Pe n g e rtia n PPn BM
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) merupakan
pajak yang dikenakan pada barang yang tergolong mewah yang
dilakukan oleh produsen (pengusaha) untuk menghasilkan atau
mengimpor barang tersebut dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
Karakteristik Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang
dikenai PPn BM
Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi
Barang yang dikonsumsi hanya untuk menunjukkan status
atau kelas sosial
Barang adalah barang berwujud,
yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau
barang tidak bergerak, dan barang
tidak berwujud.
Pengertian
Penting Dalam
PPN Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang
berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan
hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas,
kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai,
termasuk jasa yang dilakukan untuk
menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari
pemesan.
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang
terutang.
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir
Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak dengan Keputusan Menteri Keuangan
1. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
2. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor;
3. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan
harga jual rata-rata;
4. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul
film;
5. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual
eceran;
6. untuk Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut
Nilai Lain di tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan, adalah harga pasar wajar;
Putuskan 7. untuk penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok
MenKeu. penjualan atau harga perolehan;
8. untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang adalah harga
lelang;
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
9. Sebesar 20% dari harga jual emas perhiasan atau nilai
NOMOR 75/PMK.03/2010
penggantian untuk penyerahan emas perhiasan termasuk penyerahan
TENTANG
jasa perbaikan dan modifikasi emas perhiasan serta jasa-jasa lain yang
NILAI LAIN SEBAGAI berkaitan dengan emas perhiasan, yang dilakukan oleh pabrikan emas
DASAR PENGENAAN perhiasan.
PAJAK 10. Sebesar 10% dari jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih untuk;
1) penyerahan jasa pengiriman paket; 2) penyerahan jasa biro perjalanan
atau jasa biro pariwisata; 3) penyerahan jasa pengurusan transportasi
(freight forwarding) yang didalam tagihan jasa pengurusan transportasi
tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges).
PPN atas Penyerahan Tertentu dengan Nilai Lain :
Transaksi yang menggunakan nilai lain PPN masukannya tidak
dapat dikreditkan. Transaksi tersebut sudah ditentukan yakni:
1. Penyerahan jasa biro perjalanan dan/atau agen perjalanan
wisata sebesar 10% dari jumlah tagihan.
2. Tarif efektif PPN untuk jasa pengiriman paket ini adalah
1% dari tagihan.
3. Jasa pengiriman paket. Besaran nilai lain PPN-nya adalah
10% dari jumlah tagihan. Tarif efektif PPN untuk jasa
TARIF EFEKTIF pengiriman paket ini adalah 1% dari tagihan.
atas PENYERHAN 4. Jasa pengurusan transportasi yang di dalam tagihan jasa
TERTENTU pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya
transportasi. Untuk transaksi ini nilai lain PPN-nya adalah
10% dari jumlah tagihan. Tarif efektif PPN untuk jasa
pengiriman paket ini adalah 1% dari tagihan.
5. Penyerahan emas perhiasan dan jasa terkait, besarannya
20% dari harga emas perhiasan mengacu pada PMK
Nomor 30/PMK.03/2014. Tarif efektif PPN yang ditetapkan
adalah 2%.
Seluruh transaksi yang masuk dalam klasifikasi nilai lain PPN
serta termasuk sebagai transaksi penyerahan tertentu tetap
dibuatkan faktur pajak. Kode yang digunakan adalah 04.
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena
Pajak karena perolehan (Pembelian) Barang Kena
Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dari luar Daerah Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa
Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dan/atau impor
Mekanisme Barang Kena Pajak.
Perhitungan
PPN
Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai
terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan (penjualan)
Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak,
ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang
Kena Pajak Tidak Berwujud, dan/atau ekspor Jasa
Kena Pajak.
1. Pengusaha yang melakukan
Penyerahan Barang Kena
Pajak (PKP).
2. Pengusaha Kecil yang
memilih untuk dikukuhkan
Subjek PPN menjadi Pengusaha Kena
dan PPn BM Pajak (PKP).
3. Orang pribadi atau badan
yang memanfaatkan
BarangKena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah
Pabean
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam
Daerah Pabean yang dilakukan oleh
pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Objek PPN Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
dan PPn BM Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh
Pengusaha Kena Pajak;
g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
oleh Pengusaha Kena Pajak; dan
h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha
Kena Pajak.
a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu
perjanjian;
b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian
sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha
(leasing);
c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang
perantara atau melalui juru lelang;
d. pemakaian sendiri dan/atau pemberian cumacuma
atas Barang Kena Pajak;
e. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau
Yang Termasuk
aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
Penyerahan Barang
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
atau Jasa Kena
pembubaran perusahaan;
Pajak
f. Penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang
atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena
Pajak antar cabang;
g. Penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan
h. Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena
Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha
Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang
Kena Pajak.
a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar
sebagaimana dimaksud dalam Kitab
UndangUndang Hukum Dagang;
b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan
utang-piutang;
c. penyerahan Barang Kena Pajak dalam hal
Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan
tempat pajak terutang;
Tidak Termasuk d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
Penyerahan Barang penggabungan, peleburan, pemekaran,
atau Jasa Kena
pemecahan, dan pengambilalihan usaha
Pajak
dengan syarat pihak yang melakukan
pengalihan dan yang menerima pengalihan
adalah Pengusaha Kena Pajak; dan;
e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan.
Jenis barang yang tidak dikenai Pajak
Pertambahan Nilai adalah barang tertentu
dalam kelompok barang sebagai berikut:
BM
PERATURAN MENTERI
Objek PPn BM KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Selain Kendaraan NOMOR.35/PMK.010/2017
Bermotor TENTANG JENIS BARANG KENA
PAJAK YANG TERGOLONG
MEWAH SELAIN KENDARAAN
BERMOTOR YANG DIKENAI PAJAK
PENJUALAN ATAS BARANG
MEWAH.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif adalah tarif pajak
dengan Dasar Pengenaan Pajak yang meliputi Harga
Dasar Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai
lain.
Perhitungan
Contoh : Pengusaha Kena Pajak B melakukan
PPN penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
Penggantian Rp20.000.000,00.
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang = 10% x
Rp20.000.000,00 = Rp2.000.000,00.
100
DPP =
Harga Jual 100 + Tarif PPN
DPP Sudah
PPN = Tarif PPN X DPP
Termasuk PPN
100
Harga Jual DPP =
Sudah 100 + Tarif PPN + Tarif PPn BM
Termasuk PPN PPN = Tarif PPN X DPP
dan PPn BM PPn BM = Tarif PPn BM X DPP
PPN
Kegiatan
Membangun
Sendiri Kegiatan Membagun Sendiri adalah
Kegiatan membangun bangunan yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan,
Peraturan Meneteri yang hasilnya digunakan sendiri atau
Keuangan No. digunakan pihak lain”.
163/PMK.03/2012,
tentang Batasan dan Jadi aktivitas membangun yang dilakukan
Tatat Cara Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai
bukan karena sebagai seorang
atas Kegiatan pemborong atau bertindak selaku
Membangun Sendiri perusahaan pengembang (developer) atau
penyedia jasa kontraktor.
Bangunan tersebut berupa satu atau lebih konstruksi teknik
yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu
kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria sebagai
berikut:
Perhitungan ;
2. Format Nomor Seri Faktur Pajak Standar tediri dari 10 (sepuluh) digit, dengan
rincian sebagai berikut :
a. 2 (dua) digit pertama adalah Tahun Penerbitan.
b. 8 (delapan digit berikutnya adalah Nomor Urut.
Format dan Nomor Seri Faktur Pajak Standar
FAKTUR PAJAK
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak :
Pengusaha Kena Pajak
N a m a :
Alamat :
NPWP :
Tanggal Pengukuhan PKP :
FAKTUR PAJAK
Alamat
NPWP ;
Tanggal Pengukuhan PKP
No. Urut Nama Barang Kena Pajak / Kuantitas Harga Satuan Jumlah Harga
Jasa Kena Pajak Rp. Rp.