Anda di halaman 1dari 14

KETENTUAN UMUM DAN TATA

CARA PERPAJAKAN (KUP)

KONSEP
PRA DAN DAFTAR
PERTEMUAN I
BREVET IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA
KEDUDUKAN KUP

1. KUP merupakan payung hukum dan aturan dasar dalam pelaksanaan dan penerapan perpajakan di Indonesia
2. Berbagai undang-undang pajak di Indonesia (UU PPh, PPN, PPSP, Bea Materai), secara konsep dan dasar aturan mengacu pada
UU KUP.
3. KUP berisi tentang ketentuan, tata cara, hak dan kewajiban perpajakan.

INTISARI KUP
PRA — DAFTAR — HITUNG — BAYAR — LAPOR —
PASCA
1. PRA
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
(KUP)
DEFINISI PAJAK JENIS PAJAK
Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU KUP, pajak adalah :
- Kontribusi wajib kepada negara yang bersifat memaksa 1. Pajak Pusat
- Oleh Orang Pribadi atau Badan
a. PPh (Pajak Penghasilan)
- Tidak mendapatkan imbalan secara langsung
- PPh Pasal 21 (gaji,imbalan,honor)
- Digunakan untuk keperluan negara
- PPh Pasal 22 (pemungutan atas impor, komoditi tertentu,
FUNGSI PAJAK ex : semen, kertas, dsb)
1. Fungsi Anggaran (Budgetair) : pajak merupakan sumber pendapatan - PPh Pasal 23 (royalty, jasa, sewa)
untuk membiayai pengeluaran negara. - PPh Pasal 25 (angsuran bulanan)
2. Fungsi Mengatur (Regulerend) : dengan adanya pajak, pemerintah - PPh Pasal 26 (dividen, bunga, dsb)
bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. - PPh Pasal 29 (kurang bayar atas SPT Tahunan)
Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk - PPh Pasal 4 ayat 2 (Final)
mencapai tujuan. b. PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPn BM (Barang
3. Fungsi Stabilitas : Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana Mewah)
untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas c. Bea Materai
harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan d. PBB Perkebunan dan Pertambangan (P2)
antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
2. Pajak Daerah
4. Fungsi Retribusi Pendapatan : Pajak yang sudah dipungut oleh
negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan a. Provinsi : pajak kendaraan bermotor, pajak rokok, dsb.
umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga b. Kabupaten/kota : pajak restoran, pajak hotel, pajak
dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat iklan, pajak reklame, dsb
meningkatkan pendapatan masyarakat.
INSTANSI PENGUMPUL SISTEM PERPAJAKAN
1. Self Assessment
Dinas/Badan Pendapatan - Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
Daerah Pajak Daerah - Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
- Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali jika wajib pajak
telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya wajib
Direktorat Jenderal Pajak
Pajak Pusat pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.

2. Official Assessment
Kantor Pusat DJP - Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.
- Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
- Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
Kantor Wilayah DJP menerbitkan surat ketetapan pajak.
(Kanwil) - Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

Kantor Pelayanan Pajak 3. Withholding System


(KPP)
- Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan wajib
pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah
pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi terkait.
Kantor Pelayanan, Penyuluhan, Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan pajak tersebut. Jenis
dan Konsultasi Perpajakan pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21, PPh
(KP2KP) Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN
- Tambahan kemampuan ekonomis
- Yang diterima / diperoleh Wajib Pajak
OBJEK PAJAK Penghasilan - Berasal dari Indonesia / luar Indonesia
- Dengan nama dan dalam bentuk apapun.
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang j. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk usaha koperasi.
lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan. k. Royalti.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan. l. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
c. Laba usaha. m. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta seperti n. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, tertentu yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. o. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
e. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya p. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota. q. Premi asuransi.
f. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, r. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
pemecahan atau pengambilalihan usaha. terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
g. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau s. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis dikenakan pajak.
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan t. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi u. Surplus Bank Indonesia.
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan v. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak- mengenai KUP.
pihak yang bersangkutan. w. Objek Pajak yang dikenakan PPh final atas penghasilan berupa bunga
h. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai deposito dan tabungan-tabungan lainnya.
biaya. x. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek.
i. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan y. Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan.
pengembalian utang.
1. Bantuan atau sumbangan dan harta hibah.
NON-OBJEK PAJAK
2. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyetaraan modal. 7. Penghasilan yang ditanamkan oleh dana pensiun, pada bidang-bidang
tertentu yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan.
3. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan dengan pekerjaan
atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura 8. Bagian laba yang diterima dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
dan/atau kenikmatan pajak dari wajib pajak atau pemerintah, terbagi atas saham-saham, perkumpulan, persekutuan, firma, dan kongsi,
kecuali yang berikan oleh yang bukan wajib pajak, wajib pajak yang termasuk pemegang unit penyetaraan kontrak investasi kolektif.
dikenakan pajak secara final atau wajib pajak yang menggunakan 9. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
norma penghitungan khusus (deemed profit). bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
4. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi usaha atau kegiatan di lndonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, tersebut merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
asuransi jiwa, asuransi dwiguna, asuransi beasiswa. menjalankan sektor-sektor usaha yang diatur berdasarkan Permenkeu dan
sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
5. Dividen atau bagian laba yang diperoleh/diterima oleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha 10. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu dan ketentuannya berdasar
milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada Peraturan Menteri Keuangan.
dari usaha dengan syarat sebagai berikut: 11. Sisa lebih yang diterima oleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
a. Dividen tersebut diinvestasikan di Indonesia. dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian, atau pengembangan
yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan
b. Dividen dan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan
lagi dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan, pengembangan
paling sedikit 30% dari laba setelah pajak, serta bagi WP
dan penelitian, dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya
Badan syaratnya sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek
sisa lebih tersebut yang ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Indonesia sebelum DJP menerbitkan surat ketetapan pajak
Menteri Keuangan.
dividen tersebut.
12. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
6. Iuran yang diterima atau diperoleh dari dana pensiun yang
Sosial (BPJS) kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
bayar oleh pemberi kerja atau pegawai.
SUBJEK PAJAK
Orang Pribadi Badan Warisan Belum Terbagi Bendaharawan Bentuk Usaha Tetap

Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri

• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau


• Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
• Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang bentuk usaha tetap di Indonesia
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
tinggal di Indonesia.
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
• Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
Indonesia.
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
• Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, bulan, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
menggantikan yang berhak. Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
• Bendarawan Pemerintah melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
2. DAFTAR
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN
(KUP)
SUBJEK PAJAK
Orang Pribadi Badan Warisan Belum Terbagi Bendaharawan Bentuk Usaha Tetap

Subjek Pajak Dalam Negeri Subjek Pajak Luar Negeri

• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau


• Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
• Orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari bulan, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang bentuk usaha tetap di Indonesia
pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat
Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
tinggal di Indonesia.
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
• Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di
• Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
Indonesia.
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
• Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, bulan, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
menggantikan yang berhak. Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
• Bendarawan Pemerintah melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
• Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat di Indonesia, yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
Indonesia.
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

Fungsi NPWP
1. Sebagai sarana dalam administrasi perpajakan;
2. Sebagai identitas Wajib Pajak;
3. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan
pengawasan administrasirasi perpajakan;
Berikut adalah struktur dari NPWP: 4. Menjadi persyaratan dalam pelayanan umum, misalnya
XX.XXX.XXX.X–XXX.XXX
paspor, kredit bank dan lelang, persyaratan pegawai bagi
Penjelasan:
• 2 (dua) digit pertama merupakan identitas wajib pajak, yaitu : beberapa perusahaan
– 01 sampai dengan 03 = Wajib Pajak Badan
– 04 dan 06 = Wajib Pajak Pengusaha
– 05 = Wajib Pajak Karyawan Manfaat NPWP
– 07, 08, 09 = Wajib Pajak Orang Pribadi
• 6 (enam) digit kedua merupakan merupakan nomor registrasi / urut yang 1. Terhindar dari sanksi hukum dengan telah memenuhi
diberikan Kantor Pusat DJP kepada KPP, contoh : 855.081 kewajibannya (ber-NPWP), karena bagi yang tidak
• 1 (satu) digit ketiga diberikan untuk KPP sebagai alat pengaman agar tidak terjadi
pemalsuan dan kesalahan NPWP, contoh : 4
melaksanakan ketentuan UU KUP, akan terkena sanksi pidana
• 3 (tiga) digit keempat adalah kode KPP terdaftar , contoh : 321 sesuai dengan Pasal 39.
• 3 (tiga) digit terakhir adalah status Wajib Pajak (Tunggal, Pusat atau Cabang), 2. Terhindar dari kenaikan tarif sebesar 20% untuk pemotongan
yaitu : PPh Pasal 21, karena Sesuai dengan Pasal 21 Ayat (5)
– 000 = Tunggal/Pusat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
– 001, 002, dst = Cabang Penghasilan, Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib
• Contoh : NPWP PT ABC : 01.855.081.4-321.000, dengan penjelasan sebagai
berikut: Pajak yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20% daripada
– 01 artinya WP Badan tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat
– 855.081, artinya nomor registrasi / nomor urut terdaftar menunjukkan NPWP. Sedangkan untuk PPh Pasal 22 , PPh
– 4 artinya kode cek digit Pasal 23 , kenaikan tarif yang berlaku adalah 100%.
– 321 artinya kode KPP Pratama Metro
– 000 artinya status WP adalah WP tunggal
SYARAT PENDAFTARAN NPWP
WP OP Karyawan WP Bendahara sebagai WP Pemotong/Pemungut
• FC KTP bagi WNI • FC Surat Penunjukkan sebagai Bendahara
• FC Paspor/KITAS/KITAP bagi WNA • FC KTP

WP OP Wirausahawan/Pekerjaan Bebas WP dengan Status Cabang


• FC KTP bagi WNI • FC NPWP Induk/Pusat
• FC Paspor/KITAS/KITAP bagi WNA • Sket sebagai Cabang
• SKU dari pejabat Pemda sekurang-kurangnya • FC dokumen izin usaha yang diterbitkan instansi berwenang atau Sket
lurah atau kepala desa. Tempat Kegiatan Usaha dari Lurah.

WP Badan yg berorientasi pada profit WP Wanita Kawin yang dikenai pajak secara terpisah karena menghendaki secara
• FC Akta Pendirian bagi WP Dalam Negeri atau tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta, dan wanita kawin
surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat yang memilih melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah
bagi BUT • FC NPWP Suami
• FC NPWP salah satu pengurus • FC Kartu Keluarga
• FC dokumen izin usaha yang diterbitkan instansi • FC surat perjanjian pemisahan harta atau surat pernyataan menghendaki pelaksanaan hak
berwenang atau Sket Tempat Kegiatan Usaha dari dan kewajiban perpajakan secara terpisah
Lurah atau Lembar Tagihan Listrik dari
Perusahaan Listrik.

MEDIA PENDAFTARAN NPWP


WP Badan yg tidak berorientasi pada profit
• FC KTP salah satu pengurus • Langsung di KPP/KP2KP terdaftar
• Sket Domisili dari pengurus RT/RW • Melalui Pos/Jasa Kurir
• Melalui web resmi : ereg.pajak.go.id
PENETAPAN WP NON EFEKTIF PENGHAPUSAN NPWP
WP dapat ditetapkan sebagai WP non efektif apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut: Atas Permohonan WP
1. WP OP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas tetapi secara
Secara Jabatan oleh DJP
nyata tidak lagi menjalankan kegiatan usaha atau tidak lagi melakuka
pekerjaan bebas;
2. WP OP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan 1. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan
penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak; tidak meninggalkan warisan;
3. WP OP yang bertempat tinggal atau berada di luar negeri lebih dari 2. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan
183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua Indonesia untuk selama-lamanya;
belas) bulan dan tidak bermaksud meninggalkan Indonesia untuk 3. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok
selama-lamanya; Wajib Pajak;
4. WP yang mengajukan permohonan penghapusan dan belum diterbitka 4. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus,
keputusan; atau komisaris, pemegang saham atau pemilik dan pegawai yang
5. WP yang tidak lagi memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak melalui pemberi
tetapi belum dilakukan penghapusan NPWP. kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak
Termasuk dalam kriteria Wajib Pajak Non Efektif ini antara lain : melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak;
a) Wajib Pajak Orang Pribadi wanita kawin yang telah memiliki NPWP 5. wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib
yang berbeda dengan suami dan tidak berniat melakukan pemenuhan Pajak dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan
kewajiban perpajakan secara terpisah; harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak
Orang Pribadi yang memiliki NPWP sebagai anggota keluarga atau dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
tanggungan, yaitu NPWP dengan kode cabang “001”, “999”, “998” dan suaminya; atau
seterusnya; 6. wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan NPWP
b) Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
sebagai Wajib Pajak karena yang bersangkutan sudah tidak lagi perpajakannya digabungkan dengan pelaksanaan hak dan
melakukan pembayaran dan belum dilakukan penghapusan NPWP; pemenuhan kewajiban perpajakan suaminya.
atau
c) Wajib Pajak yang tidak diketahui atau ditemukan lagi alamatnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai