Anda di halaman 1dari 39

KERACUNAN

PADA ANAK

Dr. dr. Mayetti, Sp.A(K), IBCLC

BLOK 3.6
DEFINISI

• Berasal dari bahsa Yunani  Toxon, artinya: Racun


• Toksikologi  Ilmu yang mempelajari efek-efek merugikan dari
suatu zat.
• Substansi toksik adalah bahan kimia yang mampu menghasilkan
efek yang merugikan pada organisme hidup (cedera, kematian).
• Kita tidak dapat memisahkan mana senyawa yang toksik mana
yang tidak toksik
• SEMUA SENYAWA KIMIA BERPOTENSI TOKSIK DI
BAWAH KONDISI TERTENTU
EPIDEMIOLOGI

• Penyebab ke-3 kematian pada anak anak setelah kecelakaan dan


luka bakar.
• Anak-anak rentan mengalami keracunan: rasa ingin tahu yang
tinggi, kecenderungan untuk memasukkan ‘sesuatu’ke dalam mulut,
bentuk dan kemasan yang menarik sehingga dianggap permen/
makanan/ minuman.
• Racun dapat ditemukan dihampir semua tempat: dirumah, di
sekolah, di tempat umum lainnya.
ETIOLOGI

• Self poisoning : terjadi karena kekurang hati-hatian dalam


penggunaan obat, tanpa disadari tindakan tersebut dapat
membahayakan.
• Attempted poisoning : sengaja menggunakan racun untuk bunuh
diri, tetapi bisa berakhir dengan kematian atau pasien sembuh.
• Accidental poisoning : kejadian keracunan murni suatu kecelakaan
tanpa adanya unsur kesengajaan sama sekali.
• Homicidal piosoning : keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal
yaitu seseorang dengan sengaja meracuni seseorang.
RUTE MASUK ZAT TOKSIK

• Oral/ Tertelan : Efeknya bisa lokal pada saluran cerna dan bisa
juga sistemik. Contoh: overdosis obat, pestisida
• Topikal (melalui kulit) : Efeknya iritasi lokal, tapi bisa berakibat
keracunan sistemik. Kasus ini biasanya terjadi di tempat
industri. Contoh: soda kaustik, pestida organofosfat
• Topikal (melalui mata) : Efek spesifiknya pada mata dan bisa
menyebabkan iritasi lokal. Contoh : asam dan basa, atropin
RUTE MASUK ZAT TOKSIK

• Inhalasi : Iritasi pada saluran nafas atas dan bawah. Transport


melintasi membran alveolar dg cara difusi sederhana. Konsentrasi
di dalam darah bergantung pd derajat solubilitasnya. Sering terjadi
pada area industri/ pabrik. Contoh: Atropin, gas klorin, CO (karbon
monoksida)
• Injeksi : Efek sistemik, iritasi lokal dan bisa menyebabkan
nekrosis jaringan. Masuk ke dalam tubuh bisa melalui intravena,
intramuskular, intrakutan maupun intradermal.
HAL-HAL YANG
MEMPENGARUHI TOKSISITAS
STATUS KESEHATAN
– Adanya gangguan hepar atau renal, gangguan susunan saraf pusat,
asidosis  mempengaruhi farmakokinetika dan
–Diet rendah protein  albumin plasma lebih rendah, obat lebih
banyak dalam bentuk bebas, sehingga efek toksik meningkat.
–Diet rendah protein  penurunan level enzim mikrosom hepar
 metabolisme menurun
HAL-HAL YANG
MEMPENGARUHI TOKSISITAS
GENETIK
• Obat suksinilkolin  Pada orang dengan pseudokolinesterase
atipikal akan mempunyai efek berlawanan sehingga dapat
menyebabkan apneu dan relaksasi otot yang memanjang.
• Kapur barus (Naphthalane)  Sangat toksik pada orang dengan
defisiensi G6PD  menyebabkan hemolysis.
HAL-HAL YANG
MEMPENGARUHI TOKSISITAS
JENIS KELAMIN
• Terdapat perbedaan respon obat pada wanita dan pria
• Pria memiliki berat badan, volume darah dan masa jaringan yang
lebih besar daripada wanita  sehingga pada dosis yang sama akan
menghasilkan perbedaan konsentrasi/ farmakokinetika obat tertentu,
seperti eritromisin dan fenitoin.
HAL-HAL YANG
MEMPENGARUHI TOKSISITAS
LINGKUNGAN
• Temperatur : Pada temperatur yang lebih dingin, laju absorpsi menjadi
menurun dan laju degradasi metabolik dan ekskresi menjadi lebih
rendah.
PRINSIP MANAJEMEN
KERACUNAN
Quick Determine

Respiratory FUNCTION Cardiovascular FUNCTIONS


CNS INVOLVEMENT
- Airway patency, Support - Stabilize BP
- Control convulsions
breathing, Administer O2 - Treat shock
- Other major symptoms
if necessary - Normalize Heart beat

TERMINE
- Identity of poison
- Assess quantity and time of ingestion

Substance is not toxic


Substance is toxic
-give demulcents if needed
DECIDE proceed with management
-observed for delayed
(e.g.dilution,emesis,etc)
effects
PRINSIP TERAPI

– Initial decontamination. Menjaga konsentrasi racun serendah


mungkin di jaringan yang krusial dengan cara : mencegah absorbsi
lebih lanjut
– Enhance elimination. Menjaga konsentrasi racun serendah
mungkin di jaringan yang krusial dengan cara : meningkatkan
eliminasi
– Specific antidotes. Melawan efek farmakologis dan toksikologis
pada organ target
INTERVENSI PADA
KERACUNAN
– Dekontaminasi
– Eliminasi Toksin
– Antidotum
DEKONTAMINASI

Pengeluaran toksin dari tempat masuknya sebelum penyerapannya ke


sirkulasi sistemik.
– Paparan inhalasi: evakuasi dari lingkungan beracun dan pemberian
oksigen tambahan
– Paparan dermal: lepas pakaian yang terkontaminasi dan mandi/
irigasi area yg terpapar dengan air dan sabun ringan
– Paparan mata: dengan cara irigasi pada mata yang terkena dengan
larutan saline.
– Paparan oral: Emesis, Gastric lavage, Activated charcoal, Whole
bowel irrigation, Cathartics
DEKONTAMINASI ORAL

EMESIS: Cairan Emesis: Syrup Ipecac:


– Jangan induksi emesis jika – Muntah terjadi setelah 30-
racun: Convulsant, 60 menit
Hydrocarbon, Alkali atau – Berasal dari akar
acid korosif Cephaelis ipecacuanha
– Jangan induksi emesis jika
atau C.acuminata
pasien: Tidak sadar/ koma, – Dosis: 6-12 m.o = 5-10
Memiliki penyakit CV yg mL, 1-12 y.o = 15 mL,
berat atau empisema, Usia Adults = 30 mL
dibawah 6 bulan
DEKONTAMINASI ORAL

LAVAGE:
• Proses pencucian isi lambung dengan menggunakan: Air, saline,
sodium bikarbonat, garam kalsium, k-permanganat, tannic acid
• Dilakukan jika racun harus segera dikeluarkan (< 60 menit) atau saat
tindakan emesis dikontraindikasikan.
• Indikasi: Pasien tidak sadar, Hilangnya reflek menelan, Emesis
dengan ipekak tidak efektif atau dikontraindikasikan, Tertelan
sejumlah besar substansi yang sangat toksik.
• Kontraindikasi: Korosif, Distilat petroleum, Kejang
DEKONTAMINASI ORAL

Activated Charcroal
– Menggunakan activated carchoal/ Kabon aktif
– Kontraindikasi: Obstruksi GI tract
– Efek samping: nausea dan obstipasi
– Efektivitas jika diberikan dalam waktu 30 menit keracunan,
tergantung jenis racun
– Senyawa kimia yg kurang/tidak diabsorpsi oleh activated charcoal:
Alkali, Boric acid, Cyanide, Ferrous sulphate, Malathion, Mercur,
Tolbutamide, Garam litium, N-methyl carbamate
DEKONTAMINASI ORAL

Whole-bowel irrigation (WBI) = Klisma


– Menggunakan polyethylene glycol
– Relatif aman untuk anak-anak
– Efektif untuk keracunan: Salisilat, Lithium, Ampicillin, Zinc, Fe
Cathartic
– meminimalisasi absorbsi dengan cara mempercepat lewatnya toksin
melalui GI tract.
– Kontraindikasi cathartic: BU negative, Racun sangat korosif,
Gangguan elektrolit
– Pasien menelan enteric coated tablet. Waktu setelah penelanan bahan
toksik > 1 jam
MENINGKATKAN ELIMINASI

– Obat dan racun diekskresi melalui urin melalui filtrasi di


glomerulus dan sekresi aktif di tubulus.
– Obat dan racun dapat di-reabsorbsi kembali ke sirkulasi darah jika
obat tsb bersifat lipofilik atau melalui mekanisme transport aktif
– Cara yang dapat dilakukan: Pemberian Diuretik, Merubah pH
Urine, Dialisis.
MENINGKATKAN ELIMINASI

Penggunaan Diuretik
– Menghambat reabsorbsi dengan menurunkan gradien konsentrasi
obat dari sel lumen tubulus
– Meningkatkan aliran melewati tubulus
– Diuretik yg bisa dipakai : Furosemide (tersering) dan osmotic
diuretic
– Diuresis paksa hrus hati-hati, trutama utk pasien yang gagal ginjal,
gagal jantung, gagal paru/ pulmonary complications
MENINGKATKAN ELIMINASI

Perubahan pH Urine
– Prinsip : molekul yang tidak terionisasi terabsorbsi jauh lebih
cepat daripada molekul polar (yang terionisasi)
– Perubahan dari yang tidak terionisasi menjadi terionisasi dapat
terjadi akibat perubahan pH pada cairan tubulus 
mempercepat eliminasi
– Alkalinisasi urin kontraindikasi : pada kasus renal failure
– Acidifikasi urin dapat dilakukan dengan pemberian amonium
klorida atau asam askorbat
MENINGKATKAN ELIMINASI

Dialisis
• Hemodialisis dan peritoneal dialisis
• Hemodialisis sangat lebih efektif dibandingkn peritoneal dialisis
dan esensial untuk beberapa kasus intoksikasi life threatening
seperti: metanol, ethylene glycol, salicylate.
PEMBERIAN ANTIDOTUM
MANAJEMEN DASAR PADA
KASUS KERACUNAN
Terapi Suportif
- Menjaga jalan nafas - Menatalaksana kejang
- Oksigenasi/ ventilasi - Manajemen suhu
- Tatalaksana aritmia - Tatalaksana kelainan metabolik
- Stabilisasi hemodinamik - Mencegah komplikasi sekunder
MANAJEMEN DASAR PADA
KASUS KERACUNAN
Mencegah absorbsi toksik lebih lanjut
- Dekontaminasi saluran cerna: - Dekontminasi bagian lainnya
• Merangsang muntah yang terpapar:
• Kumbah lambung • Dekontaminasi mata
• Penggunaan karbon aktif • Dekontaminasi kulit
• Klisma • Dekontaminasi rongga tubuh
• Katarsis lainnya (hidung, telinga, dll)
• Dilusi
• Endoscopy
MANAJEMEN DASAR PADA
KASUS KERACUNAN
Mengeliminasi toksik sesegera mungkin
- Pemberian karbon aktif - Eliminasi ektrakorporal:
- Pemberian diuretik • Peritoneal dialysis
- Penurunan pH urin • Hemodialisis
- Terapi Kelasi • Transfusi tukar
- Terapi hiperbarik • Plasmaparesis
• Hemoperfusi
MANAJEMEN DASAR PADA
KASUS KERACUNAN
Pemberian Antidotum
- Netralisasi dengan antibodi - Antagonis metabolik
- Netralisasi dengan ikatan - Antagonis fisiologis
kimiawi

Pencegahan terpapar ulang


- Edukasi - Edukasi terhadap pelaku
- Konsultasi ke bagian psikiatri industri dan pabrik bahan kimia
(jika diperlukan)
KERACUNAN PARACETAMOL

– Pada dosis tinggi dan penggunaan jangka panjang dapat


menyebabkan hepatotoksik  Gagal hepar akut.
– Tatalaksana:
• Terapi suportif dan pertolongan gawat darurat.
• Terapi suportif untuk gagal hepar & ginjal akut, bila terjadi.
• Antidot dengan asetilsistein.
• Dekontaminasi: induksi muntah atau cuci lambung dilakukan
sebelum pemberian antidote oral.
KERACUNAN MAKANAN

Tempe Bonkrek
- Timbul asam bongkrek dan aflatoksin
- Inhibisi enzim2 mitokondria
- Gangguan mekanisme fosforilasi oksidatif
- Hipoglikemia
Klinis
• Kejang usus, muntah dan mencret
• Keringat banyak, kejang, penurunan kesadaran
Tatalaksana
• Terapi suportif : infus kristaloid, glukosa
• Dekontaminasi : pengosongan lambung, arang aktif
• Tiosulfat dan injeksi vitamin B komplek.
KERACUNAN MAKANAN

Sianisa (dalam makanan)


– Gangguan pengikatan oksigen oleh Hb  sianhemoglobin. Sifat
racun ini tahan panas, mudah larut dalam air.
Klinis
– Hipoksia, dispnea, sianosis, pingsan, anoxia, kejang, koma, gagal
pernafasan, kolaps kardiovaskular, mati
Tatalaksana
– Terapi suportif : atasi hipoksia, oksigenasi, atasi kejang
– Dekontaminasi : pengosongan lambung, arang aktif
– Antidotum : amil-nitrit dan NaNO2 300 mg i.v, Na tiosulfat 12,5 gr
i.v; Hidroksokobalamin
KERACUNAN ORGANOFOSFAT

Mekanisme: Organofosfat dan derivatnya menghambat enzim


asetilkholinesterase, diikuti dengan akumulasi berkelebihan
asetilkholin pada reseptor tubuh
Manifestasi klinik dapat diklasifikasikan menjadi :
–Muskarinik (parasimpatik) : muntah, diare, kram perut, miosis,
bradikardi, hipesalivasi dan keringat yg berlebihan
–Nikotinik (ganglionik) : muscle fasciculations, tremor dan
kelemahan. Kematian kadang disebabkan oleh paralisis otot
pernafasan.
–CNS : agitasi, seizures dan koma, neuropati perifer
–Terjadi pneumonitis bila terjadi aspirasi ke dalam paru
KERACUNAN ORGANOFOSFAT

Tatalaksana:
– Pelihara airway dan ventilasi. Awasi kelemahan otot pernafasan,
henti nafas, oksigenisasi + ventilasi
– Obati hydrocarbon pneumonitis, kejang dan koma
– Observasi paling tidak 6-8 jam, kemungkinan adanya gejala
penundaan
– Beri atropin sbg muskarinik agent, 0,5 – 2 mg iv, diulangi sesering
mungkin sesuai kebutuhan.
– Pralidoksim sebagai aktivator enzim pada semua tempat yang
terkena (muskarinik, nikotinik dan mungkin juga CNS), dosis
dewasa 1-2 gr i.v, anak 25-50 mg/kg maks 1 gr
UPAYA UNTUK MEREDUKSI
KEJADIAN KERACUNAN
– Simpan obat-obatan pada tempat yang semestinya. Jauhkan dari
jangkauan anak-anak. Simpan segera setelah menggunakan obat-
obatan. Lakukan pemusnahan obat-obat yang sudah digunakan/
kadaluarsa.
– Musnahkan bahan-bahan kimia rumah tangga begitu sudah tidak
digunakan.
– Simpan bahan kimia rumah tangga pada tempat khusus dan
terkunci serta jauh dari jangkauan anak-anak. Segera simpan begitu
selesai menggunakan.
UPAYA UNTUK MEREDUKSI
KEJADIAN KERACUNAN
– Gunakan bahan kimia rumah tangga pada ruangan dengan ventilasi
yang baik/ ventilasi terbuka. Gunakan sesuai prosedur, jangan
mencampur bahan kimia tanpa ada petunjuk yang jelas.
– Simpan semua bahan kimia pada botol/ kemasan yang sesuai.
Jangan menyimpan/ menyalin isi bahan kimia ke dalam botol/
kemasan yang sama dengan kemasan makanan/ minuman.
– Jangan menyamakan obat-obatan dengan “permen” saat
memebrikan obat kepada anak (mindset).
UPAYA UNTUK MEREDUKSI
KEJADIAN KERACUNAN
– Saat pemberian obat pada anak, pastikan mereka dalam
pengawasan orang dewasa. Jika ada keperluan mendadak, pastika
obat tersebut tidak ditinggal.
– Jangan meminum obat di depan anak-anak. Jangan bercanda saat
mengkonsumsi obat.
– Jangan mengkonsumsi obat dalam ruangan gelap/ redup. Bagi yang
berkacamata, pastikan menggunakannya sebelum mengonsumsi
oabt tersebut.
– Jauhkan pupuk dari jangkauan anak-anak, walau mereka diajak
untuk bercocok tanam/ berkebun sekalipun.
UPAYA UNTUK MEREDUKSI
KEJADIAN KERACUNAN
– Edukasi anak di rumah. Perkenalkan anak dengan racun/ bahan
kimia rumah tangga, jelaskan kepada mereka bahwa racun tersebut
berbahaya, dan jangan mendekat kepada bahan-bahan berbahaya
tersebut.
– Tempelkan stiker anti air yang bertuliskan “bahan berbahaya” agar
anak mudah mengenal. Atau gambar yang dipahami anak-anak.
– Saat menempati rumah lama, perhatikan cat dinding yang
terkelupas, karena bisa jadi sumber racun.
UPAYA UNTUK MEREDUKSI
KEJADIAN KERACUNAN
– Buat renacana/ alur jika suatu saat terjadi keracunan di rumah.
Simpan nomor emergensi terkait (UGD, dokter keluarga) pastikan
tersimpan dalam kontak telepon.
– Pastikan mengetahui antidotum racun-racun yang ada atau tahu apa
yang mesti diperbuat jika terjadi keracunan bahan terkait.
Konsultasi hal tersebut dengan dokter atau apoteker setempat.
– Simpan obat-obat emergensi yang diperlukan saat terjadi
keracunan seperti karbon aktif, ipecac sirup, dan pastikan tahu cara
penggunaannya.
TERIMAKASIH

Semoga Sukses

Anda mungkin juga menyukai