by:
KELOMPOK 8 KELAS 2A 2019
02 Sindrom Nefrotik
Gagal ginjal
Prognosis
Jika ISK dibiarkan berlangsung dan tidak diobati dapat menyebabkan infeksi pada ginjal dan
pielonefritis.
si 5. Infeksi
6. Efek samping steroid yang tidak diinginkan
Syaifuddin, (2012) mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada anak dengan
sindrom nefrotik adalah :
02
Etiologi
Penyebab gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Gagal Ginjal Akut pre renal (gangguan diluar
renal) disebabkan karena syok hypovolemik,
misalnya: dehidrasi berat, diare, perdarahan,
gagal jantung, sepsis.
2. Gagal Ginjal Akut renal (kerusakan dalam
ginjal) disebabkan oleh kelainan vascular,
misalnya myelonephritis, glomerulonephritis,
intoksikasi, penyakit lupus,vaskulitis, hipertensi
maligna, glomerulonefritis akut dan Nefritis
interstitial akut.
3. Gagal Ginjal Akut post renal disebabkan oleh
obstruksi intra renal dan ekstra renal, misalnya
obstruksi saluran kemih, tumor, batu saluran
kemih
Patofisi 01 GGA prarenal
ologi Karena berbagai sebab pra-renal, volume sirkulasi darah total atau efektif
menurun, curah jantung menurun, dengan akibat darah ke korteks ginjal
menurun dan laju filtrasi glomerulus menurun. Tetapi fungsi reabsorbsi tubulus
terhadap air dan garam terus berlangsung.
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk membedakan apakah pasien GGA
prarenal yang terjadi sudah menjadi renal. GGA renal terjadi apabila
hipoperfusi prarenal tidak cepat ditanggulangi sehingga terjadi kerusakan
parenkim ginjal.
Peningkatan pelepasan renin dari aparatus jukstaglomerularis menyebabkan
peningkatan produksi aldosteron, dimana terjadi peningkatan resorbsi natrium
di tubulus kolektivus. Sebagai tambahan, penurunan volume cairan
ekstraseluler menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik (ADH), terjadilah
peningkatan absorbsi air di medulla. Hasil akhirnya adalah penurunan volume
urin, penurunan kadar natrium urin, dimana semua ini adalah karakteristik dari
GGA prarenal.
02 GGA renal
Penyebab GGA renal dapat dibagi menjadi beberapa kelompok; kelainan vaskular, glomerulus,
tubulus, interstisial, dan anomali kongenital. Tubulus ginjal karena merupakan tempat utama
penggunaan energi pada ginjal, mudah mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat
nefrotoksik oleh karena itu kelainan tubulus berupa nekrosis tubular akut adalah penyebab tersering
dari GGA renal.
GGA pasca renal terjadi ketika obstruksi melibatkan kedua ginjal atau satu ginjal pada orang dengan
satu ginjal.
Patofisiologi GGA pasca renal adalah multifaktor, melibatkan peningkatan tekanan hidrostatik pada ruang
bowman, diikuti oleh perubahan aliran darah kapiler. Hasil akhir adalah penurunan filtrasi glomerulus. GGA
pasca renal biasanya reversibel apabila dikenali dan dikoreksi secara dini.
Pemeriksaan
Diagnostik Menurut (Tambayong, jan
2013)
1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi
karena beratnya gagal ginjal.
2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti
ginjal tahap akhir bila berkurang s/d 90%.3.
3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan
kalium, fasfor, kalsium, magnesium dan
produk fasfor-kalsium dengan natrium
serum rendah.
4. Gas darah arter (GDA) menunjukkan
asidosis metabolic (nilai PH,
kaderbikarbonat dan kelebihan basa
dibawah rentang normal).
5. HB dan hematokrit dibawah rentang
normal
6. Jumlah sel darah merah dibawah rentang
norma
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengelolaan AKI yang utama adalah mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut dan mempertahankan
pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya kembali ke
fungsi normal.
Dua jenis pengobatan dalam pengelolaan AKI, yaitu
1. Terapi konservatif (suportif)
2. Terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy/RRT).
Prioritas pengelolaan AKI:
1. Cari dan perbaiki faktor pre- dan pascarenal
2. Evaluasi obat-obatan yang telah diberikan
3. Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal
4. Perbaiki dan/atau tingkatkan aliran urin
5. Pantau asupan dan pengeluaran cairan, timbang badan
tiap hari
6. Cari dan obati komplikasi akut (hiperkalemia,
hipernatremia, asidosis, hiperfosfatemia, edema paru)
7. Asupan nutrisi adekuat sejak dini
8. Cari fokus infeksi dan atasi infeksi secara agresif
9. Perawatan menyeluruh yang baik
10.Segera memulai terapi dialisis sebelum timbul
komplikasi
11.Berikan obat dengan dosis yang tepat sesuai kapasitas
bersihan ginjal
Gagal Ginjal Akut
Komplikasi Prognosis
Komplikasi terkait AKI tergantung dari Mortalitas akibat AKI bergantung keadaan klinik dan
keberatan AKI dan kondisi terkait AKI yang derajat gagal ginjal.
ringan dan sedang. Perlu diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek
prognosanya, adanya infeksi yang menyertai,
Komplikasi yang sering terjadi pada gagal perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan
ginjal akut(AKI) meliputi: memperburuk prognosa. Penyebab kematian tersering
• Kelebihan volume intravaskuler, adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama saluran
• Kelebihan volume intravaskuler, cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%),
• Hiperkalemia, dan gagal multiorgan dengan kombinasi hipotensi,
• Asidosis metabolic, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan AKI yang
• Hiperfosfatemia, dan menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%,
karena itu pencegahan, diagnosis dini, dan terapi dini
• Hipokalsemia.
perlu ditekankan.
Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih pada Anak
Kasus
An. S (perempuan) berusia datang kerumah sakit bersama ibunya dengan keluhan urin tidak keluar sejak 1 hari
yang lalu, dan nafsu makan dan minum menurun sejak 1 hari yang lalu, tidak BAB dan BAK sejak 1 hari yang lalu.
Saat dilakukan pengkajian Klien mengatakan susah buang air kecil, terasa sakit saat buang air kecil, saat menelan,
serta badannya terasa lemah dan letih. Ibu klien mengatakan klien juga susah Buang Air Besar, klien susah makan,
dan selama sakit klien tidak ada dimandikan, ibu klien mengatakan klien susah tidur.
Ibu klien mengatakan keluarga klien pernah menderita penyakit demam biasa saja dan ibu klien mengatakan
keluarga juga tidak ada menderita penyakit seperti Infeksi Saluran Kemih, DM, Hipertensi, atau pun penyakit yang
lainnya. Klien tampak lemah dan lesu, hanya terbaring ditempat tidur, klien tampak terpasang infus dan kateter
,Klien tampak kesakitan saat di pegang bagian perutnya ( Skala nyeri 5-6 ) , Klien tampak tidak menghabiskan
makannya hanya dengan porsi 2 sendok makan saja. Badan klien tampak kotor dan berbau.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tanda- tanda vital klien Suhu 36,4C, Nadi 80x/menit, Pernafasan 22x/menit,
Tekanan Darah 110/70 mmHg. Berat badan dan tinggi badan klien sebelum sakit yaitu 19 Kg dan 110 cm. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan klien dengan kondisi konjungtiva ananemis, skelera tidak ikterik , mukosa bibir kering,
gigi tampak kotor dan berlobang, lidah tampak kotor, tidak terdapat pembengkakan kelenjer tiroid, abdomen nyeri
saat ditekan, ekstremitas terpasang infus dan kateter, genetalia tampak kotor karena terpasang kateter.
A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan penunjang diantaranya
1.Identitas
yaitu USG ABDOMEN, PatBNO, a. Identitas Pasien
Laboratorium : Nama : An. S
WBC = 14,25 [10^3/UI] Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
BASO% = 0,2%
Agama : Islam
NEUT% = 83,7% Suku : Minang
LYMPH% = 10.0% Tanggal Masuk : 27 Februari 2021
MONO = 6.0% No. Register : 12345678
LED = 20 [Mm/jam] b. Identitas Penanggung Jawab
Kalsium Darah = 138.8 [Meq/L] Nama : Ny. E
Kalsium = 108.0 [Meq/L] Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Natrium = 0,45 [Mq/dl]
Hubungan : Ibu Klien
Creatin = 20 [Mq/dl]
2.Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang kerumah sakit Klien mengatakan susah buang air kecil, dan klien mengatakan
dengan keluhan urin tidak sakit saat Buang Air Kecil, ibu klien mengatakan klien juga susah
keluar sejak 1 hari yang lalu, Buang Air Besar, klien juga mengatakan perut terasa nyeri, ibu
dan nafsu makan dan minum klien mengatakan klien susah makan, klien juga mengeluh
menurun sejak 1 hari yang kerongkongan terasa sakit saat menelan, klien juga mengatakan
lalu, tidak BAB dan BAK badannya terasa lemah dan letih, ibu klien mengatakan selama
sejak 1 hari yang lalu sakit klien tidak ada dimandikan, ibu klien mengatakan klien
susah tidur.
c. Riwayat Penyakit Pengakjian nyeri :
Dahulu P : Nyeri timbul saat kencing keluar
Q : Seperti di tusuk-tusuk.
Ibu klien mengatakan R : Nyeri pada daerah perut di kuadran ke IV sebelah kanan
sebelumnya belum pernah bawah
dirawat di rumah sakit, dan S : Skala 5-6
ini pertama klien di rawat di T : ± 30 detik sampai 1 menit
Rumah sakit.
Askep Sindrom An.A umur 9 tahun (perempuan) masuk ke RSUD Abdul Muluk pada 28 februari
2021 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien
Nefrotik Pada merupakan pasien rujukan dari RS Yos Sudarso. Pasien mengeluh mengalami
oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas dan bawah. Turgor kulit pasien
Anak tidak elastis saat di tekan, kembali >5 detik, derajat oedema III. Oedema di alami
pada saat pertama kali di rujuk dari rumah RS Yos Sudarso. Orang tua pasien
mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali
mengalami batuk/pilek, Anakanya pernah di rawat di RS Yos Sudarso selama 10
hari, dengan keluhan penyakit yang sama yaitu pada bulan Januari yang lalu.
Kemudian anaknya di rujuk ke RS Abdul Muluk pada tanggal 28 Februari 2021.
Diagnosa medis Sindrom Nefrotik. Pasien mengatakan sudah tidak betah berada di
RS ,Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS ,Klien mengatakan ingin cepat
pulang .
Orang tua klien mengatakan tidak paham tentang penyakit yang diderita anaknya
saat ini. Orang tua klien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan
riwayat kecelakaan yang berat. Orang tua pasien juga mengatakan anaknya
memliki alergi terhadap udang. Orang tua pasien mengatakan interaksi anaknya
dengan orang tua, saudara-saudaranya baik, tidak ada masalah. Di dalam keluarga
pasien bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran composmentis. Tekanan Darah
90/60 mmHg, RR 23x/menit, S 36,40 C, N 90x,menit. Pengukuran pertumbuhan - Tinggi badan : 150 cm 25 - BB
Sebelum sakit : 26 kg - BB saat sakit : 30 kg , Status gizi : 30/1,21 = 24,8. Pemeriksaan mata didapatkan Fungsi
penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis,
keaddan kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Posisi telinga simetris,
keadaan daun telinga baik dan bersih. Klien mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan vasikuler, bentuk dada
normal, tidak ada tarikan dinding dada, irama nafas teratur, suara nafas vasikuler dan pasien tidak terpasang selang
O2. RR : 23x/menit. Sirkulasi perifer N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit hangat, warna kulit pucat
CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada distensi vena jogularis. Sirkulasi jantung, Kecepatan denyut apical 87x/menit,
irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien tidak mengalami nyeri dada. Sistem syaraf pusat GCS : 15
(E:4, V:5, M:6). Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien menglami asites, saat di lakukan perkusi
terdengar suara pekak. Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih, kuku pendek dan bersih. Turgor
kulit tidak elastis, warna kulit pucat, pigmentasi tidak merata, kulit teraba kering, pasien mengalami oedema anasraka.
Derajat oedema III.
Hasil Pemeriksaan diagnostic didapatkan albumin 1,4 g/dl. Hasil laboratium urin didapatkan urin jernih , berwarna
kuning, protein 100 mg/dl, glukosa negative, bilirubin negative, dan warna darah negative.
A. Pengkajian
Identitas Pasien dan Keluarga Riwayat Kesehatan
b.Pola Eliminasi
a.Pola Nutrisi 1.BAK
Sebelum Sakit Sebelum Sakit
Orang tua pasien mengatakan anaknya makan Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning jernih, jumlah
sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Makanan pokok yang di urine ±1200 cc/hari. Pasien mengatakan tidak ada
makan adalah nasi putih. Pasien mengatakan menyukai keluhan saat berkemih.
semua jenis makanan. Lauk pauk yang di konsumsi Saat Sakit
meliputi daging, tahu/tempe, ikan, sayur dan buah- Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine kuning
buahan. Pasien memiliki alergi terhadap udang. pekat, jumlah ±300 cc/hari.
Saat Sakit
Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari 2.BAB
dengan porsi makan rumah sakit (10 sendok makan). Sebelum Sakit
Pasien selalu menghabiskan makanan yang di berikan. Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi feses lembek,
berwarna kuning kecoklatan, bau khas.
Saat Sakit
Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek,
berwarna kecoklatan, bau khas.
A. Pengkajian
Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-Hari
d.Pola Tidur
c.Pola Cairan dan Elektrolit Sebelum Sakit
Sebelum Sakit Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3 jam. Tidak
Jenis minuman yang di konsumsi adalah air mineral dan ada gangguan dengan tidur pada pasien.
minuman perasa manis. Dalam 1 hari pasien dapat Saat Sakit
minum sebanyak ± 1200 cc/hari. Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2
Saat Sakit jam. Pasien mengatakan suasana di rumah sakit
Pasien minum air mineral saja, yaitu sebanyak ± 820 membuat pasien merasa tidak nyaman saat tidur.
cc/hari. Pasien tidak terpasang infuse.
e.Pola Hygiene Tubuh
IWL = 10xBB Sebelum Sakit
= 10x30 Pasien mandi sebanyak 2x/hari pagi dan sore hari.
= 300 cc/hari Pasien selalu menggosok gigi dan mencuci rambut saat
Balance cairan = (total intake-total input) mandi.
= (minum+IVFD)-(IWL+urine) Saat Sakit
= (820+0)-(300+300) Saat di rawat pasien mengatakan mandi sebanyak 1-
= 820+600 2x/hari, pasien menggosok gigi dan mecuci rambutnya.
= +220 cc Kuku pasien terlihat pendek dan bersih.
A. Pengkajian
Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-Hari Kondisi Psikososial ( Saat Sakit )
1.Kepala :
Dalam keadaan normal 5.Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening
2.Mata :
posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, 6.Dada :
bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada,
pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan
kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada irama nafas teratur, suara nafas vasikuler, Sirkulasi
tandatanda peradangan. Pasien juga tidak menggunakan jantung Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama
alat bantu penglihatan. teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien
3.Mulut dan Gigi : tidak mengalami nyeri dada.
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir lembap, tidak terdapat 7.Abdomen :
Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien
karies. Kemampuan menelan baik, pasien tidak mual
maupun muntah. tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien
4.Telinga dan Hidung: menglami asites, saat di lakukan perkusi terdengar
Posisi telinga simetris, keadaan daun telinga baik dan suara pekak.
bersih. Kondisi telinga baik, tidak cairan, tidak mengalami 8.Ekstremitas :
tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah
peradangan serta tidak menggunakan alat bantu 9.Genetalia :
mendengar. Hidung simetris, tidak ada edema, tidak normal
mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas bersih.
A. Pengkajian
Pemeriksaan Penunjang
Data Objektif
Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas
Hasil laboratorium urin : urin jernih , berwarna kuning, dan bawah klien
protein 100 mg/dl, glukosa negative, bilirubin negative, dan Turgor kulit klien tidak elastic
warna darah negative. Terdengar suara pekak pada abdomen saat
Pemeriksaan Diagnostik : Albumin 1,4 gr/dl dilakukan perkusi
Balance cairan klien = +220 cc
Data Fokus Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak
merata
Kulit klien teraba kering
Derajat oedema III
Data Subjektif Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang
Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS penyakit klien
Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS Klien terlihat gelisah
Klien mengatakan ingin cepat pulang Klien terlihat tidak bersemangat
Orang tua Klien mengatakan tidak memahami
tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini
B.Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DS : - Kelebihan volume cairan Retensi albumin, protein,
DO : dan air
-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien
-Turgor kulit klien tidak elastis
-Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi
-Balance cairan klien = +220cc
-Derajat oedema III
DS : - Resiko kerusakan integritas Akumulasi cairan berlebih
DO : kulit dalam tubuh
-Turgor kulit tidak elastis
-Kulit klien teraba kering
-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien
-Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata
-Derajat oedema III
DS : Ansietas Hospitalisasi pada anak
-Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS
-Klien mengatakan ingin cepat pulang
DO :
-Klien terlihat gelisah
-Klien terlihat tidak bersemangat
DS : - Kurangnya informasi Terbatasnya sumber
DO : -Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakit klien tentang penyakit informasi
DIAGNOSA
Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin,
protein, dan air
Eliminasi Urin
Kriteria Hasil:
6. Pola Eliminasi dipertahankan pada 3 ditingkatkan
ke 4
7. Bau Urin dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
8. Jumlah urin dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
9. Warna urin dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 4
C. Rencana
Diagnosa Keperawatan
Asuhan Keperawatan
NOC NIC
Resiko kerusakan Integritas jaringan kulit & membrane mukosa Pengecekan Kulit
integritas kulit b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Berikan perawatan intensif pada kulit
Akumulasi cairan 3x24 jam masalah klien teratasi dengan 2. Hindari pakaian ketat
berlebih dalam tubuh 3. Bersihkan dan berikan lotion pada permukaan kulit
Kriteria hasil : 4. Berikan tirah baring secara berkala
1. Integritas kulit dipertahankan pada 3 5. Pertahankan kelembapan kulit
ditingkatkan ke 4
2. Lesi pada kulit dipertahankan pada 2 Rasional :
ditingkatkan ke 4 6. Untuk mencegah kerusakan kulit
3. Perfusi jaringan dipertahankan pada 2 7. Dapat mengakibatkan area yg menonjol tertekan
ditingkatkan ke 4 8. Untuk mencegah iritasi ada kulit
4. Elastisitas kulit dipertahankan pada 2 9. Dapat mencegah terjadinya ulkus Menurunkan resiko
ditingkatkan ke 4 terjadinya iritasi
Pemeriksaan Penunjang :
BUN : 19,0 mg/dl
Albumin : 3,1 L
Kratinin darah : 0,83 mg/dl
A. Pengkajian
Identitas Pasien dan Keluarga Riwayat Kesehatan
1.Kepala :
Dalam keadaan normal 5.Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening
2.Mata :
posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, 6.Dada :
bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada,
pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan
kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada irama nafas teratur, suara nafas vasikuler, Sirkulasi
tandatanda peradangan. Pasien juga tidak menggunakan jantung Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama
alat bantu penglihatan. teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien
3.Mulut dan Gigi : tidak mengalami nyeri dada.
Keadaan mulut bersih, mukosa bibir lembap, tidak terdapat 7.Abdomen :
Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien
karies. Kemampuan menelan baik, pasien tidak mual
maupun muntah. tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien
4.Telinga dan Hidung: menglami asites, saat di lakukan perkusi terdengar
Posisi telinga simetris, keadaan daun telinga baik dan suara pekak.
bersih. Kondisi telinga baik, tidak cairan, tidak mengalami 8.Ekstremitas :
tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah
peradangan serta tidak menggunakan alat bantu 9.Genetalia :
mendengar. Hidung simetris, tidak ada edema, tidak normal
mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas bersih.
A. Pengkajian
Pemeriksaan Penunjang
Data Objektif
Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas
Hasil laboratorium urin : urin jernih , berwarna kuning, dan bawah klien
protein 100 mg/dl, glukosa negative, bilirubin negative, dan Turgor kulit klien tidak elastic
warna darah negative. Terdengar suara pekak pada abdomen saat
Pemeriksaan Diagnostik : Albumin 1,4 gr/dl dilakukan perkusi
Balance cairan klien = +220 cc
Data Fokus Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak
merata
Kulit klien teraba kering
Derajat oedema III
Data Subjektif Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang
Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS penyakit klien
Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS Klien terlihat gelisah
Klien mengatakan ingin cepat pulang Klien terlihat tidak bersemangat
Orang tua Klien mengatakan tidak memahami
tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini
B.Diagnosa Keperawatan
No. Masalah Keperawatan Ditandai Dengan
1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d 1. Tekanan sistole dan diastole tidak dalam batas normal.
hipervolemia 2. Intake output tidak seimbang
3. Edema perifer, adanya asites
4. Hematokrit tidak normal, BUN tidak normal, keratinin tidak
normal.
Restrukturisasi budaya
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Pengkajian
Pengelolaan asuhan Pengkajian dirancang
Perencanaan dan
keperawatan lintas berdasarkan 7 komponen yang Pelaksanaan
ada pada "Sunrise Model" Ada tiga pedoman yang
budaya ditawarkan dalam keperawatan
Diagnosa Keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu :
Diagnosa keperawatan adalah mempertahankan budaya
respon klien sesuai latar yang dimiliki klien bila
belakang budayanya yang budaya klien tidak
dapat dicegah, diubah atau bertentangan dengan
dikurangi melalui intervensi kesehatan,
keperawatan. mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien
Evaluasi kurang menguntungkan
kesehatan
Melalui evaluasi dapat merubah budaya klien bila
diketahui asuhan keperawatan budaya yang dimiliki klien
yang sesuai dengan latar bertentangan dengan
belakang budaya klien kesehatan.
Pengobatan Alternatif
Menurut Depkes RI, dua defenisi untuk pengobatan
tradisional, yaitu :
Ilmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh pengobatan
tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan
dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan
peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial masyarakat.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat
yang berlandaskan cara berfikir, kaidah- kaidah atau ilmu di
luar pengobatan kedokteran modern, diwariskan secara
turun- temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan
dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu
kedokteran (Dinkes Sumut, 2007).
Jenis Pengobatan Alternatif