Anda di halaman 1dari 63

Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan

pada Anak dengan Masalah pada


Sistem Perkemihan

by:
KELOMPOK 8 KELAS 2A 2019

RAHMI EKA FAJRI (1911312017)


REGINA FATIKAHHEMAS (1911312020)
VITA DELFI YANTI (1911312023)
ARIESTA DWI PUTRI (1911312047)
NUR AFNI EKA FITRI (1911312059)
Content
01 Infeksi Saluran Kemih

02 Sindrom Nefrotik

03 Gagal Ginjal Akut/Acute Kidney Injury (AKI)

04 Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih pada Anak

05 Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik pada Anak

06 Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Akut pada Anak

07 Aplikasi Transkultural Nursing dan Pengobatan Alternatif


Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (urinary tract infection=UTI) adalah


bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba
dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna. Infeksi
saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang sering
ditemukan
pada anak yang dapat menyebabkan gagal ginjal yang
memerlukan terapi dialisis dan cangkok ginjal.
Etiologi
Infeksi saluran kemih disebabkan berbagai jenis mikroba, seperi bakteri,
virus, dan jamur. Penyebab ISK paling sering adalah bakteri Escherichia
coli. Bakteri lain yang juga menyebabkan ISK adalah Enterobacter sp,
Proteus mirabilis, Providencia stuartii, Morganella morganii, Klebsiella
pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus faecalis, dan bakteri lainnya. Haemofilus influenzae dan
parainfluenza dilaporkan sebagai penyebab ISK pada anak.
Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang
biak.

Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman


yang berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal
introitus vagina, preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus.
Mikroorganisme Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi
memasuki infeksi pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran
saluran kemih kemih melalui peredaran darah..
melalui empat Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui
cara, yaitu: sistem limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan
ginjal namun yang terakhir ini jarang terjadi.
Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah
terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter.
Pemeriksaan Diagnostik
Infeksi saluran kemih dapat diketahui
dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah
buang air besar (disuria terminal), sering Cara pengambilan urin juga perlu
buang air kecil, kadang-kadang merasa diperhatikan agar terhindar dari
panas ketika berkemih, nyeri pinggang kontaminasi bakteri yang berada di
dan nyeri suprapubik (Kemkes RI , 2011). kulit vagina atau preputium. Sampel
urin ini dapat diambil dengan cara :

1. Aspirasi suprapubik sering dilakukan


Penegakan diagnosis ISK selain dengan pada anak.
manifestasi klinis juga diperlukan 2. Kateterisasi per-uretra sering
pemeriksaan seperti analisis urin rutin, dilakukan pada wanita.
pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa 3. Miksi dengan mengambil urin porsi
sentrifus, kultur urin juga jumlah kuman tengah.
CFU/ml.
Penatalaksanaan Medis

Tata laksana ISK Tujuan pemberian Terapi didasarkan Keterlambatan pemberian


terdiri atas eradikasi antibiotik adalah pada lokasi infeksi antibiotik merupakan
infeksi akut, deteksi mengatasi infeksi sehingga penting salah satu faktor risiko
dan tata laksana akut, mencegah membedakan ISK atas terbentuknya parut ginjal
kelainan anatomi dan urosepsis, dan dan ISK bawah karena pada pielonefritis. Dengan
fungsional pada mencegah atau mempunyai implikasi demikian, antibiotik harus
ginjal dan saluran mengurangi yang berbeda. diberikan secara empirik
kemih, serta deteksi kerusakan ginjal. dan kemudian
dan mencegah disesuaikan dengan hasil
infeksi berulang. biakan urin.
Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan meningitis
Komplikasi ISK jangka panjang:
Parut ginjal
terjadi pada 8-40% pasien
setelah mengalami episode
Hipertensi pielonefritis akut. Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara
lain umur muda, keterlambatan
pemberian antibiotik dalam tata
Komplikasi pada masa
laksana ISK, infeksi berulang,
kehamilan seperti
RVU, dan obstruksi saluran
preeclampsia
kemih.

Gagal ginjal
Prognosis
Jika ISK dibiarkan berlangsung dan tidak diobati dapat menyebabkan infeksi pada ginjal dan
pielonefritis.

Bakteriuria yang berkembang menjadi pielonefritis selama kehamilan dapat menyebabkan:

sepsis dan kelahiran kematian peningkatan


anemia pada prematur dan perinatal risiko
ibu berat badan hipertensi ibu
lahir rendah
(BBLR)
Sindrom Nefrotik
Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan
oleh kerusakan glomerulus. Peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma yang dapat
menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).
Etiologi
Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:

Sindroma Nefrotik Sindrom Nefrotik


Sindroma Nefrotik Sekunder Ideopatik
Bawaan

Disebabkan oleh turunan Belum diketahui penyebab


Sindroma Nefrotik Bawaan kromosom, namun Sindrom Nefrotik Ideopatik.
diturunkan sebagai resesif disebabkan Berdasarkan histopatologis yang
autosomal. Gejala yang oleh beberapa masalah tampak pada biopsi ginjal dengan
biasanya terjadi yaitu seperti: pemeriksaan mikroskop biasa
edema pada masa 1. Malaria kuartana atau dan mikroskop elektron, Churg,
neonatus. Umumnya, parasit lainnya dkk membagi Sindrom Nefrotik
perkembangan pada klien 2. Penyakit Lupus Ideopatik kedalam 4 golongan
terbilang buruk dan klien Eritematosus yaitu :
akan meninggal pada Diseminata, purpura dan 1. Kelainan minimal
bulan-bulan pertama anafilaktoid 2. Nefropati Membranosa
kehidupannya. 3. Glomerulonefritis akut 3. Glomerulonefritis Proliferatif
atau kronis, trombosis 4. Glomerulonefritis fokal
vena renalis segmental
4. Penyakit sel sabit, dll
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
Patofisiolo berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan
terjadi proteinuria yang dapat mengakibatkan hipoalbuminemia.

gi Menurunnya jumlah albumin, menyebabkan penurunan tekanan


osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler akan berpindah ke
interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan volume
cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik
pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan
berdampak pada hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi
aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi anti
diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan
retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada edema.
Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat
hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma
Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.
Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol dan
trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena penurunan
plasma albumin dan penurunan onkotik plasma.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Urin Uji Darah Uji Diagnostik
1. Urinalisis 1. Kadar albumin serum akan menurun Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya
2. Uji Dipstick urine, hasil positif bila 2. Kadar kolesterol serum akan untuk mengindikasikan status
ditemukan protein dan darah. meningkat, glomerular, jenis sindrom nefrotik,
3. Berat jenis urine akan meningkat 3. Kadar hemoglobin dan hematokrit respon terhadap penatalaksanaan
palsu karena adanya proteinuria akan meningkat atau mengalami medis dan melihat proses perjalanan
( normalnya 50-1.400 mOsm). hemokonsentrasi penyakit.
4. Osmolaritas urine akan 4. Kadar trombosit akan meningkat
meningkat. 5. Kadar elektrolit serum bervariasi
Penatalaksanaan Medis
Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak dengan Sindroma nefrotik Meliputi

Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi


Diet tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan dengan pemberian obat-obatan
garam minimal bila edema masih berat. Bila edema antihipertensif seperti resephin atau pemblok
sudah berkurang, maka dapat diberikan sedikit beta dengan efek samping penurunan laju
garam filtrasi glomerulus dan harus digunakan
dengan sangat hati-hati

Mencegah infeksi juga perlu Berikan diuretik untuk mengatasi


dilakukan, karena anak kemungkinan edema
akan menderita tuberkulosis. Bila
terjadi infeksi beri terapi antibiotik

Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu Berikan terapi kortikosteroid.


dengan pemberian terapi KCl.
Adapun komplikasi secara umum dari sindrom nefrotik adalah :

Komplika 1. Penurunan volume intravaskuler (syok hipovolemik)


2. Kemampuan koagulasi yang berlebihan (trombosit vena) 
3. Perburukan nafas (berhubungan dengan retensi cairan).
4. Kerusakan kulit.

si 5. Infeksi
6. Efek samping steroid yang tidak diinginkan
Syaifuddin, (2012) mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada anak dengan
sindrom nefrotik adalah :

Sistem Peredaran Darah Sistem Pencernaan


(Sirkulasi) Penumpukan cairan keruang interstisial
dapat mengakibatkan peningkatan
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler tekanan abdomen yang mendesak
glomerulus mengakibatkan protein lolos dan lambung. Respon tubuh anak adalah
keluar bersama urine yang menyebabkan anoreksia dan mual muntah.
protein dalam plasma berkurang, tekanan
osmotik koloid menurun dan tekanan hidrostatik
meningkat, akibatnya cairan intravaskuler Sistem Perkemihan
berpindah kedalam interstisial. Respon tubuh
anak adalah edema
penurunan haluaran urine atau Oliguri
bahkan anak bisa mengalami anurine,
Sistem Pernapasan Penurunan fungsi filtrasi glomerulus
mengakibatkan protein terfiltrasi dan ikut
Penumpukan cairan keruang interstisial dapat keluar bersama urine. b.Respon tubuh anak
mendesak rongga dada, sehingga ekspansi adalah daya tahan tubuh yang rendah.
paru menurun. Respon tubuh anak adalah
napas cepat.
Prognosis
Prognosis sindrom nefrotik sangat
bervariasi dan bergantung pada penyebab
yang melatari. Sindrom nefrotik primer
lebih sering terjadi pada anak laki-laki
dibandingkan anak perempuan,
insidensinya adalah 3 anak per 100.000
anak pertahun. Beberapa bentuk sindrom
nefrotik pada akhirnya berlanjut menjadi
gagal ginjal stadium terminal.
Gagal Ginjal 01
Akut/Acute Kidney Definisi
suatu sindrom akibat kerusakan metabolik atau
Injury (AKI) patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam
waktu beberapa hari atau beberapa minggu
dengan atau tanpa oliguria sehingga
mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh.

02
Etiologi
Penyebab gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Gagal Ginjal Akut pre renal (gangguan diluar
renal) disebabkan karena syok hypovolemik,
misalnya: dehidrasi berat, diare, perdarahan,
gagal jantung, sepsis.
2. Gagal Ginjal Akut renal (kerusakan dalam
ginjal) disebabkan oleh kelainan vascular,
misalnya myelonephritis, glomerulonephritis,
intoksikasi, penyakit lupus,vaskulitis, hipertensi
maligna, glomerulonefritis akut dan Nefritis
interstitial akut.
3. Gagal Ginjal Akut post renal disebabkan oleh
obstruksi intra renal dan ekstra renal, misalnya
obstruksi saluran kemih, tumor, batu saluran
kemih
Patofisi 01 GGA prarenal
ologi Karena berbagai sebab pra-renal, volume sirkulasi darah total atau efektif
menurun, curah jantung menurun, dengan akibat darah ke korteks ginjal
menurun dan laju filtrasi glomerulus menurun. Tetapi fungsi reabsorbsi tubulus
terhadap air dan garam terus berlangsung.
Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk membedakan apakah pasien GGA
prarenal yang terjadi sudah menjadi renal. GGA renal terjadi apabila
hipoperfusi prarenal tidak cepat ditanggulangi sehingga terjadi kerusakan
parenkim ginjal.
Peningkatan pelepasan renin dari aparatus jukstaglomerularis menyebabkan
peningkatan produksi aldosteron, dimana terjadi peningkatan resorbsi natrium
di tubulus kolektivus. Sebagai tambahan, penurunan volume cairan
ekstraseluler menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik (ADH), terjadilah
peningkatan absorbsi air di medulla. Hasil akhirnya adalah penurunan volume
urin, penurunan kadar natrium urin, dimana semua ini adalah karakteristik dari
GGA prarenal.
02 GGA renal

Penyebab GGA renal dapat dibagi menjadi beberapa kelompok; kelainan vaskular, glomerulus,
tubulus, interstisial, dan anomali kongenital. Tubulus ginjal karena merupakan tempat utama
penggunaan energi pada ginjal, mudah mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat
nefrotoksik oleh karena itu kelainan tubulus berupa nekrosis tubular akut adalah penyebab tersering
dari GGA renal.

03 GGA pasca renal

GGA pasca renal terjadi ketika obstruksi melibatkan kedua ginjal atau satu ginjal pada orang dengan
satu ginjal.
Patofisiologi GGA pasca renal adalah multifaktor, melibatkan peningkatan tekanan hidrostatik pada ruang
bowman, diikuti oleh perubahan aliran darah kapiler. Hasil akhir adalah penurunan filtrasi glomerulus. GGA
pasca renal biasanya reversibel apabila dikenali dan dikoreksi secara dini.
Pemeriksaan
Diagnostik Menurut (Tambayong, jan
2013)
1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi
karena beratnya gagal ginjal.
2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti
ginjal tahap akhir bila berkurang s/d 90%.3.
3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan
kalium, fasfor, kalsium, magnesium dan
produk fasfor-kalsium dengan natrium
serum rendah.
4. Gas darah arter (GDA) menunjukkan
asidosis metabolic (nilai PH,
kaderbikarbonat dan kelebihan basa
dibawah rentang normal).
5. HB dan hematokrit dibawah rentang
normal
6. Jumlah sel darah merah dibawah rentang
norma
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengelolaan AKI yang utama adalah mencegah
kerusakan ginjal lebih lanjut dan mempertahankan
pasien tetap hidup sampai faal ginjalnya kembali ke
fungsi normal.
Dua jenis pengobatan dalam pengelolaan AKI, yaitu
1. Terapi konservatif (suportif)
2. Terapi pengganti ginjal (renal replacement
therapy/RRT).
Prioritas pengelolaan AKI:
1. Cari dan perbaiki faktor pre- dan pascarenal
2. Evaluasi obat-obatan yang telah diberikan
3. Optimalkan curah jantung dan aliran darah ke ginjal
4. Perbaiki dan/atau tingkatkan aliran urin
5. Pantau asupan dan pengeluaran cairan, timbang badan
tiap hari
6. Cari dan obati komplikasi akut (hiperkalemia,
hipernatremia, asidosis, hiperfosfatemia, edema paru)
7. Asupan nutrisi adekuat sejak dini
8. Cari fokus infeksi dan atasi infeksi secara agresif
9. Perawatan menyeluruh yang baik
10.Segera memulai terapi dialisis sebelum timbul
komplikasi
11.Berikan obat dengan dosis yang tepat sesuai kapasitas
bersihan ginjal
Gagal Ginjal Akut

Komplikasi Prognosis
Komplikasi terkait AKI tergantung dari Mortalitas akibat AKI bergantung keadaan klinik dan
keberatan AKI dan kondisi terkait AKI yang derajat gagal ginjal.
ringan dan sedang. Perlu diperhatikan faktor usia, makin tua makin jelek
prognosanya, adanya infeksi yang menyertai,
Komplikasi yang sering terjadi pada gagal perdarahan gastrointestinal, penyebab yang berat akan
ginjal akut(AKI) meliputi: memperburuk prognosa. Penyebab kematian tersering
• Kelebihan volume intravaskuler, adalah infeksi (30-50%), perdarahan terutama saluran
• Kelebihan volume intravaskuler, cerna (10-20%), jantung (10-20%), gagal nafas (15%),
• Hiperkalemia, dan gagal multiorgan dengan kombinasi hipotensi,
• Asidosis metabolic, septikemia, dan sebagainya. Pasien dengan AKI yang
• Hiperfosfatemia, dan menjalani dialysis angka kematiannya sebesar 50-60%,
karena itu pencegahan, diagnosis dini, dan terapi dini
• Hipokalsemia.
perlu ditekankan.
Asuhan Keperawatan Infeksi Saluran Kemih pada Anak
Kasus

An. S (perempuan) berusia datang kerumah sakit bersama ibunya dengan keluhan urin tidak keluar sejak 1 hari
yang lalu, dan nafsu makan dan minum menurun sejak 1 hari yang lalu, tidak BAB dan BAK sejak 1 hari yang lalu.
Saat dilakukan pengkajian Klien mengatakan susah buang air kecil, terasa sakit saat buang air kecil, saat menelan,
serta badannya terasa lemah dan letih. Ibu klien mengatakan klien juga susah Buang Air Besar, klien susah makan,
dan selama sakit klien tidak ada dimandikan, ibu klien mengatakan klien susah tidur.
Ibu klien mengatakan keluarga klien pernah menderita penyakit demam biasa saja dan ibu klien mengatakan
keluarga juga tidak ada menderita penyakit seperti Infeksi Saluran Kemih, DM, Hipertensi, atau pun penyakit yang
lainnya. Klien tampak lemah dan lesu, hanya terbaring ditempat tidur, klien tampak terpasang infus dan kateter
,Klien tampak kesakitan saat di pegang bagian perutnya ( Skala nyeri 5-6 ) , Klien tampak tidak menghabiskan
makannya hanya dengan porsi 2 sendok makan saja. Badan klien tampak kotor dan berbau.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan tanda- tanda vital klien Suhu 36,4C, Nadi 80x/menit, Pernafasan 22x/menit,
Tekanan Darah 110/70 mmHg. Berat badan dan tinggi badan klien sebelum sakit yaitu 19 Kg dan 110 cm. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan klien dengan kondisi konjungtiva ananemis, skelera tidak ikterik , mukosa bibir kering,
gigi tampak kotor dan berlobang, lidah tampak kotor, tidak terdapat pembengkakan kelenjer tiroid, abdomen nyeri
saat ditekan, ekstremitas terpasang infus dan kateter, genetalia tampak kotor karena terpasang kateter.
A. PENGKAJIAN
Pemeriksaan penunjang diantaranya
1.Identitas
yaitu USG ABDOMEN, PatBNO, a. Identitas Pasien
Laboratorium : Nama : An. S
 WBC = 14,25 [10^3/UI] Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
 BASO% = 0,2%
Agama : Islam
 NEUT% = 83,7% Suku : Minang
 LYMPH% = 10.0% Tanggal Masuk : 27 Februari 2021
 MONO = 6.0% No. Register : 12345678
 LED = 20 [Mm/jam] b. Identitas Penanggung Jawab
 Kalsium Darah = 138.8 [Meq/L] Nama : Ny. E
 Kalsium = 108.0 [Meq/L] Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
 Natrium = 0,45 [Mq/dl]
Hubungan : Ibu Klien
 Creatin = 20 [Mq/dl]
2.Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang kerumah sakit Klien mengatakan susah buang air kecil, dan klien mengatakan
dengan keluhan urin tidak sakit saat Buang Air Kecil, ibu klien mengatakan klien juga susah
keluar sejak 1 hari yang lalu, Buang Air Besar, klien juga mengatakan perut terasa nyeri, ibu
dan nafsu makan dan minum klien mengatakan klien susah makan, klien juga mengeluh
menurun sejak 1 hari yang kerongkongan terasa sakit saat menelan, klien juga mengatakan
lalu, tidak BAB dan BAK badannya terasa lemah dan letih, ibu klien mengatakan selama
sejak 1 hari yang lalu sakit klien tidak ada dimandikan, ibu klien mengatakan klien
susah tidur.
c. Riwayat Penyakit Pengakjian nyeri :
Dahulu P : Nyeri timbul saat kencing keluar
Q : Seperti di tusuk-tusuk.
Ibu klien mengatakan R : Nyeri pada daerah perut di kuadran ke IV sebelah kanan
sebelumnya belum pernah bawah
dirawat di rumah sakit, dan S : Skala 5-6
ini pertama klien di rawat di T : ± 30 detik sampai 1 menit
Rumah sakit.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan keluarga klien pernah menderita penyakit demam biasa saja dan ibu klien
mengatakan keluarga juga tidak ada menderita penyakit seperti Infeksi Saluran Kemih, DM, Hipertensi,
atau pun penyakit yang lainnya. Ibu klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang sakit kecuali yang
sedang sakit anaknya An.S.
Pola Fungsi Kesehatan
a.Pola Nutrisi dan Metabolisme c.Pola Aktivitas dan Latihan
 Sebelum sakit : Klien makan dengan teratur,  Sebelum sakit : Klien dapat melakukan aktivitas
menghabiskan 1 piring setiap makan sehari-hari dengan mandiri
 Saat sakit : Klien hanya makan 2 sendok dan  Saat sakit : Klien tidak bertenaga dan lemah,
sulit menelan sehingga kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari,
b.Pola Eliminasi di bantu oleh keluarga.
 Sebelum sakit : d.Pola Hubungan dan Peran
 BAK : Frekuensi 4-5 x sehari, berwarna  Sebelum sakit : Tidak ada masalah
kuning, dengan bau yang khas, konsistensi  Saat sakit : Tidak ada masalah
cair dan tidak ada kesulitan. e.Pola Sensori dan Kognitif
 BAB : Frekuensi 1x sehari, dengan warna  Sebelum sakit : Tidak ada masalah
kuning kecoklatan dan bau yang khas,  Saat sakit : Klien sadar, composmentis, dapat
konsistensi padat dan tidak ada kesulitan. berbicara dengan normal, pendengaran baik,
 Saat sakit : penglihatan normal.
 BAK : Frekuensi 2-3x sehari, dengan warna f.Pola nilai dan kepercayaan
kuning pekat dan bau yang khas, konsistensi  Sebelum sakit : Tidak ada masalah
cair dan klien mengalami kesulitan.  Saat sakit : Tidak ada masalah
 BAB : Frekuensi 1x sehari, dengan warna
kuning kecoklatan bau yang khas dan
konsistensi cair, serta klien mengalami
kesulitan.
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Composmentis
5.Thorak
2. TTV :
a. Paru-paru
TD : 110/70 mmHg
 Inspeksi : pergerkan dada simetris kiri dan kanan
Suhu : 36,4 C
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi
Nadi : 86x/menit
 Perkusi : sonor di bagaian kiri, redup di bagian kanan
RR : 22X/menit
 Auskultasi : normal, tidak ada suara tambahan pada
3. Pemeriksaan Kepala pernafasan.
a. Rambut b.Jantung
 Inspeksi : rambut berwarna hitam dan ikal, kepala tampak  Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
kotor,tidak ada ketombe, tidak ada kutu.  Palpasi : ictus cordis teraba pada ics ke v
 Palpasi : tidak ada terdapat pembengkakan pada kepala.  Perkus : tidak ada pembengkakan pada jantung.
b. Mata  Auskultasi : tidak terdengar suara tambahan.
 Pupil : isokor c.Abdomen
 Scelera : tidak ikterik  Inspeksi : tidak ada bekas luka, tidak ada lesi.
 Konjungtiva : tidak Anemis  Auskultasi : bising usus normal 12x/i, vasikuler
 Gangguan penglihatan :Tidak ada gangguan penglihatan  Palpasi : nyeri pada saat di tekan
c. Hidung  Perkusi : timpani
 Bentuk : simetris kiri dan kanan
 Sekresi : tidak ada sekresi.
 Gangguan penciuman: tidak ada gannguan penciuman.
d. Mulut dan gigi 6.Punggung
 Kebersiahan mulut tampak bersih, gigi tampak kotor, gigi tampak  Tidak ada lesi, tidak ada luka bekas operasi.
berlobang, lidah tampak kotor. 7.Ekstremitas
 Atas : tampak terpasang infus
e.Telinga
 Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak  Bawah : tampak terpasang kateter
ada gangguan pendengaran 8.Genetalia
 Genetalia tampak kotor, terpasang kateter.
4.Leher
 Tidak terdapat pembengkakan kelenjer tiroid.
Data Fokus
a) Data Subjektif b)Data objektif.
Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk 1. Klien tampak sakit saat mau buang air kecil
buang air kecil 2. WBC : 14.25 10^3/Ul
1. Klien mengatakan saat buang air kecil terasa 3. Klien tampak terpasang kateter
sakit 4. Klien tampak kesakitan saat di pegang bagian perutnya
2. Ibu klien mengatakan klien susah BAB 5. Klien tampak tidak menghabiskan makannya hanya dengan
porsi 2 sendok makan saja
3. Klien mengatakan nyeri pada bagian perut 6. Klien tampak susah menelan karena kerongkongannya
4. Ibu klien mengatakan klien nafsu makan sakit
menurun 7. Klien tampak susah menggerakan anggota badannya
5. Ibu klien mengatakan kerongkongannya sakit 8. Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur.
saat menelan 9. Klien tampak lemah dan lesu
10. Klien tampak terpasang infus outsu D5% 10 tetes/menit
6. Ibu klien mengatakan kesulitan dalam 11. Badan klien tampak kotor dan berbau
bergerak 12. Kepala klien tampak kotor
7. Klien mengatakan aktivitas terasa tergannggu 13. ADL Tampak di bantu
8. Ibu klien mengatakan selama sakit klien tidak 14. Klien tampak gelisah
ada di mandikan 15. Mukosa bibir tampak kering
16. Turgor kulit tampak lembab
9. Klien mengatakan kepalanya tersasa gatal. 17. ntake 810
10. Klein mengatakan badannya terasa lemah 18. output 200cc
dan letih 19. Berat Badan: 19 kg
20. Tinggi Badan: 110 cm
B. Analisa Data
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: Nyeri Infeksi traktus
- Ibu klien mengatakan anaknya susah untuk buang air kecil. urinarius
- Klien mengatakan anaknya saat buang air kecil terasa sakit.
- Klien mengatakan nyeri pada bagian perut dan pinggang.
DO:
- Klien tampak sakit ketika saat mau buang air kecil
- Skala nyeri 5-6 - Klien tampak terpasang kateter.
- Klien tampak kesakitan saat di pegang bagian perutnya.
- WBC : 14.25 10^3/Ul
DS: Ketidakseimbangan Intake tidak adekuat,
- Ibu klien mengatakan klien nafsu makan menurun nutrisi kurang dari ketidakmampuan
- Ibu klien mengatakan tenggorokan sakit saat menelan. kebutuhan tubuh menelan makanan
- Klien mengatakan badannya terasa lemah dan letih
DO:
- Klien tampak tidak menghabiskan makannya hanya dengan porsi 2
sendok makan saja
- Klien tampak susah menelan karena tenggorokan sakit
- Klien tampak lemah dan lesu.
- Berat Badan: 19 kg
- Tinggi Badan: 110 cm
B. Analisa Data
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: Defisit perawatan diri Kelemahan Fisik
- Ibu klien mengatakan selama sakit klien tidak ada di mandikan.
- Klien mengatakan kepalanya tersasa gatal.
- Ibu klien mengatakan anaknya mengalami kesulitan dalam bergerak.
- Klien mengatakan aktivitas sehari-hari terasa tergannggu.
DO:
- Badan klien tampak kotor dan berbau
- Kepala klien tampak kotor
- ADL Tampak di bantu
- Klien tampak susah menggerakan anggota badannya
- Klien tampak hanya berbaring di tempat tidur.
DS: Defisien Volume Cairan Intake tidak adekuat,
- Klien mengatakan badannya terasa lemah dan letih asupan cairan
DO: kurang
- Mukosa bibir tampak kering
- Turgor kulit tampak lembab
- Intake 810 cc
- Output 200cc
- Klien tampak terpasang infus outsu D5% 10 tts/i
DIAGNOSA
Nyeri berhubungan dengan infeksi traktus urinarius.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat,
ketidakmampuan menelan
Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan fisik.

Defisien volume cairan berhubungan dengan intake tidak


adekuat, asupan cairan yang kurang
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan Tindakan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri
infeksi traktus urinarius. 3x24 jam masalah keperawatan klien dapat teratasi 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
dengan kriteria hasil karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi. O
2. bservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kontrol Nyeri 3. Gunakan tehnik relaksasi : nafas dalam.
1. Mengenali kapan nyeri terjadi dipertahankan pada 4. Berikan analgesik dan antobiotik.
2 ditingkatkan ke 4 5. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman (batasi pengunjung,
2. Menggambarkan factor penyebab nyeri ciptakan suasana yang tidak berisik).
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 6. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
3. Menggunakan Tindakan pengurangan nyeri tanpa 7. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
analgesic dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 pengalaman nyeri pasien.
4. Melaporkan nyeri yang terkontrol dipertahankan 8. Kurangi factor presipitasi nyeri. K
pada 2 ditingkatkan ke 4 9. aji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
10. Tingkatkan istirahat.
Kontrol Nyeri 11. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
5. Nyeri yang dilaporkan dipertahankan pada 2 tidak berhasil.
ditingkatkan ke 4 12. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
6. Panjangnya episode nyeri dipertahankan pada 2 ruangan,pencahayaan dan kebisingan
ditingkatkan ke 4 13. Lakukan pengkajian Tanda-tanda infeksi, Calor (panas), Dolor
7. Intoleransi makanan dipertahankan pada 2 (rasa sakit/nyeri), Rubor (Kemerahan), Tumor (pembengkakan),
ditingkatkan ke 4 Functiolaesa (danya perubahan fungsi).
14. Lakukan perawatan kateter.
Tanda-tanda infeksi tidak terjadi, Calor (panas), Dolor 15. Anjurkan ibu atau keluarga klien untuk melakukan handhygine.
(rasa sakit/nyeri), Rubor (Kemerahan), Tumor 16. Anjurkan klien sering untuk mengganti celana dalam.
(pembengkakan), Functiolaesa (danya perubahan
fungsi).
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam Manajemen Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d diharapkan asupan nutrisi tercukupi dengan 1. Kaji adanya alergi makanan
intake tidak adekuat, 2. Kolaborasikan dengan ahli gizi tentang nutrisi yang dibutuhkan
ketidakmampuan menelan Kriteria Hasil: 3. Anjurkan klien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
Status Nutrisi ( mi-num jus jeruk, dan mengkonsumsi buah-buahan seperti
1. Asupan gizi dipertahankan pada 2 ditingkatkan pisang)
ke 4 4. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
2. Asupan makanan dipertahankan pada 2 ditingkat- 5. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibut-
kan ke 4 uhkan
3. Rasio berat badan dipertahankan pada 2 6. Menjelaskan kepada klien tentang pentingnya makan bagi
ditingkat-kan ke 4 tubuh.
7. Menganjurkan memberikan makanan ketika dalam keadaan ha-
ngat.
8. Menganjurkan memberikan makanan dalam bentuk bervariasi.
9. Menganjurkan memberikan makanan sedikit tapi sering
Defisit perawatan diri Setelah di lakukan tindakan keperawatan 1x24 jam di Manajemen Perawatan Diri
berhubungan dengan kelemahan harapkan klien mampu melakukan perawatan diri 1. Mempertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan akt-
fisik. secara mandiri dengan ivitas perawatan diri.
2. Mempertimbangkan ketika mempromosiksn aktivitas
Kriteria hasil : perawatan diri.
Perawatan Diri : Aktivitas Sehari-hari 3. Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan ( misalnya dedor-
1. Makan dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 an,sikat gigi , sabun mandi, sampo, lotion dan produk aroma
2. Mandi dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 terapi)
3. Kebersihan dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4. Tempatkan handuk,sabun,dan alat lainnya yang dibutuhkan kli-
4 en.
4. Kebersihan mulut dipertahankan pada 2 5. Mempersiapkan sikat gigi dan membantu untuk menyikat gigi.
ditingkat-kan ke 4 menyediakan lingkungan yang terapeutik,santai,hangat dan
5. Berjalan dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 per-sonal.
6. Berpindah dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 6. Memantau kebersihan kuku. Memantau integritas kulit. Mema-
4 ntau hygine klien.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Defisien volume cairan Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan Manajemen Cairan
berhubungan dengan klien masalah kebutuhan ciaran adekuat dengan 1. Monitor tekanan darah,suhu,nadi,dan tekanan darah
intake tidak adekuat, 2. Kolaborasikan dalam pemberian cairan IV
asupan cairan yang Kriteria hasil : 3. Monitor status dehidrasi (kelembaban mukosa bibir, nadi
kurang 1. Keseimbangan intake dan output dalam 24 adekuat, nadi,) jika di perlukan.
jam dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 4. Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake
2. Kelembapan membrane mukosa kalori harian.
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 5. Dorong keluarga untuk mementau makan.
3. Kehausan dipertahankan pada 2 ditingkatkan 6. Monitor status nutrisi.
ke 4 7. Dorong masukan oral
4. Tekanan darah dipertahankan pada 3 8. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian terapi
ditingkatkan ke 4 9. Memantau tingkat Hb dan hematocrit
5. Denyut nadi dipertahankan pada 3 10. Monitor berat badan. M
ditingkatkan ke 4 11. emonitor balance cairan.
Kasus

Askep Sindrom An.A umur 9 tahun (perempuan) masuk ke RSUD Abdul Muluk pada 28 februari
2021 dengan keluhan batuk, demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien
Nefrotik Pada merupakan pasien rujukan dari RS Yos Sudarso. Pasien mengeluh mengalami
oedema pada wajah, abdomen, ekstremitas atas dan bawah. Turgor kulit pasien
Anak tidak elastis saat di tekan, kembali >5 detik, derajat oedema III. Oedema di alami
pada saat pertama kali di rujuk dari rumah RS Yos Sudarso. Orang tua pasien
mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali
mengalami batuk/pilek, Anakanya pernah di rawat di RS Yos Sudarso selama 10
hari, dengan keluhan penyakit yang sama yaitu pada bulan Januari yang lalu.
Kemudian anaknya di rujuk ke RS Abdul Muluk pada tanggal 28 Februari 2021.
Diagnosa medis Sindrom Nefrotik. Pasien mengatakan sudah tidak betah berada di
RS ,Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS ,Klien mengatakan ingin cepat
pulang .
Orang tua klien mengatakan tidak paham tentang penyakit yang diderita anaknya
saat ini. Orang tua klien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan
riwayat kecelakaan yang berat. Orang tua pasien juga mengatakan anaknya
memliki alergi terhadap udang. Orang tua pasien mengatakan interaksi anaknya
dengan orang tua, saudara-saudaranya baik, tidak ada masalah. Di dalam keluarga
pasien bahasa yang di gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran composmentis. Tekanan Darah
90/60 mmHg, RR 23x/menit, S 36,40 C, N 90x,menit. Pengukuran pertumbuhan - Tinggi badan : 150 cm 25 - BB
Sebelum sakit : 26 kg - BB saat sakit : 30 kg , Status gizi : 30/1,21 = 24,8. Pemeriksaan mata didapatkan Fungsi
penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis,
keaddan kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Posisi telinga simetris,
keadaan daun telinga baik dan bersih. Klien mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan vasikuler, bentuk dada
normal, tidak ada tarikan dinding dada, irama nafas teratur, suara nafas vasikuler dan pasien tidak terpasang selang
O2. RR : 23x/menit. Sirkulasi perifer N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit hangat, warna kulit pucat
CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada distensi vena jogularis. Sirkulasi jantung, Kecepatan denyut apical 87x/menit,
irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien tidak mengalami nyeri dada. Sistem syaraf pusat GCS : 15
(E:4, V:5, M:6). Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien menglami asites, saat di lakukan perkusi
terdengar suara pekak. Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih, kuku pendek dan bersih. Turgor
kulit tidak elastis, warna kulit pucat, pigmentasi tidak merata, kulit teraba kering, pasien mengalami oedema anasraka.
Derajat oedema III.
Hasil Pemeriksaan diagnostic didapatkan albumin 1,4 g/dl. Hasil laboratium urin didapatkan urin jernih , berwarna
kuning, protein 100 mg/dl, glukosa negative, bilirubin negative, dan warna darah negative.
A. Pengkajian
Identitas Pasien dan Keluarga Riwayat Kesehatan

a.Identitas Pasien Riwayat Kesehatan Saat Ini


Nama : An. A  Alasan masuk rumah sakit
TTL/ Umur : Jambak, 12 Februari 2013/ 9 Pasien masuk ke RSUD Abdul Muluk melalui IGD
tahun pada tanggal 28 Feb 2021 dengan keluhan batuk,
Jenis Kelamin : Perempuan demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien
Agama : Islam merupakan pasien rujukan dari RS Yos Sudarso.
Pendidikan : SD
Alamat : Jambak  Keluhan Utama : Oedema
Pasien mengalami oedema pada wajah, abdomen,
ekstremitas atas dan bawah. Turgor kulit pasien tidak
b.Orang Tua/Wali
elastis saat di tekan, kembali >5 detik, derajat
Nama : Tn. A oedema III. Oedema di alami pada saat pertama kali
Umur : 34 Tahun di rujuk dari rumah sakit Yos Sudarso.
Alamat : Jambak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
A. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Keluarga


 Penyakit yang pernah dialami  Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak
Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir memiliki riwayat penyakit menular ataupun
anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali mengalami penyakit keturunan jenis apapun.
batuk/pilek. Selain itu anaknya tidak pernah mengalami
keluhan sakit apapun, seperti kejang atau mimisan. Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-Hari
 Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan
Orang tua pasien mengatakan anakanya pernah di
rawat di rumah sakit Yos Sudarso selama 10 hari,
Riwayat Kesehatan Keluarga
dengan keluhan penyakit yang sama yaitu pada bulan
april yang lalu. Kemudian anaknya di rujuk ke RS abdul  Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak
muluk pada tanggal 28 Februari 2021. Orang tua pasien memiliki riwayat penyakit menular ataupun
mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan penyakit keturunan jenis apapun.
riwayat kecelakaan yang berat. Orang tua paien juga
mengatakan anaknya memliki alergi terhadap udang.
A. Pengkajian
Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-Hari

b.Pola Eliminasi
a.Pola Nutrisi 1.BAK
 Sebelum Sakit  Sebelum Sakit
Orang tua pasien mengatakan anaknya makan Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning jernih, jumlah
sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Makanan pokok yang di urine ±1200 cc/hari. Pasien mengatakan tidak ada
makan adalah nasi putih. Pasien mengatakan menyukai keluhan saat berkemih.
semua jenis makanan. Lauk pauk yang di konsumsi  Saat Sakit
meliputi daging, tahu/tempe, ikan, sayur dan buah- Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine kuning
buahan. Pasien memiliki alergi terhadap udang. pekat, jumlah ±300 cc/hari.
 Saat Sakit
Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari 2.BAB
dengan porsi makan rumah sakit (10 sendok makan).  Sebelum Sakit
Pasien selalu menghabiskan makanan yang di berikan. Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi feses lembek,
berwarna kuning kecoklatan, bau khas.
 Saat Sakit
Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek,
berwarna kecoklatan, bau khas.
A. Pengkajian
Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-Hari

d.Pola Tidur
c.Pola Cairan dan Elektrolit  Sebelum Sakit
 Sebelum Sakit Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3 jam. Tidak
Jenis minuman yang di konsumsi adalah air mineral dan ada gangguan dengan tidur pada pasien.
minuman perasa manis. Dalam 1 hari pasien dapat  Saat Sakit
minum sebanyak ± 1200 cc/hari. Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2
 Saat Sakit jam. Pasien mengatakan suasana di rumah sakit
Pasien minum air mineral saja, yaitu sebanyak ± 820 membuat pasien merasa tidak nyaman saat tidur.
cc/hari. Pasien tidak terpasang infuse.
e.Pola Hygiene Tubuh
IWL = 10xBB  Sebelum Sakit
= 10x30 Pasien mandi sebanyak 2x/hari pagi dan sore hari.
= 300 cc/hari Pasien selalu menggosok gigi dan mencuci rambut saat
Balance cairan = (total intake-total input) mandi.
= (minum+IVFD)-(IWL+urine)  Saat Sakit
= (820+0)-(300+300) Saat di rawat pasien mengatakan mandi sebanyak 1-
= 820+600 2x/hari, pasien menggosok gigi dan mecuci rambutnya.
= +220 cc Kuku pasien terlihat pendek dan bersih.
A. Pengkajian
Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-Hari Kondisi Psikososial ( Saat Sakit )

f.Pola Aktivitas a.Psikologis


 Sebelum Sakit  Pola interaksi dengan keluarga baik, kooperatif
Akitivitas sehari-hari pasien adalah bersekolah selama 5 dengan tim kesehatan. Pasien mengatakan tidak
jam, bermain sepeda dan lain-lain. betah di rumah sakit, dan paisen terlihat murung.
 Saat Sakit b.Pola pertahanan
Pasien saat ini hanya menghabiskan waktu di ruang  Keluarga selalu memberikan semangat dan
rawat RS dengan berbaring. dukungan untuk anaknya.
c.Pengetahuan keluarga
 Orang tua pasien mengatakan tidak memahami
Pemeriksaan Fisik tentang penyakit yang did derita anaknya.

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Composmentis
 Tanda-tanda Vital : TD 90/60 mmHg, S 36,4 C,
RR 23x/Menit, N 90x/menit
 BB sebelum sakit : 30 Kg
 BB saat sakit : 26 Kg
A. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1.Kepala :
 Dalam keadaan normal 5.Leher :
 Tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening
2.Mata :
 posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, 6.Dada :
 bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada,
pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan
kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada irama nafas teratur, suara nafas vasikuler, Sirkulasi
tandatanda peradangan. Pasien juga tidak menggunakan jantung Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama
alat bantu penglihatan. teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien
3.Mulut dan Gigi : tidak mengalami nyeri dada.
 Keadaan mulut bersih, mukosa bibir lembap, tidak terdapat 7.Abdomen :
 Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien
karies. Kemampuan menelan baik, pasien tidak mual
maupun muntah. tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien
4.Telinga dan Hidung: menglami asites, saat di lakukan perkusi terdengar
 Posisi telinga simetris, keadaan daun telinga baik dan suara pekak.
bersih. Kondisi telinga baik, tidak cairan, tidak mengalami 8.Ekstremitas :
tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami  terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah
peradangan serta tidak menggunakan alat bantu 9.Genetalia :
mendengar. Hidung simetris, tidak ada edema, tidak  normal
mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas bersih.
A. Pengkajian
Pemeriksaan Penunjang

Data Objektif
 Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas
 Hasil laboratorium urin : urin jernih , berwarna kuning, dan bawah klien
protein 100 mg/dl, glukosa negative, bilirubin negative, dan  Turgor kulit klien tidak elastic
warna darah negative.  Terdengar suara pekak pada abdomen saat
 Pemeriksaan Diagnostik : Albumin 1,4 gr/dl dilakukan perkusi
 Balance cairan klien = +220 cc
Data Fokus  Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak
merata
 Kulit klien teraba kering
 Derajat oedema III
Data Subjektif  Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang
 Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS penyakit klien
 Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS  Klien terlihat gelisah
 Klien mengatakan ingin cepat pulang  Klien terlihat tidak bersemangat
 Orang tua Klien mengatakan tidak memahami
tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini
B.Analisa Data
Data Masalah Etiologi
DS : - Kelebihan volume cairan Retensi albumin, protein,
DO : dan air
-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien
-Turgor kulit klien tidak elastis
-Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi
-Balance cairan klien = +220cc
-Derajat oedema III
DS : - Resiko kerusakan integritas Akumulasi cairan berlebih
DO : kulit dalam tubuh
-Turgor kulit tidak elastis
-Kulit klien teraba kering
-Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas dan bawah klien
-Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata
-Derajat oedema III
DS : Ansietas Hospitalisasi pada anak
-Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS
-Klien mengatakan ingin cepat pulang
DO :
-Klien terlihat gelisah
-Klien terlihat tidak bersemangat
DS : - Kurangnya informasi Terbatasnya sumber
DO : -Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang penyakit klien tentang penyakit informasi
DIAGNOSA
Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin,
protein, dan air

Resiko kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi


cairan berlebih dalam tubuh
Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

Kurangnya informasi tentang penyakit b.d terbatasnya


sumber informasi
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kelebihan volume cairan b.d. Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Retensi albumin, protein, dan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam 1. Timbang berat badan setiap hari dan monitor status klien
air masalah klien teratasi dengan kriteria hasil : 2. Jaga dan catat intake output
3. Monitor tanda- tanda vital pasienMonitor kelebihan cairan atau
Kriteria Hasil: retensi (misalnya edema)
1. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam 4. Kaji luas dan lokasi edemaMonitor status gizi
dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4 5. Berikan cairan dengan tepat
2. Berat badan stabil dipertahankan pada 3 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian kostekosteroid
ditingkatkan ke 4
3. Turgor kulit dipertahankan 2 ditingkatkan ke 4
4. Asites dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
5. Edema perifer dipertahankan pada 2 ditingkatkan
ke 4

Eliminasi Urin

Kriteria Hasil:
6. Pola Eliminasi dipertahankan pada 3 ditingkatkan
ke 4
7. Bau Urin dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
8. Jumlah urin dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke 4
9. Warna urin dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 4
C. Rencana
Diagnosa Keperawatan
Asuhan Keperawatan
NOC NIC
Resiko kerusakan Integritas jaringan kulit & membrane mukosa Pengecekan Kulit
integritas kulit b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Berikan perawatan intensif pada kulit
Akumulasi cairan 3x24 jam masalah klien teratasi dengan 2. Hindari pakaian ketat
berlebih dalam tubuh 3. Bersihkan dan berikan lotion pada permukaan kulit
Kriteria hasil : 4. Berikan tirah baring secara berkala
1. Integritas kulit dipertahankan pada 3 5. Pertahankan kelembapan kulit
ditingkatkan ke 4
2. Lesi pada kulit dipertahankan pada 2 Rasional :
ditingkatkan ke 4 6. Untuk mencegah kerusakan kulit
3. Perfusi jaringan dipertahankan pada 2 7. Dapat mengakibatkan area yg menonjol tertekan
ditingkatkan ke 4 8. Untuk mencegah iritasi ada kulit
4. Elastisitas kulit dipertahankan pada 2 9. Dapat mencegah terjadinya ulkus Menurunkan resiko
ditingkatkan ke 4 terjadinya iritasi

Ansietas b.d. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Pengurangan Kecemasan


Hospitalisasi pada anak 3x24 jam masalah klien dapat teratasi dengan 1. Validasi perasaan cemas
2. Petahankan kontak dengan klien U
Kriteria hasil : 3. payakan anak selalu di temani oleh keluarga
1. Klien tidak menangis dan tidak rewel 4. Anjurkan kepada keluarga untuk membawakan mainan
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tekanan darah sistolik 950110 mmHg,
Tekanan diastolic 60-70 mmHg, Nadi 70-
110x/menit, pernapasan 21-23x/menit, Suhu
36,5-37.5 C
3. Klien tampak ceria
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kurangnya informasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Proses Penyakit
tentang penyakit b.d 1x50 menit masalah klien teratasi dengan 1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien
terbatasnya sumber 2. Berikan penjelasan kepada orang tua klien ttg penyakit
informasi Kriteria hasil : anaknya
1. Keluarga dapat menyebutkan penyebab 3. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan pada
masalah keperawatan pada anak kulit anaknya
2. Keluarga dapat menyebutkan penangan 4. Evaluasi tentang apa yg sudah di sampaikan oleh perawat.
terhadap penyakit yang dialami anak
3. Keluarga dapat menyebutkan perawatan anak Rasional
dengan sindrom nefrotik 5. Mengetahui sejauh mana tingkat penegtahuan orang tua
6. Agar orang tua paham mengenai penyakit anaknya
7. Agar orang tua dapat merawat ankanya di rumah
8. Untuk mengavaluasi tingkat pengetauan orang tua klien
setelah di jelaskan.
Kasus
Asuhan Anak J dibawa oleh ibunya Ny.K ke Poli Anak dengan keluhan muntah-muntah
serta udem pada ekstremitas. Klien berjenis kelamin pria dengan usia 6 tahun.
Keperawatan Saat dilakukan observasi klien tampak pucat, lesu dan wajah klien bengkak. Ibu
klien mengatakan bahwa nafsu makan anaknya menurun, beberapa hari ini klien
Gangguan Ginjal mengalami diare dan saat berkemih urin yang dikeluarkan hanya sedikit serta
Akut bewarna kecoklatan. Klien tampak tidak bertenaga dan kesulitan melakukan
aktivitas secara mandiri. Dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan S:37oC N:90
x/menit TD: 120/70 RR:26x/menit. Berat badan klien sebelum sakit 20 Kg, setelah
sakit berat badan klien turun menjadi 16 Kg, tinggi badan klien 115 cm. Hasil
pemeriksaan fisik didapatkan klien dengan kondisi kunjungtiva anemis, mukosa
bibir kering, menggunakan otot batu napas dan terdengar suara napas tambahan,
terdapat edema pada abdomen karena asites, dan udem pada ekstremitas bawah.

Diagnosa medis : Gagal ginjal akut

Pemeriksaan Penunjang :
BUN : 19,0 mg/dl
Albumin : 3,1 L
Kratinin darah : 0,83 mg/dl
A. Pengkajian
Identitas Pasien dan Keluarga Riwayat Kesehatan

a.Identitas Pasien Keluhan Utama


Nama :J  Klien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
Umur : 6 tahun demam, mual muntah dan mengalami Edema.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Diagnosa Medis : Gagal ginjal akut Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal Masuk : 01 Maret 2021  Klien mengalami diare dan kehilangan nafsu
Nomor Register : 020402 makan, ibu klien mengatakan bahwa ketika
berkemih urin yang dihasilkan hanya sedikit dan
bewarna kecoklatan.
b.Orang Tua/Wali
Riwayat Penyakit Dahulu
Nama : Ny.K
 Adanya indikasi glomerulus nefritis pada klien
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan : Ibu Klien
A. Pengkajian
Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan
Sehari-Hari

a)Pola nutrisi dan metabolisme d)Pola hubungan dan peran


 Sebelum Sakit : Klien makan dengan teratur, berat  Sebelum Sakit : Tidak ada masalah
badan 20 kg  Sesudah Sakit : Tidak ada masalah
 Sesudah Sakit : Klien mengalami anoreksia (nafsu
makan menurun), berat badan 16 kg. e)Pola sensori dan kognitif
 Sebelum Sakit : Tidak ada masalah
b)Pola eliminasi
 Sesudah Sakit : Klien sadar/ composmentis, dapat
 Sebelum Sakit : BAB dan BAK klien normal berbicara normal, interaksi sesuai, pendengaran
 Sesudah Sakit : Klien mengalami diare dan jumlah tidak terganggu/ normal, penglihatan normal.
urin yang dihasilkan saat berkemih hanya sedikit
dengan warna kecoklatan. f)Pola nilai dan kepercayaan
 Sebelum Sakit : Tidak ada masalah
c)Pola aktivitas dan latihan
 Sesudah Sakit : Tidak ada masalah
 Sebelum Sakit : Klien biasanya dapat melakukan
aktifitas sehari-hari dengan mandiri.
 Sesudah Sakit : Klien tidak bertenaga dan lemah
sehingga kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari.
A. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
5.Abdomen
 Inspeksi : Abdomen membesar, terdapat edema
1.Keadaan Umum : composmentis akibat asites
2.TTV  Auskultasi : Bising usus hiperaktif
 TD : 120/70 mmhg  Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada ginjal
 Nadi : 90 x/menit 6.Ekstremitas
 Suhu : 37ᵒC  Inspeksi : Terdapat edema pada ekstremitas bawah
 P : 26 x/menit
 TB : 16 cm
 BB : 115 kg Pemeriksaan Penunjang
3.Pemeriksaan Kepala
 Inspeksi : Konjungtiva anemis, nampak edema pada
kelopak mata, mukosa bibir kering, terdapat udem
pada wajah.  BUN : 19,0 mg/dl
4.Dada  Albumin : 3,1 L
 Inspeksi : Dada simetris, terdapat retraksi dinding  Kratinin darah : 0,83 mg/dl
dada
 Auskultasi : Terdengar suara napas tambahan
A. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1.Kepala :
 Dalam keadaan normal 5.Leher :
 Tidak terdapat pembesaran kelenjer getah bening
2.Mata :
 posisi mata simetris, keadaan kelopak mata baik, 6.Dada :
 bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada,
pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan
kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada irama nafas teratur, suara nafas vasikuler, Sirkulasi
tandatanda peradangan. Pasien juga tidak menggunakan jantung Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama
alat bantu penglihatan. teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan pasien
3.Mulut dan Gigi : tidak mengalami nyeri dada.
 Keadaan mulut bersih, mukosa bibir lembap, tidak terdapat 7.Abdomen :
 Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit. Pasien
karies. Kemampuan menelan baik, pasien tidak mual
maupun muntah. tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien
4.Telinga dan Hidung: menglami asites, saat di lakukan perkusi terdengar
 Posisi telinga simetris, keadaan daun telinga baik dan suara pekak.
bersih. Kondisi telinga baik, tidak cairan, tidak mengalami 8.Ekstremitas :
tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami  terdapat edema pada ekstremitas atas dan bawah
peradangan serta tidak menggunakan alat bantu 9.Genetalia :
mendengar. Hidung simetris, tidak ada edema, tidak  normal
mengalami pernafasan cuping hidung, jalan nafas bersih.
A. Pengkajian
Pemeriksaan Penunjang

Data Objektif
 Terlihat oedema pada wajah, perut, ekstremitas atas
 Hasil laboratorium urin : urin jernih , berwarna kuning, dan bawah klien
protein 100 mg/dl, glukosa negative, bilirubin negative, dan  Turgor kulit klien tidak elastic
warna darah negative.  Terdengar suara pekak pada abdomen saat
 Pemeriksaan Diagnostik : Albumin 1,4 gr/dl dilakukan perkusi
 Balance cairan klien = +220 cc
Data Fokus  Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak
merata
 Kulit klien teraba kering
 Derajat oedema III
Data Subjektif  Orang tua klien tidak dapat menjelaskan tentang
 Klien mengatakan sudah tidak betah berada di RS penyakit klien
 Klien mengatakan jenuh/bosan berada di RS  Klien terlihat gelisah
 Klien mengatakan ingin cepat pulang  Klien terlihat tidak bersemangat
 Orang tua Klien mengatakan tidak memahami
tentang penyakit yang diderita anaknya saat ini
B.Diagnosa Keperawatan
No. Masalah Keperawatan Ditandai Dengan
1. Perfusi jaringan renal tidak efektif b/d 1. Tekanan sistole dan diastole tidak dalam batas normal.
hipervolemia 2. Intake output tidak seimbang
3. Edema perifer, adanya asites
4. Hematokrit tidak normal, BUN tidak normal, keratinin tidak
normal.

2. Kelebihan volume cairan b/d 1. Edema, intake output tidak seimbang


gangguan mekanisme regulasi 2. Elitrolit urin dalam batas tidak normal, pengeluaran urin tidak
normal.
3. Tekanan darah tidak normal.

3. Ketidakseimbangan nurisi kurang dari 1. Anoreksia


kebutuhan tubuh b/d 2. Berat badan menurun
ketidakmampuan makan 3. Mual muntah
4. Hematokrit tidak normal, albumin tidak normal.
C. Rencana AsuhanNOCKeperawatan
Diagnosa Keperawatan NIC
Perfusi jaringan renal Perfusi jaringan : Organ obdominal 1. Kaji adanya edema
tidak efektif b/d 1. Nilai rata-rata tekanan darah dipertahankan
2. Pantau dan dokumentasikan asupan dan haluaran pasien
hipervolemia pada 3 ditingkatkan ke 5 setiap 2 hingga 4 jam
2. Output urin dipertahankan pada 3 3. Pantau dan dokumentasikan warna dan karakteristik urine
ditingkatkan ke 4 4. Pantau berat jenis urine , kadar elektrolit serum, BUN, dan
3. Keseimbangan elektrolit dipertahankan pada kreatinin
3 ditigkatkan ke 4 5. Observasi pola berkemih
4. Asites dipertahankan pada 2 ditingkatkan ke
6. Kolaborasi pemberian dopamin dosis rendah
4 7. Jelaskan pada pasien dan anggota keluarga tentang alasan
terapi
Kelebihan volume cairan Keseimbangan cairan : Manajemen Cairan :
b/d gangguan mekanisme 1. Tekanan darah dipertahankan pada 3 1. Jaga intake yang akurat dan catat output
regulasi ditingkatkan ke 5 2. Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi
2. Jumlah frekuensi pernapasnan dipertahankan cairan
pada 3 ditingkatkan ke 5 3. Monitor indikasi kelebihan cairan
3. Keseimbangan intake dan output dalam 24 4. Monitor perubahan berat badan pasien sebelum dan
jam dipertahankan pada 2 ditingkatkan pada sesudah dialisis
4 5. Kaji lokasi dan luasnya edema
4. Kelembapan membran mukosa 6. Hitung asupan kalori harianberikan deuretik yang
dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 4 diresepkan
5. Hematokrit dipertahankan pada 3 7. Monitor reaksi pasien terhadap terapi elektrolit yang
ditingkatkan ke 4 diresepkan
6. Output urin dipertahankan pada 3 8. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala
ditingkatkan ke 5 kelebihan volume cairan menetap atau memburuk.
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
Ketidakseimbangan Status nutrisi : Manajemen Nutrisi :
nurisi kurang dari 1. Asupan gizi dipertahankan pada 3 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk
kebutuhan tubuh b/d ditingkatkan ke 4 memenuhi kebutuhan gizi.
ketidakmampuan 2. Asupan makanan dipertahankan pada 3 2. Tentukan jumlah kalori yang dibutuhkan untuk
makanan ditingkatkan ke 4 memenuhi persyaratan gizi.
3. Rasio berat badan dipertahankan pada 3 3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat
ditingkatkan ke 4 mengkomsumsi makanan.
4. Pastikan makanan disajikna dengan cara yang
menarik dan pada suhu yang paling cocokuntuk
komsumsi secara optimal.
5. Anjurkan keluarga untuk memabawa makanan
favorit pasien.Monitor kalori dan asupan makanan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kurangnya informasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Proses Penyakit
tentang penyakit b.d 1x50 menit masalah klien teratasi dengan 1. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien
terbatasnya sumber 2. Berikan penjelasan kepada orang tua klien ttg penyakit
informasi Kriteria hasil : anaknya
1. Keluarga dapat menyebutkan penyebab 3. Berikan pendidikan kesehatan tentang cara perawatan pada
masalah keperawatan pada anak kulit anaknya
2. Keluarga dapat menyebutkan penangan 4. Evaluasi tentang apa yg sudah di sampaikan oleh perawat.
terhadap penyakit yang dialami anak
3. Keluarga dapat menyebutkan perawatan anak Rasional
dengan sindrom nefrotik 5. Mengetahui sejauh mana tingkat penegtahuan orang tua
6. Agar orang tua paham mengenai penyakit anaknya
7. Agar orang tua dapat merawat ankanya di rumah
8. Untuk mengavaluasi tingkat pengetauan orang tua klien
setelah di jelaskan.
Aplikasi Transkultural Nursing
Mempertahankan budaya Negosiasi budaya
dilakukan bila budaya pasien tidak dilakukan untuk membantu klien
bertentangan dengan kesehatan. beradaptasi terhadap budaya
Perencanaan dan implementasi tertentu yang lebih menguntungkan
keperawatan diberikan sesuai kesehatan. Perawat membantu
dengan nilai-nilai yang relevan yang klien agar dapat memilih dan
telah dimiliki klien sehingga klien menentukan budaya lain yang lebih
dapat meningkatkan atau mendukung peningkatan kesehatan
mempertahankan status
kesehatannya

Restrukturisasi budaya
dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya
hidup klien. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Pengkajian
Pengelolaan asuhan Pengkajian dirancang
Perencanaan dan
keperawatan lintas berdasarkan 7 komponen yang Pelaksanaan
ada pada "Sunrise Model" Ada tiga pedoman yang
budaya ditawarkan dalam keperawatan
Diagnosa Keperawatan transkultural (Andrew and
Boyle, 1995) yaitu :
Diagnosa keperawatan adalah  mempertahankan budaya
respon klien sesuai latar yang dimiliki klien bila
belakang budayanya yang budaya klien tidak
dapat dicegah, diubah atau bertentangan dengan
dikurangi melalui intervensi kesehatan,
keperawatan.  mengakomodasi budaya
klien bila budaya klien
Evaluasi kurang menguntungkan
kesehatan
Melalui evaluasi dapat  merubah budaya klien bila
diketahui asuhan keperawatan budaya yang dimiliki klien
yang sesuai dengan latar bertentangan dengan
belakang budaya klien kesehatan.
Pengobatan Alternatif
Menurut Depkes RI, dua defenisi untuk pengobatan
tradisional, yaitu :
Ilmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh pengobatan
tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan
dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan
peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial masyarakat.
Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan,
pemeliharaan dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat
yang berlandaskan cara berfikir, kaidah- kaidah atau ilmu di
luar pengobatan kedokteran modern, diwariskan secara
turun- temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan
dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu
kedokteran (Dinkes Sumut, 2007).
Jenis Pengobatan Alternatif

Terapi energi Terapi pikiran dan spiritual


meliputi : akupunktur, akupresur, meliputi : psikoterapi,
shiatsu, do-in, shaolin, qigong, 25% psikoanalitik, terapi kognitif,
t’ai chi ch’uan, yoga, meditasi, terapi humanistik, terapi
terapi polaritas, refleksiology, keluarga, terapi kelompok, terapi
metamorphic technique, reiki,
45% autogenik, biofeedback,
metode bowen, dll visualisasi, hipnoterapi,
dreamwork, terapi dance
Terapi fisik movement,terapi musik, terapi
suara, terapi seni, terapi cahaya,
meliputi : masase, aromaterapi,
biorhythms dan terapi warna.
osteopati, chiropractic,
kinesiology, rolfing, hellework, 30%
feldenkrais method, teknik
alexander, trager work, zero
balancing, teknik relaksasi,
hidroterapi, flotation therapy dan
metode bates .
Thank you

Anda mungkin juga menyukai