Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 6

1. ALIF HAMZAH M
2. AYU RIA N
3. INTAN HESTIANA
ANEMIA

Here is where your presentation begins


DEFINISI

Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan


kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih
rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang
dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka
pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita,
wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl
dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan
anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi
apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk
mengangkut oksigen ke jaringan.
KLASIFIKASI ANEMIA

ANEMIA HIPOPPROLIFERATIF ANEMIA HEMOLITIKA

Adalah anemia defisiensi jumlah sel darah merah


Adalah anemia defisiensi jumlah sel darah
disebabkan oleh destruksi sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel merah,meliputi :
darah merah,meliputi : a. Pengaruh obat obatan tertentu
a. Anemia Aplastik b. Penyakit hookin,,limfosarkoma,leukimia
b. Anemia pada penyakit ginjal limfosik kronik
c. Anemia pada penyakit kronis c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Anemia defisiensi besi d. Proses autoimun
e. Reaksi transfuse
e. Anemia megaloblastik
f. Malaria
DERAJAT ANEMIA
ETIOLOGI

Hemolisis ( eritrosit
mudah pecah )
Step 01

Penekanan sumsum
tulang ( misal oleh Step 03 02 Step Perdarahan
kanker )

Defisiensi nutrient
04 Step
( nutrisional anemia )
PATOFISIOLOGI
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik,
invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin
plasma(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik
padasclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
MANIFESTASI KLINIS

01 02 03
Dispnea, nafas pendek, Sakit kepala, kelemahan, Anemia berat gangguan GI
cepat capek saat aktifitas tinitus (telinga berdengung) dan CHF (anoreksia,
(pengiriman O2 berkurang) menggambarkan nausea, konstipasi atau
berkurangnya oksigenasi diare )
pada SSP
MANIFESTASI KLINIS

Lemah, letih, lesu dan Sering mengeluh pusing dan


lelah mata berkunang-kunang

Gejala lanjut berupa kelopak mata,


Takikardi dan bising jantung
bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
(peningkatan kecepatan
menjadi pucat. Pucat oleh karena
aliran darah) Angina (sakit
kekurangan volume darah dan Hb,
dada)
vasokontriksi
KOMPLIKASI

1. Gagal jantung
2. Kejang
3. Perkembangan otot buruk
( jangka Panjang )
4. Daya konsentrasi menurun
5. Kemampuan mengolah
informasi yang didengar
menurun
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian
sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan
besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu
perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin
parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-
binding capacity serum.
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya
penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan
darah kronis
PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan Anemia ditujukn untuk mencari


penyebab dan mengganti darah yang hilang. 4. Anemia pada defisiensi besi :
 Dicari penyebab defisiensi besi.
1. Anemia Aplastik :  Menggunakan preparat besi oral: sulfat
 Transplantasi sumsum tulang feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
 Pemberian terapi imunosupresif dengan 5. Anemia Megaloblastik :
globulin antitimosit ( ATG )  Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan
2. Anemia pada penyakit ginjal : pemberian vitamin B12, bila difisiensi
 Pada paien dialisis harus ditangani disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
denganpemberian besi dan asam folat. tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan
 Ketersediaan eritropoetin rekombinan vitamin B12 dengan injeksi IM.
3. Anemia pada penyakit kronis :  Untuk mencegah kekambuhan anemia
 Kebanyakan pasien tidak menunjukkan terapi vitamin B12 harus diteruskan selama
gejala dan tidak memerlukan penanganan hidup pasien yang menderita anemia
untuk aneminya, dengan keberhasilan pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak
penanganan kelainan yang mendasarinya, dapat dikoreksi.
besi sumsum tulang dipergunakan untuk
membuat darah, sehingga Hb meningkat
Thanks
Do you have any
questions?

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon and infographics &
images by Freepik.

Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai