapan
minggu selama intervensi (Fase 2). Penilaian tindak lanjut dilakukan pada satu bulan dan tiga bulan setelah
intervensi (Fase 3). Analisis statistik adalah repeated ANOVA dan Wilcoxon pada peringkat tes.

 HASIL: SHEP meningkatkan kemampuan berjalan pada anak-anak dengan CP, terutama untuk kecepatan
berjalan mereka (p = 0,01, Cohen d = 1.9). Peningkatan skor GMFM-66 selama Fase 2 dan Fase 3 memiliki
ukuran efek yang besar, dengan Cohen d dari 1,039 dan 1,054, masing-masing, dibandingkan dengan Fase 1 (p
<0,017). Tidak ada perubahan PCI yang signifikan yang diamati (Cohen d = 0,39).

 KESIMPULAN: SHEP dapat menjadi alat intervensi yang berguna, yang diberikan sebagai program latihan
tertulis, terstruktur, dan praktis sebagai program latihan di rumah untuk mencapai tujuan jangka pendek dalam
meningkatkan kemampuan berjalan ketika ditambahkan dari perawatann standar sebelumnya.
PENDAHULUAN

Cerebral Palsy Penyebab kecacatan pada


anak

Rehabilitasi anak dengan CP melalui Ggn. Neurologis yang


aktivitas fisik dan olahraga menimbulkan
kecacatan postural
untuk memaksimalkan fungsi fisik, mencegah ggn.
Muskuloskeletal, menumbuhkan perkembangan kognitif

 Metode latihan : Center-based dan self-care home-based


PENDAHULUAN

Home-based Pelatihan + konseling

Terdapat keuntungan dan mengurangi Meningkatkan fungsi


hambatan anak dengan CP motoric, kemampuan
berjalan.

Terapi dengan tatap muka >


kesinambungan terapi

 Tujuan: Apakah respons CV pada px Jantung pada penggunaan RPE


akan setara diantara 2 kelompok latihan
PENDAHULUAN

SHEP( Program Latihan Terstruktur di Penelitian dilakukan


Rumah)

Alat yang murah dan Peodman latihan Hasil penerapan


tepat, panduan tertulis setelah 8 minggu

Praktis, aman, dan nyaman bagi anak2


CP

 Tujuan: Apakah respons CV pada px Jantung pada penggunaan RPE


akan setara diantara 2 kelompok latihan
Metode

 Penelitian dgn Penilaian porspektif ganda

 Disetujui Komite Etika Medis

 Intervensi Latihan : Sebelumnya diberikan sosialisasi


 Hasil Baseline diukur mingguan selama lebih 4 minggu
 Selanjutnya, diukur sebanyak 3 kali selam lebih 8 minggu
 Penilaian dilakukan pada 1 dan 3 bulan setelah intervensi
Material(Partisipan)

 Peserta didapat dari Klinik rehabilitasi Pediatrik periode 2013-2015

 Aerobik primer : dibagi 3 langkah latihan (berbeda durasi dan intensitas)

 Kriteria Inklusi
 Usia 6-17 thn
 CP dan GMFSC I-III
 Mampu mengikuti satu hingga dua perintah
 Menerima perawatan rehabilitasi standar
Material (Partisipan & Prosedur)

 Kriteria Ekslusi
 Anak CP yang tidak dapat berkomunikasi
 Tidak menjalani atau menerima program rehabilitasi
 Menerima intervensi bedah atau injeksi botulinum 3 bln terakhir

 Setelah ekslusi, sampel berjumlah 14 anak

 SHEP dapat menjadi panduan program rehab pada anak-anak CP

 Terdiri dari Komponen tungkai atas bawah(aerobic, penguatan otot, dan


peregangan)
Material (Prosedur)
 Latihan Aerobik
 Aktivitas menangkap melempar bola
 Bola diameter 20cm

 Latihan kekuatan
 Mengunakan tali berbobot 500g
 Dilakukan dengan berbaring, duduk, postur berdiri,
 Pergerakan: Abduksi bahu, fleksi ekstensi siku, akstensi pinggul dan abduksi, fleksi ekstensi lutut

 Latihan peregangan
 Ditekankan sebelum setiap latihan aerobic dan penguatan pada SHEP
 Dilakukan pada sendi bilateral atas bawah
 Pergerakan: Abduksi bahu, fleksi ekstensi siku, akstensi pinggul dan abduksi, fleksi ekstensi lutut
Material (Prosedur)
 OMNI-RPE merpakan alat penilai dari latihan fisik sebagai panduan
progresifitas latihan tiap individu

 OMNI-RPE telah divalidasi dan memiliki asosiasi yang kuat terhadap


biomarker fisiologi intensitas latihan

 OMNI-RPE dinilai selama latihan aerobic dan kekuatan, nilai Antara 5 dan 8
sebagai panduan intensitas latihan sedang

 Nilai OMNI-RPE disarankan kepada partisipan dan pengasuh tidak lebih dari 8

 Alat OMNI-RPE dikenalkan terlebih dahulu pada fase 1 terhadap partisipan dan
pengasuh
Material (Prosedur)
 Selama prosedur latihan dengan SHEP, pengasuh memonitor partispan dan
mencatat pada logbook yang telah diberikan

 Durasi Antara latihan kekuatan dan aerobic tergantung berapa lama partisipan
dapat melakukannya hingga mencapai nilai OMNI-RPE 5-8

 Frekuensi latihan sebanyak 3 kali per minggu dari minggu pertama hingga
keempat

 Frekuensi ditambah menjadi 4x/minggu pada minggu ke 5 hingga ke 8

 Logbook juga berisi instruksi tertulis yang diresepkan terhadap partisipan


Material ( hasil )
 Jarak berjalan, waktu istirahat, dan HR final direkam selama 6 menit tes
berjalan(6MWT)

 HR istirahat juga dicatat sebelum 6MWT menggunakan HR monitor chest


worn

 Physiological cost index (PCI) = HR final saat 6 menit- HR istirahat

 PCI yang tinggi mengindikasikan efisiensi berjalan yang lambat

 GMFM-66 untuk menilai fungsi motoric memilik sensitifitas yang tinggi


untuk menilai fungsi motoric pasien CP
Analisa Statistik

 Menggunakan perangkat lunak SPSS versi 23

 Rata-rata setiap pengukuran dianalisa menggunakan Repeated ANOVA di


ketiga fase

 Distribusi data dicek menggunakan metode saphoro-wilk

 Data yang tidak normal dianalisa menggunakan Wilcoxon Signed-rank

 T-statistic untuk mengkalkulasi besarnya efek dan cohen’s d untuk persebaran


data yang tidak normal
HASIL
HASIL
HASIL
DISKUSI
TEMUAN PADA Kecepatan berjalan dan komponen D
JURNAL dan E pada GMFM-66 meningkat
setelah intervensi SHEP

Penelitian lain:
• Bania et al, menyimpulkan bahwa meskipun program latihan dapat
meningkatkan aktivitas fisik pada pasien CP, namun efek ini tidak bertahan
setelah rogram dihentikan.

• Penelitian lain juga mengungkapkan hal yang sama, hasil yang sejalan dengan
latihan, dan mulai menurun setelah 4 bulan latihan dihentikan6
Toleransi latihan partisipan meningkat
TEMUAN PADA hingga 23,5 menit per sesi yang lebih
JURNAL tinggi dari durasi tertinggi saat latihan
pertama

Peneliti lain
• SHEP sebenarnya tidak mengkonfirmasi sepenuhnya program latihan
aerobic dan kekuatan , dimana sesi aerobic selama 20 menit adalah
lamanya waktu yang direkomendasikan
• Berjalan cepat adalah pengukuran objektif dalam menilai kemampuan
berjalan
• Keterlambatan dalam berjalan cepat menandakan adanya hambatan
dalam aktivitas seharoi-hari pasien CP
• Self-pace berjalan cepat diukur dengan 6MWT yang merupakan
pengukuran reliable pada pasien CP
PCI berkurang pada fase 2 penilaian
TEMUAN PADA relative terhadap baseline( fase 1)
JURNAL

Meskipun latihan dapat meningkatkan


kecepatan berjalan, namun tidak
memiliki efek signifikan terhadap
efisiensi berjalan

Peneliti lain

• Pengukuran lainnya dapat berupa intervensi HR recovery atau HR


variabilitas, yang secara langsung menghitung stress fisiologi cardiovascular
yang berhubungan dengan intensitas Lathan, physical fitness dan fungsi otonom.
Peneliti lain
• SHEP memberikan orang tua dan anak untuk
memonitor modalitas setiap latihan pada basis OMNI-
RPE yang bernilai 5-819
• OMNI-RPE dipilih karena lebih mudah, reliable, dan
praktis dalam memonitoring HR ketika latihan dibawah
supervise pengasuh
• Intensitas latihan sedang membuat pasien CP mampu
dan akan mendapatkan manfaat yang progresif dari
latihan aerobic yang mana telah secara luas
direkomendasikan untuk perkembangan pasien CP
Latihan merupakan aktivitas fisik yang
sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan berjalan pada pasien CP di
fase berjalan
TEMUAN PADA
JURNAL

SHEP dapat menjadi alat yang memiliki


potensi yang baik untuk pasien-pasien
muda yang menderita CP dalam
memandu intervensi latihan bila
ditambahkan ke perawatan standar
Keterbatasan
 Partisipan familiar terhadap SHEP pada fase 1, sehingga efek positif dari
SHEP sudah tertanam pada diri peserta sehingga meningkatkan hasil yang
lebih baik

 HR hanya diukur pada saat istirahat dan pada akhir 6MWT

 Jumlah partisipan yang sangat kecil pada penlitian ini, serta usia yang
berbeda, membuat perbedaan tiap individu tidaklah tepat

 Orangtua ataupun pengasuh diberikan logbook sebagai panduang dan


mencatat hasil latihan, padahal logbook terlalu mudah dan sederhana serta
memiliki keterbatasan reabilitas dan validitas untuk mencata suatu aktivitas
latihan
Kesimpulan

 SHEP digunakan sebagai implementasi yang direkomendasikan pada pasien CP

 SHEP merupakan program yang potensial, praktis, yang mampu meningkatkan


kemampuan fungsi berjalan pada anak-anak CP pada fase berjalan

 Meskipun efeknya tidak terlalu signifikan, SHEP dapat menjadi alat yang
berguna untuk tetap mempertahankan latihan dan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan ketika ditambahkan pada perawatan standar.

 Penelitian skala besar akan memberikan hasil yang bermakna untuk menentukan
generalisasi dari cara ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai