Anda di halaman 1dari 20

Mola

Hidatidosa

Oleh
FENSHIRO LESNUSSA
102119089
Pembimbing :
dr. Muslichi Parangin-Angin, Sp.
OG
Definisi

– Pengertian Hamil anggur (Mola Hidatidosa) adalah


kehamilan abnormal berupa tumor jinak dari sel-sel
trofoblas.Trofoblas adalah bagian dari tepi sel-sel telur yang
kelak terbentuk menjadi ari-ari janin atau merupakan suatu
hasil yang gagal. Jadi, dalam proses kehamilannya
mengalami hal yang berbeda dengan kehamilan normal,
dimana hasil pembuahan sel sperma dan sel telur gagal
terbentuk dan berubah menjadi gelembung-gelembung
yang bergerombol membentuk buah anggur
Epidemiologi

– Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio


ekonomi rendah. Di Indonesia menurut laporan beberapa
penulis dari berbagai daerah menunjukkan angka kejadian
yang berbeda-beda. Angka kejadian Mola Hidatidosa di
Indonesia berkisar antara 1 : 51 sampai 1 : 141 kehamilan.
Di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya antara tahun 1960
sampai 1964 diperoleh angka kejadian 1 : 96 persalinan,
antara tahun 1970 sampai 1974 angka kejadian Mola
Hidatidosa 1 : 55 kejadian persalinan
Klasifikasi

Mola hidatidosa komplet


– Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda
embrio, tali pusat, atau membran. Kematian terjadi
sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik
berubah menjadi vesikel hidropik yang jernih yang
menggantung bergerombol pada pedikulus kecil, dan
memberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel
bervariasi, dari yang sulit dilihat sampai yang berdiameter
beberapa sentimeter. Hiperplasia menyerang lapisan
sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas. Massa mengisi rongga
uterus dan dapat cukup besar untuk menyerupai kehamilan
Klasifikasi

Mola hidatidosa komplet


– Pada kehamilan normal, trofoblas meluruhkan desidua
untuk menambatkan hasil konsepsi. Hal ini berarti bahwa
mola yang sedang berkembang dapat berpenetrasi ke
tempat implantasi. Miometrium dapat terlibat, begitu pula
dengan vena walaupun jarang terjadi. Ruptur uterus
dengan perdarahan massif merupakan salah satu akibat
yang dapat terjadi. Mola komplet biasanya memiliki 46
kromosom yang hanya berasal dari pihak ayah (paternal).
Sperma haploid memfertilasi telur yang kosong yang tidak
mengandung kromosom maternal. Kromosom paternal
berduplikasi sendiri. Korsiokarsioma dapat terjadi dari mola
jenis ini
Klasifikasi

Mola hidatidosa partial


– Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong
amnion dapat ditemukan karena kematian terjadi sekitar
minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi pada
lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas
dibandingkan dengan mola komplet. Analisis kromosom
biasanya akan menunjukan adanya triploid dengan 69
kromosom, yaitu tiga set kromosom: satu maternal dan dua
paternal. Secara histologi, membedakan antara mola parsial dan
keguguran laten merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini
memiliki signifikansi klinis karena walaupun risiko ibu untuk
menderita koriokarsinoma dari mola parsial hanya sedikit, tetapi
pemeriksaan tindak lanjut tetap menjadi hal yang sangat
penting.
MHK vs. MHP

MH KLINIK SITOGENIK PA TRANS- PROG.


FORMASI
KEGANASAN
Janin/ Uterus Penyulit
bagian
janin
MHK Tidak Lebih Sering Andro genetik Diploid Vili normal (-) Tinggi Bisa
ada besar terjadi 46xx homozigot 46xx Hiperplasi 15-20% buruk
heterozigot 46xy trofoblas (+++)

MHP Ada Sama/ Jarang Diandro genetik Vili normal (+) Rendah Baik
lebih terjadi Triploid
kecil 69 xxx
69xxy
69xyy
Patogenesis

Ada tiga teori:


1. teori missed abortion.
2. teori neoplasma sel trofoblas.
3. Teori Sitogenetik
Patogenesis
Teori diploid androgenetic (MHK)
Patogenesis
Teori diandro triploid (MHP)
Faktor Resiko

– Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya MH


adalah :
– a. Usia ibu
– b. Status gizi
– c. Riwayat Obstetri
– d. Genetik
– e. Kontrasepsi oral dan perdarahan irreguler
– f. Merokok, konsumsi alkohol, infeksi
Tanda dan Gejala

– Gejala-gejala yang biasanya muncul pada mola hidatidosa


– perdarahan terus menerus pada minggu ke-12 kehamilan. Kondisi itu bervariasi,
bisa hanya berupa bercak-bercak hingga perdarahan dalam jumlah banyak,
seringkali berwarna kecoklatan. Jika mengalami hal ini, maka biasanya
menyebabkan anemia dan kekurangan zat besi. Selain itu ditemukan juga
pembesaran perut (pertumbuhan ukuran rahim) tidak sesuai dengan usia
kehamilan atau lebih cepat dari pada bisasanya. Misalnya, hamil satu bulan
terlihat seperti hamil 3 bulan.
– Ditemukan juga mual-mual dan muntah lebih sering dan durasinya lebih lama.
– Timbul tekanan darah tinggi terkait dengan kehamilan, nyeri abdomen, tidak ada
tanda-tanda adanya janin, dan kadar hormon korionik gonadotropin (HCG) tinggi
dalam darah dan urine ibu, mual muntah, tidak nafsu makan, denyut nadi cepat
dan jantung berdebar-debar juga merupakan manifestasi klinis dari Mola
Hidatidosa.
Diagnosis

– Pemeriksaan kadar beta hCG: pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau
urin.
– Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hatihati ke dalam kanalis
servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila
tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta Sison).
– Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4 bulan).
– Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat
janin.
– Foto thoraks : pada mola ada gambaran emboli udara.
– Pemeriksaan trimester 3 dan trimester 4 bila ada gejala tirotoksikosis. (Sujiyatini, 2012)
– Pemeriksaan dapat dilakukan untuk penetapan diagnosa apabila terjadi perlepasan/
pengeluaran jaringan mola. (Myles, 2012)
– Diagnosis yang paling tepat bila telah melihat gelembung molanya. Tetapi bila menunggu
sampai gelembung mola keluar biasanya sudah terlambat karena pengeluaran gelembung
umumnya disertai perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien menurun.
(Prawirohardjo, 2014)
Penanganan

Terapi mola hidatidosa ada 3 tahapan yaitu:


– Perbaikan keadaan umum Perbaikan keadaan umum pada
pasien mola hidatidosa, yaitu :
– Koreksi dehidrasi
– Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 ggr % atau kurang)
– Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum
diobati sesuai dengan protokol penanganan di bagian
obstetrik dan ginekologi
– Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke
bagian penyakit dalam
Penanganan

b) Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi


– Kuretase pada pasien mola hidatidosa:
– Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin,
kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar
spontan.
– Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria
dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.
– Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse
dengan tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5%.
– Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu.
– Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA.
c) Histerektomi
– Umur ibu 35 tahun atau lebih.
– Sudah memiliki anak hidup 3 orang atau lebih.
Komplikasi

Perdarahan masif  syok hipovolemik,


Perforasi uterus spontan
Emboli sel trofoblas,
Penyakit trofoblas ganas, dan
Tirotoksikosis.
Kesimpulan
Kesimpulan

Mola hidatidosa dengan komplikasi dapat menyebabkan tingkat


morbiditas yang tinggi sehingga diperlukandeteksi dini,penanganan
kuratase,pemeriksaan B-hCG secara berkala serta patologi anatomi untuk
mencegah komplikasi dan mengetahui sedini mungkin mola hidatidosa
yang memiliki potensi cukup besar menjadi keganasan.Pada kasus ini
memiliki faktor resiko yang besar serta terdapat komplikasi yaitu
perdarahan sehingga menyebabkan anemia berat tetapikarena terdeteksi
lebih awal dan segera dilakukan kuratase sehingga komplikasi lebih lanjut
dapat teraratasi
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai