Anda di halaman 1dari 11

UU Cipta Kerja: Kewenangan

Pusat vs Daerah
Iwan Satriawan, Ph.D
Fakultas Hukum, UMY
Latar Belakang Masalah

Salah satu agenda penting reformasi adalah adanya distribusi kewena


ngan kekuasaan negara dengan penguatan otonomi daerah, dimana
salah satu prinsipnya adalah desentralisasi. Hal ini dapat dilihat pada
amandemen kedua UUD 1945 yang melahirkan Pasal 18 dan
memperkuat peran Pemerintah Daerah dalam pembangunan nasional.
Namun dengan disahkan Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), maka semangat desentralisasi tersebut
kembali direduksi menjadi sentralisasi kewenangan pusat.
Lanjutan….

Pasal 18
(5) Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecual
i urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintahan Pusat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Pasal 10
(1) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (2) meliputi:
a. politik luar negeri;
b. pertahanan;
c. keamanan;
d. yustisi;
e. moneter dan fiskal nasional; dan
f. agama.
Konsideran UU No.9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Semangat dari UU Pemda sebagaimana tercantum dalam konsideran


UU a quo adalah melibatkan peran pemda dalam mengembangkan
dan memajukan masyarakat daerah, serta turut serta dalam
pembangunan nasional
Pasal 350 ayat (1) UU Pemda menyebut pemda wajib memberikan pelayanan
perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. UU Cipta
Kerja menambahkan kewenangan pemerintah pusat dalam urusan ini. "Kepala
daerah wajib memberikan pelayanan Perizinan Berusaha sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat“.
Klaster Ketenagakerjaan

Kurang ada kontrol dari Pemda Provinsi


dan Kab/kota
Klaster Lingkungan

(1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh pem
rakarsa dengan melibatkan masyarakat.
(2) Penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan melibatkan masyarakat yan
g terkena dampak langsung terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses pelibatan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan pemerintah.
Lanjutan

Pasal 10 Ayat (2) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pemda
Provinsi memiliki beberapa kewenangan, termasuk perencanaan, pemanfaata
n, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi. Ketentuan-ketentua
n tersebut juga berlaku untuk Pemda Kabupaten/Kota dalam menjalankan kew
enangannya, tetapi seluruh ketentuan itu dihapus dalam UU Cipta Kerja.
UU Cipta Kerja, dalam Pasal 26 Ayat (2) PPLH menjadi: "penyu
sunan dokumen Amdal dilakukan dengan melibatkan masyarak
at yang terkena dampak langsung terhadap rencana usaha dan
/atau kegiatan"
Klaster Pertanahan

Klaster pertanahan, pasal-pasalnya bertentangan dengan semangat Pasal 33


ayat (3) UUD 1945, dan TAP MPR IX/MPR/2001 karena hanya untuk segilintir
orang (oligarki), bukan untuk kepentingan sebesar-besarnya rakyat.
Misalnya Pasal mengenai bank tanah pada Omnibus Law dibahas pada pasal
125 sampai 130, di mana pembentukannya dilakukan oleh pemerintah pusat. P
aling sedikit 30 persen dari tanah negara diperuntukan untuk bank tanah dan a
kan dikelola oleh badan pengawas. Dalam pelaksanaannya nanti bank tanah di
berikan hak pengelolaan dalam bentuk hak guna usaha, hak guna bangunan, d
an hak pakai.

Anda mungkin juga menyukai