Anda di halaman 1dari 24

SEMINAR PROPOSAL

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI BERBASIS PROBLEM BASED


LEARNING (PBL) PADA MATERI ANIMALIA UNTUK PESERTA
DIDIK KELAS X SMA

DOSEN PEMBIMBING:
OLEH
TITIN SURYANI Drs. Nawir Muhar, M.Si
1610013221022 Dra. Gusmaweti, M.Si
A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran menggunakan Kurikulum tahun 2013 lebih menekankan pada


pendekatan saintifik. Pelaksanaan pembelajaran pada pendekatan saintifik meliputi
kegiatan mengamati, menanya, menalar, melakukan percobaan dan
mengkomunikasikan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa model
pembelajaran yaitu Discovery Learning, Problem Based Learning (PBL), Project Based
Learning (PjBL), dan Inquiry Learning (Audia, 2019).
Modul merupakan bahan ajar mandiri yang memberikan keleluasaan pada siswa,
baik secara individu maupun kelompok. Kegunaan modul bagi siswa dapat aktif mencari,
menggali informasi, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya (Husniati, 2016).
A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis pada 25-30 November 2019 di
SMAN 1 Nan Sabaris dengan guru mata pelajaran Biologi yaitu Ibu Yusmaidar terungkap
bahwa yang menjadi kendala pada saat pembelajaran biologi dikelas belum tersedianya
bahan ajar berupa modul yang praktis dan menarik untuk peserta didik. Proses
pembelajaran yang berlangsung selama ini di sekolah selalu menggunakan bahan ajar
berupa buku teks yang ada di perpustakaan atau hand out yang dibuat sendiri oleh guru.
Bedasarkan wawancara tersebut materi Animalia sesuai dengan model PBL, yang
menggunakan pendekatan saintifik dalam pelaksanaannya, selain itu dalam pelaksanaan
pembelajaran dimulai dari masalah yang ada dalam kehidupan sehingga mampu
membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Diharapkan
nantinya, dengan adanya modul mampu membantu peserta didik belajar secara mandiri
dan memehami konsep serta mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat


diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model PBL belum terlaksanakan di kelas.
2. Belum tersedianya modul biologi berbasis Problem Based Learning (PBL) yang valid
dan praktis dalam proses pembelajaran.
3. Peserta didik mengalami kesulitan pada materi animalia di kelas X
C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, penulis membatasi


permasalahan pada belum tersedianya modul biologi berbasis PBL pada materi animalia
untuk peserta didik kelas X SMA yang valid dan praktis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukakan, rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana menghasilkan modul biologi berbasis PBL pada
materi animalia untuk peserta didik kelas X SMA yang valid dan praktis?
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan modul biologi bebasis PBL pada materi
animalia untuk peserta didik kelas X SMA yang valid dan praktis.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk hal-hal berikut:


1. Bagi guru, sebagai bahan informasi dan pertimbangan guru yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran biologi
2. Bagi peserta didik, sebagai bahan ajar yang dapat mempermudah memahami dan
mengaplikasikan pengetahuan dari materi biologi dalam kehidupannya.
3. Bagi peneliti, sebagai sumber dan informasi bagi peneliti lanjutan yang berhubungan
dengan penelitian ini.
G. Spesifikasi Produk

Spefikasi produk yang dihasilkan pada pengembangan ini adalah sebagai berikut:
1. Produk yang akan dihasilkan adalah modul biologi berbasis Problem Based Learning (PBL) pada
materi animalia berisikan KI, KD, Indikator dan tujuan pembelajaran yang dibuat mengacu pada
Kurikulum tahun 2013.
2. Modul yang dikembangkan logis dan sistematis, sehingga peserta didik lebih mudah mengerti
dan bisa digunakan untuk belajar mandiri dirumah.
3. Pada modul Problem Based Learning (PBL) disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyan essai
yang menekankan pada pemecahan masalah.
4. Modul yang dikembangkan dirancang dengan menggunakan program Microsoft Word 2007,
menggunakan tulisan comic sans MS ukuran 11 agar terlihat lebih menarik.
5. Modul yang dekembangkan didesain dengan warna biru dan jingga.
6. Pada akhir pembelajaran modul yang dikembangkan diberikan latihan untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap materi yang disajikan.
TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku individu yang terjadi


selama berinteraksi sehingga terjadi rangsangan dan pengalaman belajar
(Lufri, 2010).
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dan siswa
beserta unsur yang ada didalamnya. Guru merupakan faktor yang paling
dominan yang menentukan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
yang baik, tentu akan menghasilkan hasil belajar yang baik pula (Wulandari,
2013).
B. Pengertian Modul

Modul merupakan seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis, sehingga
penggunaanya dapat belajar dengan atau tanpa fasilitator atau guru (Prastowo,
2011:104). Sedangkan menurut Mulyasa (2009:231) modul merupakan paket belajar
mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang
secara sistematis untuk membantu peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.
Modul memungkinkan peserta didik memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih
cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan peserta didik
lainnya. Oleh karena itu modul harus menggambarkan kompetensi dasar yang akan
dicapai oleh peserta didik, serta disajikan dengan bahasa yang baik dan menarik, dan
dilengkapi dengan ilustrasi
B. Pengertian Modul

Fungsi modul dalam pembelajaran menurut adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan ajar mandiri, yaitu meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
belajar sendiri.
2. Pengganti fungsi pendidik sebagai bahan ajar yang mampu menjelaskan materi
bahan ajar dan dipahami peserta didik.
3. Sebagai alat evaluasi, yaitu sebagai pengukur tingkat kemmapuan pemahaman
peserta didik.
4. Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik, maksudnya modul mengandung berbagai
materi yang harus dipelajari oleh peserta didik.
5. Mengakomodikasi berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.
6. Agar peserta didik mampu mengukur tingkat materi yang telah dipelajari
C. Model Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang menyediakan pengalaman
otentik yang mendorong peserta didik untuk belajar aktif, mengonstruksi pengetahuan, dan
mengintegrasikan konteks belajar disekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah.
Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik, dan
mempertahankan minat peserta didik, yang keduanya digunakan agar peserta didik mampu
mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multiperspektif (Abidin, 2014:160).
Menurut Ackay (2009) pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri yaitu pusat
pengorganisasian masalah yang tidak terstruktur dan kompleks, membutuhkan
penyelidikan, pengumpulan informasi, dan gambaran, tidak memiliki solusi sederhana.
Pembelajaran berbasis masalah belajar difokuskan pada pemikiran, pembelajaran
langsung yang diselenggarakan dan penyelidikan mencari solusi masalah dalam kejadian
nyata.
C. Model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Amir (2009: 26-29), manfaat dari PBL dalam pembelajaran bagi peserta didik
sebagai berikut:
1. Menjadi lebih mudah mengingat dan meningkatkan pemahamannya pada materi
ajar
2. Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan
3. Mendorong untuk berpikir
4. Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial
5. Membangun kecakapan belajar (life-long learning skilss).
6. Memotivasi pembelajar
C. Model Problem Based Learning (PBL)

Ibrahim dan Nur dalam Lufri (2015: 94) menjelaskan sintaks pembelajaran berbasis
masalah pada tabel berikut:
D. Materi Animalia

Materi animalia adalah materi yang di ajarkan pada peserta didik kelas X IPA
pada semester genap. Berdasarkan Kurikulum 2013 dalam Permendikbud
no 37 tahun 2018 materi animalia dijabarkan dalam Kompetensi Dasar 3.9,
yang menuntut peserta didik mengelompokan hewan kedalam filum
berdasarkan lapisan tubuh, rongga tubuh, simetri tubuh, dan reproduksi.
Materi animalia diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu golongan
vertebrata (hewan bertulang belakang) dan golongan invertebrata (hewan
tak bertulang belakang).
E. Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2019/2020 pada materi animalia untuk
peserta didik kelas X IPA di SMAN 1 Nan Sabaris.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X IPA SMAN 1 Nan Sabaris yang terdiri dari 5
(lima) kelas.
2. Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dari lima kelas yang ada diperoleh satu
kelas sampel yaitu X IPA 3 dengan jumlah sebanyak 36 siswa. Sampel yang diperoleh ini berdasarkan
saran dan pertimbangan dari guru mata pelajaran biologi.
METODE PENELITIAN

D. Prosedur Penelitian
Modul ini dirancang dan dikembangkan menggunakan Four-D-Model. Sebagaimana yang disarankan oleh
Thiagarajan dan Semmel dalam Trianto (2009: 189) yang terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu define
(pendefenisian), design (perancangan), develop (pengembangan), dan dessiminate (penyebaran), karena
keterbatasan waktu dan biaya, maka penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap develop
(pengembangan).
 
1. Tahap Pendefenisian (define). Pada tahap ini dilakukan penetapan dan pendefenisian syarat-syarat
pembelajaran dengan menganalisis Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan bahan materi
pelajaran berdasarkan standar isi yang ada pada kurikulum 2013. Tahap ini melipiti 3 langkah pokok,
yaitu analisis kurikulum, analisis peserta didik, analisis bahan ajar.
2. Tahap Perancangan (design). Tahap perancangan (design) merupakan tahap untuk menyiapkan modul
Problem Based Learning (PBL) pada materi Animalia berdasarkan KI, KD dan indikator yang sesuai
kurikulum 2013. Format yang disesuaikan dengan format yang diperlukan dalam membuat modul.
Dalam pembuatan modul dikembangkan berdasarkan kriteria bahan ajar yang telah disusun.
METODE PENELITIAN

Dalam pembuatan modul tersebut terdiri dari beberapa komponen, yaitu identitas modul dan materi
pokok atau materi pendukung pembelajaran. Pada tahap mendesaian modul yang dilakukan adalah
penulisan, penelaahan, dan pengeditan modul yang dirancang mengenai tujuan, format, susunan kata dan
evaluasi.
3. Tahap Pengembangan (develop)
Tahap ini bertujuan menghasilkan modul berbasis PBL yang sudah divalidasi dan direvisi berdasarkan
masukan dari para ahli pendidikan. Tahap ini meliputi:
a. Uji Validitas.
Uji validitas ini bertujuan untuk memeriksa kesesuaian isi modul dengan kurikulum yang berlaku,
kebenaran konsep-konsep, tata bahasa, bentuk, dan tampilan modul. Validitas ulang dilakukan oleh
para ahli pendidikan sesuai dengan bidang kajiannya. Kritikan, masukan, dan saran dari validator akan
menjadi bahan untuk revisi modul tersebut.
b. Uji Praktikalitas
Setelah divalidasi dan direvisi, modul berbasis PBL diujicobakan di sekolah. Praktikalitas adalah tingkat
kepraktisan produk penelitian yang digunakan oleh guru dan siswa. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana manfaat, kemudahan, penggunaan modul. Uji praktikalitas ini dilakukan
dengan memberikan angket kepada 1 orang guru biologi dan siswa kelas X IPA SMAN 1 Nan Sabaris
yang menjadi sampel.
METODE PENELITIAN

Prosedur Penelitian
Pengembangan Menggunakan 3
Tahap dari Model 4-D
METODE PENELITIAN

 E. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian berguna untuk pengumpulan data penelitian. Instrumen penelitian
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.  Angket Validitas
Angket validitas diisi oleh validator yaitu dosen. Tujuan dari angket validitas untuk
mengetahui data tentang tingkat validitas modul yang akan dikembangkan.
2. Angket Praktikalitas
Angket praktikalitas berisi pertanyaan yang akan dikembangkan. Angket parkatikalitas
diisi oleh guru yang bertujuan untuk memperbaiki modul berbasis Problem Based
Learning yang dikembangkan menjadi modul praktis digunakan dalam proses
pembelajaran. Angket validitas dan praktikalitas tersebut disusun menurut skala Likert
dengan 4 alternatif jawaban sebagai berikut:
METODE PENELITIAN

 
METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

Data yang digunakan pada uji coba adalah data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
lembar validasi dosen, respon siswa dan guru yang didapatkan dari angket praktikalitas.
1.  Analisis Validitas Modul Problem Based Learning
Analisis validasi berupa kelayakan isi, kebahasaan, sajian dan kegrafikan, berdasarkan instrument
validasi yang dibuat maka dilakukan beberapa langkah yaitu:
a. Memberikan skor dengan jawaban kriteria berdasarkan skala Likert
b. Menentukan skor tertinggi
c. Skor tertinggi = jumlah validator x jumlah skor maksimum.
d. Menentukan skor yang diperoleh dari masing-masing validator dengan cara menjumlahkan semua skor
yang diperoleh dari masing-masing indikator
e. Penentuan nilai validitas dengan cara berikut ini

f. Memberikan penilaian validitas


METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN

2. Analisis Praktikalitas Modul Problem Based Learning


Data uji praktikalitas penggunaan modul di analisis dengan persentase (%) menggunakan
rumus berikut ini:

Setelah persentase diperoleh, dilakukan pengelompokan sesuai kriteria yang telah


dimodifikasi oleh Purwanto (2009: 102-103) yang dimodifikasi sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai