Anda di halaman 1dari 10

Refleksi Kasus

Dysphagia e.c tumor


esophagus

Nur Fajri Arum Pertiwi


15711213
Identitas

● Nama : Tn. S
● Usia : 63 Tahun
● Diagnosa : Dysphagia e.c tumor esophagus
● No. RM : 455109
● Jenis Kelamin : Pria
Resume Kasus

● Pasien Tn. S datang periksa ke poli THT pada tanggal 24 November 2020 dengan
keluhan utama terasa seret ketika minum. Keluhan dirasakan pasien sejak sekitar 2
minggu yang lalu. Untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut, pasien mengkonsumsi
bubur. Selain itu, pasien juga mengeluhkan gigi yang berlubang dan keropos. Pasien
kemudian direncanakan untuk pemeriksaan esophagografi.
● Pada tanggal 26 November 2020, pasien datang kembali dengan membawa hasil
pemeriksaan esophagografi. Saat ini pasien mengeluhkan sakit jika menelan makanan.
Keluhan lain seperti batuk, pilek, suara serak, demam, nyeri tenggorokan, ataupun
sesak nafas disangkal pasien. Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
125/65 mmHg, nadi 71x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu 36,7 C.
● Hasil pemeriksaan mulut didapatkan tonsil dalam batas normal, uvula tidak deviasi,
dan refleks muntah (+). Hasil esophagografi menunjukkan kesan suspek massa
intraluminal esophagus pars medial setinggi V. T5-T7 dan tidak tampak gambaran
achalasia. Pasien kemudian dirujuk untuk dilakukan operasi pengangkatan tumor
tersebut.
Latar Belakang Pemilihan Kasus

● Disfagia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan makan atau gangguan makan. Disfagia dapat
menjadi ancaman yang serius bagi kesehatan seseorang karena adanya resiko pneumonia aspirasi, malnutrisi,
dehidrasi, penurunan berat badan dan sumbatan jalan napas. Keluhan ini akan timbul bila terdapat gangguan
gerakan otot-otot menelan dan transportasi makanan dari mulut ke lambung. Berdasarkan penyebabnya,
disfagia dibagi menjadi disfagia mekanik, motorik, dan gangguan emosi. Pada disfagia mekanik, awalnya
kesulitan menelan hanya saaat menelan makanan padat dan terkadang butuh air untuk mendorong bolus
makanan tersebut. Namun bila sumbatan ini terjadi secara progresif dalam beberapa bulan, perlu dicurigai
kemungkinan adanya keganasan di esofagus. Prevalensi disfagia meningkat seiring bertambahnya usia,
sehingga menjadi masalah kesehatan major dalam pasien lansia.
● Keadaan sakit pasien dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pasien dan dapat mengancam nyawa pasien jika
tidak ditangani dengan baik.
Refleksi Medikolegal

Terdapat 4 kaidah dasar moral dalam praktik dokter yaitu:

1. Menghormati martabat manusia (autonomy): setiap pasien diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi
dengan melakukan informed consent, memberikan pasien hak untuk memutuskan untuk menjalani rawat inap,
melibatkan keluarga pasien dalam mengambil keputusan pasien.
Pada kasus ini dokter informed consent kepada pasien dan keluarga dirujuk untuk menjalani operasi pengangkatan
tumor esofagus karena membutuhkan dokter subspesialis.

2. Berbuat baik (beneficence): dokter mengusahakan agar pasien dirawat dengan baik dengan bersikap ramah, tidak
melakukan polifarmasi.
Pada kasus ini selain terapi simtomatik, pasien perlu dirujuk untuk menjalani operasi pengangkatan tumor esofagus.
Meskipun begitu kondisi pasien dan keluarga yang belum memiliki BPJS mengharuskan dokter mengkaji ulang
keputusan klinik dan mengembalikan semua keputusan kepada pasien dan keluarga. Dokter disini juga telah
menginformasikan pada pasien dan keluarga mengenai penanganan penyakit ini. Sehingga pasien dan keluarga
mengerti betul akan resiko setiap pilihannya.
Refleksi Medikolegal

3. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence): dokter memilih pengobatan


yang paling kecil risiko dan paling besar manfaatnya. Dokter melakukan pemeriksaan
penunjang dan pengobatan sesuai indikasi.

4. Keadilan (justice): dokter tidak membedakan pelayanan berdasarkan status sosial


dan ekonomi. Perhatian utama dokter adalah kesehatan pasien.
Disini dokter telah bersikap adil dan profesional dan tidak mengistimewakan pasien
tertentu.
Refleksi Keislaman

● Cobaan sakit pasien mengingatkan bahwa Allah tidak akan memberi cobaan kecuali sesuai
dengan kesanggupannya. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 286:

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir"
Refleksi Keislaman

● Apabila seseorang menderita suatu penyakit maka Allah akan mengampuni dosa hambanya.
Terdapat dalam sebuah hadits:
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan
mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya".
(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).
● Namun perlu diingat bahwa tetap ada syarat agar sakit itu benar-benar menjadi penggugur
dosa yaitu ikhlas dan konsisten beribadah.
Refleksi Keislaman

● QS Al-Isra ayat 23

● "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan
ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai