RENDY KURNIAWAN
20120310155
IDENTITAS
Nama : An. S
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : KP Tarunamulya 9/8 Wonosobo
PROBLEM
KELUHAN UTAMA
Demam -+ 7 hari
Keadaan Umum
Tampak sakit sedang / lemas.
Kesadaran : compos mentis
Vital Sign
HR : 120 x/mnt
RR : 20 x/mnt
Temperatur : 39,2 ᵒc
BB : 21,5 kg
SpO2 : 97 %
Kulit
warna kecoklatan, ikterik (-), DBN
Kepala
Mata: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, edema
palpebra -/-
Telinga: simetris, sekret (-), nyeri tekan aurikula (-)
Hidung: sekret (-), inspirasi cuping hidung (-), epistaksis (-)
Mulut: bibir sianosis (-), bibir kering, lidah kotor (-), faring
hiperemis (+)
Leher
pembesaran kelenjar getah bening (-), peningkatan JVP (-)
Thorax
Paru: inspirasi dan ekspirasis simetris, tidak ada tertinggal
gerak, sonor +/+, vesikuler +/+
cor: S1-S2 reguler
Abdomen
Inspeksi: datar, tidak tampak jejas, tidak tampak gerakan
dinding perut
Auskultasi: bising usus (+)
Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (-), tidak teraba massa, hepar, lien dan
ginjal tidak teraba, turgor < 2 detik.
Ekstremitas
tidak tampak adanya deformitas atau kontraktur, dapat
bergerak bebas, teraba hangat
Rumplit tes (+)
HYPOTHESIS
DHF grade I
DHF grade II
MECHANISM
faktor
Malabsorbsi Intoleransi Faktor infeksi
psikologis
Hiperperistaltik
MORE INFO
LABORATORIUM :
DON'T KNOW
Definisi DHF ?
Derajat DHF ?
Tatalaksana DHF ?
Pencegahan ?
Faktor resiko terjadinya komplikasi pada DHF ?
LEARNING ISSUE
Dengue hemoragic fever (DHF) merupakan penyakit yg disebabkan olehkarena virus
dengue yang termasuk golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
betina, penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan demam berdarah (DBD). Dengan
manifestasi klinis demam, dapat disertai dengan nyeri otot/sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragic.
DHF tanpa syok (derajat I dan II)
Medikamentosa :
•Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian paracetamol bukan aspirin.
•Kortikosteroid diberikan pada DBD ensefalopati apabila terdapat perdarahan pada
saluran cerna kortiko steroid tidak diberikan.
•Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati.
Suportif :
•Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas
kapiler dan perdarahan.
•Keberhasilan terletak pada kemampuan untuk mengatasi masa peralihan dari
fase demam ke fase syok yang disebut “time of fever differvesence” dengan baik.
•Cairan intra vena diperlukan, apabila : anak terus menerus muntah tidak mau
minum, demam tinggi, dehidrasi yang dapat mempercepat terjadinya syok. Nilai
hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
DBD disertai syok (syndrom syok dengue, derajat III dan IV)
•Penggantian volume plasma segera, cairan intra vena, larutan RL 10-20 ml/kgbb
secara bolus diberika dalam waktu 30 mnt. Apabila syok blm teratasi tetap berikan RL
20 ml/kgbb ditambah koloid 20-30 ml/kgbb/jam, max 1500 ml/hari.
•Pemberian cairan 10 ml/kgbb/jam tetap diberikan 1-4 jam pasca syok volume cairan
diturunkan menjadi 7 ml/kgbb/jam, selanjutnya 5ml dan 3ml apabila tanda vital dan
diuresis baik.
•Padaumumnya cairan tidak perlu diberikan lagi 48 jam setelah syok teratasi.
•Oksigen 2-4 l/mnt, pada DBD syok.
•Koreksi asidosis metabolik dan elektrolit pada DBD syok.
•Indikasi pemberian darah.
Anamnesis : demam kurang lebih 7 hari, demam tiba-tiba tinggi, nyeri kepala.
Diagnosis
DHF grade I
Threatment
Inf. Kaen 3B 1500 CC / 24 jam
Inj. Cefotaxim 4 x 500 g
Inj. Paracetamol 220 mg / 4-6 jam
PO : ambroxol syr 3 x ½ cth
cetirizine 2 x ½ cth