Anda di halaman 1dari 17

Studi Literatur Populasi Hama yang

menyerang Tanaman

Dosen Pengampu : Dr. Chairul

Nama : Nur Hikmah


BP: 2020422004
Latar Belakang

Beta vulgaris (bit gula) Zea mays (jagung)

• Kumbang kura-kura (Cassida • lalat bibit (Atherigona sp.)


vittata) • ulat tanah (Agrothis sp.)
• lalat (Pegomyia mixta) • lundi/uret (Phylophaga hellen)
• ngengat (Scrobipalpa ocellatella )
• penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis),
• wereng jagung (Peregrinus maydis)
Metode Penelitian
Perbandingan Metode

Indeks
Menentukan
Dinamika
Indeks
Keragaman Prevalensi
Keragaman dan
Indeks Dominasi Populasi
Serangga

Fluktuasi populasi hama


serangga
6
Indek Keragaman Serangga

Indek keragaman serangga tanah ditentukan dengan indek keragaman Shannon-Wiener yaitu
dengan rumus (Odum, 1971) :

Keterangan :
𝑠 H’ = indek keragaman Shannon-
𝐻 ′ = − ෍ 𝑖𝑃ln 𝑖𝑃 Wiener S = Jumlah genus
𝑖=1 Pi = ni/N sebagai proporsi jenis ke i (ni = Jumlah total individu jenis hama total
i
N = Jumlah seluruh individu dalam total n)
Kriteria yang digunakan untuk menginterprestasikan keragaman Shannon-Wiener (Ferianita-Fachrul
et al., 2005) yakni: H’nilainya < 1, berarti keragaman rendah, H’ nilainya 1 – 3 berarti keragaman
tergolong sedang dan H’ nilainya > 3 berarti keragaman tergolong tinggi.
7
Indek Dominasi

Indek dominasi serangga dihitung dengan menghitung indeks Simpson (Pirzan dan Pong-
Masak, 2008), dengan rumus sebagai beriku :

Keterangan :
𝑆 C = indek Simpson
𝐶= ෍ 𝑃𝑖2 S = Jumlah genus
𝑖=1 Pi = ni/N yakni proporsi individu jenis i dan seluruh individu (ni = Jumlah total
individu jenis i)
N = Jumlah seluruh individu dalam total n

Selanjutnya indek dominasi spesies (D) dapat dihitung dengan formulasi 1- C (Rad et al. 2009).
Kriteria yang digunakan untuk menginterprestasikan dominasi jenis serangga yakni: mendekati 0 =
indek rendah atau semakin rendah dominasi oleh satu spesies serangga atau tidak terdapat spesies yang
secara ekstrim mendominasi spesies lainnya, mendekati 1 = indek besar atau cendrung didomnasi oleh
beberapa spesies mikroba (Pirzan dan Pong-Masak, 2008).
8

Prevalensi

Prevalensi dapat dihitung melalui membagi jumlah koloni serangga tertentu dibagi dengan seluruh koloni serangga kali
100%.

Dinamika Populasi

Hama yang muncul pada setiap petak percobaan dihitung populasinya dan jenisnya serta secara kuantitatif dicatat
jumlahnya dari minggu ke minggu selama periode tumbuh tanaman. Dinamika pertumbuhan setiap populasi hama
secara eksponensial tersebut kemudian dihitung dengan rumus Malthus (1978):

Keterangan :
N0 = Jumlah populasi awal, pada waktu t
= 0 Nt = Jumlah populasi pada waktu t
𝑁𝑡= 𝑁0 𝑒𝑟 dN / dt = 𝑁
𝑟 e = Dasar logaritme natural = 2,71828
atau r = Konstanta/kecepatan instrinsik pertumbuhan secara
wajar
dN = Kecepatan berubah populasi/waktu pada saat tertentu
dt = Interval waktu
9

Hubungan Antara Populasi Hama dengan Suhu dan


Kelembaban

Analisis untuk menentukan hubungan antara populasi hama dengan suhu dan
kelembaban digunakan pendekatan analisis regresi, dan hubungan timbal
balik kedua peubah dihitung dengan analisis korelasi (Gomes dan Gomes,
2007).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Hama Tanaman Jagung
Tabel 4.1 Populasi Hama Tanaman Jagung Gambar 4.1 Populasi Hama Tanaman Jagung Selama
Pengamatan
Nilai Dinamika Populasi

Tabel 4.2 Nilai Dinamika Populasi

MST = minggu setelah tanam, N = nilai dinamika populasi, RH = kelembaban relatif.


Prevalensi Hama Tanaman Jagung

Tabel 4.3 Jumlah populasi dan prevalensi hama pada tanaman jagung
Indeks Keragaman dan Indeks Dominasi

Tabel 4.4 Indek keragaman dan indek dominasi serangan hama pada tanaman jagung

H = indek keragaman dan D = indek dominasi


Persamaan Regresi dan Kerelasi Antara Populasi Hama dengan Suhu dan Kelembaban

Tabel 4.5 Hubungan antara populasi lalat bibit, belelang dan ulat gyarak dengan suhu dan kelembaban
Populasi Hama Tanaman pada

Beta vulgaris (bit gula)


Pembahasan
pada tanaman jagung ditemukan 4 hama utama yaitu lalat bibit
(Atherigona sp., Ordo: Diptera), belalang (Oxya chinensis dan Locusta
sp.), ulat grayak (Spodoptera litura F.) dan ulat tongkol (Helicoverpa
armigera Hbn., Noctuidae, Leppidoptera), populasi hama tertinggi
dicapai oleh belalang (38 ekor) dengan dinamika populasi sebesar 0,83
pada 6 MST (minggu setelah tanam). Prevalensi tertinggi dicapai oleh
hama belalang sebesar 44,19%, diikuti oleh ulat grayak sebesar
24,42%, lalat bibit sebesar 23,26% dan ulat tongkol sebesar 0,08%.
Indek keragaman sebesar 0,306 berarti relatif stabil dengan indek
dominasi sebesar 0,873, berarti ada yang mendominasi yaitu hama
belelang. Hubungan regresi yang siginifikan adalah lalat bibit dengan
kelembaban, ulat grayak dengan suhu dan kelembaban. Masing-
masing dengan kefisien korelasi sebesar -0,65, 0,81 dan 0,72.
Sedangkan pada tanaman bit gula ditemukan 3 spesies serangga hama yaitu
Cassida vittata, Pegomyia mixta dan Scrobipalpa ocellatella Boyd yang
berfluktuasi pada dua musim. Fluktuasi hama ini diakibatkan oleh adanya
perbedaan suhu pada kedua musim. Menurut Andrewartha dan Birch (1974),
komponen hidup hewan terdiri atas 4 komponen yaitu: cuaca, makanan,
organisme dan hewan lain termasuk preditor dan parasit, serta tempat hidup
hewan tersebut. Pengaruh suhu udara terhadap hama dan penyakit tumbuhan
antara lain mengendalikan perkembangan, kelangsungan hidup dan penyebaran
serangga (Massenger, 1976).
Kesimpulan
Dinamika populasi hama dipengaruhi oleh faktor suhu
sebagai faktor penting pertumbuhan dan perkembangan
serangga dapat mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan serangga yang akan berpengaruh pada
peningkatan populasi serangga. Peningkatan populasi
serangga hama berpengaruh buruk terhadap pertanian
karena larva serangga sangat aktif memakan bagian
tanaman.

Anda mungkin juga menyukai