Anda di halaman 1dari 23

 PERTEMUAN 1

Ketentuan perkuliaahan
ketentuan umum

1. Mahasiswa wajib hadir/masuk ke elnino disetiap kuliah


daring
2. Mengisi presensi kehadiran di elnino
3. Wajib baca materi kuliah di elnino
4. Wajib mengumpulkan tugas dari pengajar

Ketentuan khusus

5. Penilaian 

           a. Penilaian terdiri dari unsur, nilai harian, nilai tengah semester dan
nilai akhir semester
           b. Nilai harian terdiri dari ulangan harian baik tertulis maupun lisan,
tugas individu/kelompok, kehadiran, kreatifitas,kejujuran
            c. Nilai tengah semester merupakan nilai dari ujian tertulis 
            d. Nilai akhir semester merupakan nilai dari ujian tertulis
Esensi dasar ajaran Keynes
  1.   Menentang Hukum Say (Supply creates its own demand) dengan
mengatakan bahwa :
a) penawaran agregat tidak berbentuk vertical tapi berbentuk huruf “L” yang
terbalik;
b) permintaan agregat sama dengan Y = C + I + G + X – M;
c) adanya dampak pengganda investasi.

   2.   Fungsi konsumsi mengikuti hokum psikologis bahwa besarnya


MPC diantara nol dan satu.
   3.   Tiga factor pokok dalam sistem pemikiran Keynes:
a) hasrat mengkonsumsi marginal atau marginal propensitiy to consume
(MPC);
b) tingkat bunga berkaitan dengan hasrat likuiditas;
c) efisiensi marginal dari investasi modal.
   4.    Perekonomian tidak selalu berada dalam kondisi pengerjaan
penuh (full employment); yang sering terjadi justru underemployment.
   5.   Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar mempengaruhi
pendapatan nasional lewat variabel suku bunga. Ini bererti tidak ada
dikotomi antara sektor moneter dan sektor riil (belakangan dikembangkan
analisis IS-LM oleh para pengikutnya).
    6.   Menekankan pentingnya manajemen sisi perimintaan agregat
(aggregate demand management).
7. Menekankan analisis jangka pendek: “In the long run, we are all
dead”
PERTEMUAN 2 DAN 3

Revolusi Keynes
Ò  Setelah PD II (sekitar 30 tahun), terdapat consensus global bahwa ilmu
ekonomi dinobatkan sebagai ratu ilmu social, misal, semakin banyaknya
pakar ekonomi menerima hadiah nobel. Penganugrahan gelar ratu tsb berasal
dari pemikiran John Maynard Keynes  (Holland, 1987)

Ò  Pemikiran ala Adam Smith dan ekonomi Klasik lain kehilangan


popularitasnya pada saat tidak mampu menerangkan tingkat pengangguran
yang secara besar-besaran terjadi di banyak Negara Barat depresi dunia
tahun 1930-an dan tidak berjalannya mekanisme persaingan pasar bebas.

Ò  Hilangnya popularitas aliran Klasik dikarenakan Keynes meluncurkan


buku berjudul ‘The General Theory of  Employment, Interest, and Money’
(1936), yang dalam waktu singkat menjadi tenar dan mendapat sambutan
halayak. Saking antusiasnya orang kepada karya Keynes, sampai orang
berkata ‘ We are all Keynessians now’, bahkan Presiden AS, Richard Nixon
dengan bangganya menyebut dirinya sebagai pengikut Keynes.

Ò  Ajaran Keynes memang menyanggah ajaran Klasik dan mencoba


membuktikan bahwa teori Klasik hanya dapat diterapkan pada kasus khusus,
tidak berlaku untuk kasus pada umumnya. Secara khusus, hal ini dituangkan
oleh Keynes dalam bukunya The General Theory (1936) sebagai berikut:
The postulate of the classical theory are applicable to a special case only and
not to the general case……Moreover, the characteristics of the special case
assumed by the classical theory happen not to be these of the economic
society in which we live, with the result that its teaching is misleading and
disastrous if we attempt to apply it to the facts of experience.
Ò  Ajarran Keynes menekankan pada pentingnya perhatian kepada
permintaan agregat masyarakat, serta kebijaksanaan yang lebih aktif dari
pemerintah. Keynes menawarkan jalan tengah antara sistem perencanaan
terpusat dan mekanisme pasar bebas. Doktrin dari Keynes ini memberikan
arah alternative kebijaksanaan yang berbeda dengan ajaran klasik, ia berhasil
menanggulangi depresi besar yang sedang terjadi waktu itu, dan punya
pengaruh yang kuat untuk jangka waktu yang lama. Dari doktrin ini pula,
Keynes telah mewarnai pemikiran dan pendidikan ekonomi makro sejak
tahun 1950-an sampai pertengahan 1960-an. Keberhasilan Keynes tidak
luput dari pemikiran yang berasal dari Alvin Hansen, Paul Samuelson dan
Sir John Hicks (Markam, 1978), yang selanjutnya mereka ini disebut Neo-
Keynesian.

Ò      Alvin Hansen, tokoh ekonom yang berhasil menyusun pemikiran


Keynes dalam suatu sistematik yang berujud kepaduan (cohesion), Paul
Samuelson, penerima hadiah Nobel dan pakar ekonomi dari MT
(Massachussetts Institute of Technology), dianggap sebagai pembina utama
dalam hal kodifikasi serangkaian pemikiran Keynes dalam perkembangan
selanjutnya dan Sir John Hicks telah berhasil menyusun sebuah model siklus
bisnis dinamik (synamic business cycle), yang mengkombinasikan teori
akselerator  investasi dengan fungsi konsumsi dengan lag (Ekelund dan
Hebert, 1975; Djojohadikusumo, 1991)

Perbedaan Keynes dan Friedman

KEYNES FRIEDMAN
Permintaan efektif Penawaran uang (money supply)
Merupakan focus kebijakan yang Merupakan fokus kebijakan yang
utama utama
Kebijakan moneter Kebijakan moneter
Tidak signifikan; menganjurkan Amat penting; menganjurkan
tingkat bunga rendah pertumbuhan jumlah uang beredar
dan tingkat bunga riil yang konsisten.
Kebijakan fiskal dan anggaran Kebijakan fiskal dan anggaran
Ò      Instrument utama menentang Ò      Menentang kebijakan anggaran
kebijakan moneter; dan fiskal  yang deficit;
Ò      Menganjurkan anggaran yang Ò      Menganjurkan anggaran
tidak seimbang berimbang (netral)
Tingkat kesempatan kerja harus Mentoleransi tingkat pengangguran
terkendali yang “alami”  (natural)
Upah dikendalikan Tingkat upah
Terutama jika terdapat kesenjangan Ditentukan oleh permintaan dan
indicator (inflationary gap) penawaran
Mekanisme pasar Mekanisme pasar
Diasumsikan tidak stabil equilibrium Diasumsikan stabil/equilibrium dalam
dan terjadi keseimbangan jangka panjang dan terdapat
pemerataan kesempatan.
Intervensi Negara Intervensi negara
Ò      Manajemen sisi permintaan Ò      Minimal dan campur tangan
yang permanen. dikurangi
Ò      Sisi penawaran Negara
mengikuti dan mempermudah
Sektor publik Sektor publik
Ò      Memainkan peran permintaan Dikurangi dan jika mungkin
yang aktif ‘dihitungkan’ dengan swastanisasi
Ò      Mengurangi pengeluaran pengeluaran publik dan perusahaan
dengan inflasi milik negara
Kurs Kurs
Terkendali dan dapat disesuaikan Mengambang (floating)
(managed and adjusted)
Mingguu 2: SISTEM MONETER INTERNASIONAL

SISTEM MONETER INTERNASIONAL


 PERTEMUAN 1
Sistem moneter internasional (SMI) terutama menunjuk seperangkat
kebijakan, institusi, praktik, peraturan, dan mekanisme yang menentukan
tingkat di mana suatu mata uang ditukarkan dengan mata uang
lain (Shapiro, 1992). SMI sering diibaratkan jaringan lampu lalu lintas, di
mana setiap pelaku menganggapnya tidak ada masalah kecuali bila lampu
tersebut rusak atau mati (Rivera-Batiz, 1989). Oleh karena itu, banyak yang
berpendapat bahwa SMI ini erat kaitannya dengan konsep konvertibilitas
mata uang (currency convertability)
 
KONVERTABILTIAS MATA UANG
Konvertibilitas mata uang secara implisit menekankan pentingnya
penggunaan mata uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata
uang negara lain. Inilah yang dalam literatur disebut internatonally
convertible currency.
Dalam keadaan senyatanya, terdapat mata uang yang tidak mudah ditukarkan
dengan di pasar dunia. Konsep konvertibilitas berkaitan erat dengan
perbedaan antara hard and soft currency.

Ada beberap ciri mata uang yang tergolong hard currency, yaitu


(1) jika mata uang negara tersebut secara luas diterima sebagai bukti
pembayaran internasional dan digunakan sebagai alat tukar dalam transaksi
internasional. Mata uang yang tergolong kategori ini adalah dolar AS (US$),
pundsterling (£), yen (¥), dan deutche mark (DM).
(2) adanya suatu pasar yang bebas dan aktif bagi mata uang tersebut. Dengan
kata lain, jika diperlukan, mata uang ini dapat dengan mudah diperoleh dan
dijual secara internasional dalam jumlah banyak.
(3) relatif minimnya restriksi dalam menstransfer mata uang ini ke dalam dan
ke luar negara asalnya. Oleh karena itu, mata uang jenis hard
currency merupakan basis penting dalam menyusun suatu sistem moneter
internasional.

Di lain hal, soft currency adalah mata uang yang tidak secara luas diterima
sebagai media dalam transaksi keuangan internasional. Biasanya mata uang
semacam ini tidak memiliki pasar bebas atau valuta asing yang
memperdagangkannya. Dengan demikian, mata uang ini tidak mudah
diperoleh apalagi dijual. Di banyak negara ini biasanya disertai dengan
kontrol otoritas moneter terhadap arus keluar masuk mata uang ini. Mata
uang yang tidak konvertibel misalnya mata uang negara-negara sosialis
Eropa Timur ( seperti ruble Rusia, zioty Polandia) dan negara-negara sedang
berkembang (seperti yuen China, cruzeiro Brazil, Rupiah Indonesia) yang
masih tidak dapat digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan
internasional.

Dalam praktik, jika konvertibilitas penuh dari suatu mata uang dihambat,
pasar gelap (black market) sering muncul dan beroperasi di luar kontrol
pemerintah. Pada dasarnya pasar gelap adalah suatu pasar bebas yang
berdampingan dengan pasar resmi dan menawarkan konversi penuh dalam
mata uang lokal kendati ditambah premi yang cukup substansi di atas tarif
resmi. Di kebanyakan negara sedang berkembang (NSB), pasar gelap sering
beroperasi di sekitar taman, hotel internasional atau terminal transportasi.
 
Sejarah singkat Standar Moneter Internasional (SMI)
 
Konsep tradisional mengenai konvertibelitas mata uang mengajarkan bahwa
standar komoditi  beroperasi atas dasar full-bodied coins, artinya nilai mata
uang adalah sama dengan nilai logam pembuatnya. Dengan kata lain, nilai
intrinsik (nilai logam pembuat uang) sama dengan nilai nominalnya (nilai
yang tertera pada mata uang tersebut). Oleh karena itu, mata uang ini sering
dinamakan gold specle standard karena nilai logam emas persis sama
dengan nilai intrinsiknya. Pada saat yang sama berlaku pula sistem emas
batangan (gold bullion standard) di mana tidak ada hubungan langsung
antara emas dengan mata uang; mata uang tidak berbentuk emas atau kertas,
namun nilai nominal dapat lebih besar dibanding nilai intrinsiknya.

Standar emas dapat dilihat dari ciri-ciri penting yang dapat dilihat dari
aturan dasarnya, yaitu:
Pertama, suatu negara yang menganut standar emas menetapkan nilai mata
uangnya dalam nilai emas. Caranya, pemerintah di negara tersebut
menentukan harga emas dalam mata uangnya dan siap membeli serta
menjual emas pada tingkat harga itu. Inilah yang dikenal sebagai
konvertibilitas dua arah antara mata uang domestik dengan emas.

Dengan semakin banyaknya negara yang menerapkan standar emas, nilai


emas dari dua mata uang ditentukan oleh perbandingan berat emas antara
dua mata uang tersebut. Inilah yang dikenal dengan nama mint
parity atau mint exchange rate (kurs paritas antaryasa).

Sebagai contoh, di Inggris satu ons emas murni dihargai £4,24. Karena nilai
emas yang sama di AS adalah $20,67, secara implisit berarti £1= $4,87
(diperoleh dari $20,67/£4,24). Dengan kata lain, paritas artayasa antara dolar
AS dan pousterling adalah $4,87 setiap pound, yang tetap tidak berubah
secara signifikan dari tahun 1880 sampai 1914.

Aturan dasar kedua dari standar emas murni adalah bahwa aliran impor dan
ekspor emas diijinkan bebas (tanpa hambatan) antar negara. Perdagangan
emas secara bebas menjamin bahwa kurs pasar tidak akan menyimpang
banyak dari kurs paritas artayasa. Kalau toh dalam praktik terjadi
penyimpangan dari kurs paritas artayasa akaibat adanya biaya transaksi
(terutama biaya pengangkutan emas), kurs tersebut selalu berada di antara
titik ekspor emas (kurs yang tertinggi yang mungkin terjadi) dan titik impor
emas (kurs terendah yang mungkin terjadi).
Aturan dasar ketiga dalam standar emas menyebutkan bahwa otoritas
moneter harus memegang cadangan emas dalam kaitannya dengan uang
kertas yang dikeluarkannya. Cadangan emas ini memungkinkan otoritas
moneter untuk membeli dan menjual emas tanpa takut tidak dapat memenuhi
permintaan masyarkat.

Karena nilai emas relatif tidak berubah banyak dibandingkan barang dan jasa
lain dalam jangka waktu yang cukup lama, disiplin moneter dalam standar
emas dapat menjamin stabilitas harga dalam jangka panjang. Ini benar-benar
terjadi sebelum meletusnya PD I ketika hampir semua negara menerapkan
standar emas. Data yang ada menunjukkan bahwa tingkat harga umum pada
awal PD I tidak banyak berbeda dengan tingkat harga umum pada akhir abad
ke -18 sebelum Perang Napoleon berkobar; sangat kontras dengan tingkat
harga setelah PD II di mana angka indeks harga konsumen pada tahun 1985
melonjak berlipat kali angka pada tahun 1950 (Shapiro, 1992)
 
 
 
 
NONSISTEM
Sistem moneter dunia belakangan ini mengalami disintegrasi menjadi blok-
blok mata uang, seperti blok sterling dan blok dolar. Dalam setiap blok mata
uang terdapat beberapa negara anggota yang tidak menganut sistem
pengawasan devisa terhadap negara di luar blok. Suatu blok mata uang masih
berdasarkan emas dengan mengambangkan kurs mereka. Apa yang terjadi
ternyata adalah kekacauan moneter. Maka bermuncullah sistem kurs dirty
float (mengambang dengan campur tangan pemerintah), runtuhnya blok-blok
mata uang, dan sistem moneter yang disepakati pun hancur berantakan. Ini
diperparah dengan menjamurnya pengawasan devisa, tarif dan restriksi
perdagangan lainnya.
Fenomena yang terakhir ini dinamakan nonsistem dalam SMI, dimana mata
uang ditentukan secara arbiter oleh penguasa dan mekanisme pasar.
Devaluasi sterling diikuti 25 negara yang mendevaluasi mata uangnya untuk
mempertahankan daya saing produk perdagangannya. Perang perdagangan
yang dikenal dengan nam beggar-thy-neighbor (politik memiskinkan negara
tetangga) terjadi, dimana semua negara menurunkan nilai mata uangna agar
dapat menaikkan ekspor dan menurunkan impor. Banyak yang sependapat
bahwa kebijakan perdagangan dan kurs yang proteksionis telah
memperparah depresi dunia. Akibatnya perdagangan dan
keunganinternasional kacau sekaligus memberikan pelajaran bagi generasi
berikutnya bahwa upaya preventif keadaan kacau semacam itu merupakan
tujuan utama dari SMI.
 
SISTEM BRETTON WOODS
Sistem ini beroperasi atas dasar standar pertukaran emas (gold exchange
standard). Setiap negara diminta menetapkan nilai pari mata uangnya dengan
kurs tetap atau tertambat terhadap dolar AS atau emas. Karena satu ons emas
nilainya ditentukan sebesar $35, penentuan harga emas di suatu negara
berarti menentukan kurs mata uangnya relatif terhadap dolar. Sebagai
contoh, DM ditentukan nilainya identik dengan 1/140 ons emas, artinya
1DM bernilai $0,25 ($35/140). Kurs tersebut diperbolehkan berfluktuasi
dengan batas1% dari nilai pari. Nilai kurs tetap ini dipertahankan dengan
campur tangan bank sentral negara tersebut dalam pasar valuta asing.
Campur tangan ini dilakukan dalam bentuk pembelian dan penjualan dolar
oleh bank sentral negara di luar AS terhadap mata uangnya sendiri apabila
kondisi permintaan dan penawaran di pasar menyebabkan kurs menyimpang
dari nilai pari yang telah disepakati.
Konsep moderen tentang konvertibilitas mata uang sering diasosiasikan
dengan peranan Amerika Serikat (AS) dalam menstabilkan sistem moneter
dunia (McKinnon, 1979). Peran AS yang asimetris namun sentral dapat
dipahami dengan menelusuri evolusi perannyan yang melewati empat tahap:
(1) Rencana Marshal dan periode perbaikan Eropa (1948-59),
(2) realisasi penjualan Bretton Woods dan sistem kurs tetap yang identik
dengan standar dolar-emas (1959-68),
(3) persetujuan Smithsonian yang menandai periode sistem kurs tertambat
(pegged exchange rates) yang penuh ketidakpastian (1969-73), dan
(4) sistem kurs mengambang dari mata uang yang konvertibel terutama di
negara-negara industri.

Dalam praktiknya ternyata tidak mudah menerapkan sistem Bretton Woods.


Sistem ini yang identik dengan kurs tetap tinggal nama. Dari 21 negara
industri, hanya AS dan Jepang saja yang tidak berubah nilai parinya selama
periode 1946-1971. Dari 21 negara tersebut, 12 mendevaluasi mata uangnya
lebih dari 30% terhadap dolar, 4 melakukan revaluasi, dan 4
mengambangkan mata uangnya pada pertengahan 1971 ketika sistem in
dirasakan semakin tidak relavan.

Pada akhir dasawarsa 1950-an AS mengalami tanda krisis dengan defisitnya


neraca pembayarannya yang sangat besar. Ekspansi dan intervensi AS ke
luar negeri, program bantuan luar negeri AS di bawah Rencana Marshall,
dan perbaikan ekonomi Eropa yang kuat merupakan faktor penjelas utama
yang membuat neraca perdagangan AS selalu defisit. Mulai tahun 1060-an,
semakin jelas terdapatnya banyak negara Eropa dan lainnya tidak tenang
memegang dolar AS sebagai cadangan devisanya, bahkan banyak yang
menukarkan dolar dengan emas pada harga yang telah ditetapkan. Susahnya,
karena peran dolar AS sangat sentral dalam sistem ini, dolar tidak dapat
didevaluasi untuk memperbaiki posisi AS terhadap negara lainnya.

Tanda-tanda krisis setidaknya terlihat dari:


pertama, pemborongan emas secara besar-besaran yang mendorong harga
pasar meroket di atas harga resmi US$35 per onsnya. Memang bank sentral
di berbagai negara telah berhasil mengendalikan harga emas, setidaknya
pada tingkat resmi, dengan membentuk “pusat emas” (gold pool) dan
melakukan operasi pasar terbuka, yang berakibat adanya pasar emas yang
terbagi menjadi dua, yaitu resmi dan tidak resmi, yang mana pemerintah AS
bersedia menukarkan dolar AS dengan emas hanya dari sumber resmi.
Kedua, menyebabkan dampak kebijakan moneter AS ke negara lain. Bila
AS menjalankan kebijakan ekspansi moneter, negara lain mau tidak mau
harus melakukan kontraksi moneter agar dapat mempertahankan kurs
parinya. Susahnya, tingkat inflasi AS selalu lebih tinggi dibanding negara-
negara Eropa.

Alasan utama runtuhnya sistem ini adalah apa yang disebut dengan dilema
Triffin: di satu sisi peran AS dalam memecahkan masalah likuiditas dunia
membuat utang AS meningkat terhadap negara lain; di sisi lain peran AS
dalam menjaga kepercayaan terhadap konvertibilitas dolar terhadap emas
telah diperlemah akibat ekspansi utang dolar.

Keraguan ini semakin nyata ketika pada tanggal 15 Agustus 1971 Presiden
AS, Richard Nixon, mengumumkan penangguhan konvertibilitas dolar AS
terhadap emas. Dengan ditinggalkannya konvertibilitas dolar terhadap emas,
dasar pengaturan kurs tetap di bawah sistem Bretton Woods telah berakhir.

ERA SISTEM KURS MENGAMBANG


PERTEMUAN 2 DAN 3
Transisi menuju sistem kurs mengambang (floating exchange rate) tidak
melalui persetujuan formal seperti saat sistem kurs tetap ala Brettoon Woods
dicanangkan. Sistem ini terjadi karena sistem sebelumnya telah runtuh dan
tidak ada persetujuan formal untuk menggantikan sistem lama.
Ciri penting sistem ini adalah selain tidak konvertibel terhadap emas, kurs
ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh
otoritas moneter. Dalam sistem ini dikenal dua macam kurs, yaitu,
 pertama,  mengambang bebas (umum) jika kurs suatu mata uang ditentukan
sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah.
Sistemnya sering disebut clean floating atau pure/freely floating rates karena
otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan ataupun memanipulasi
kurs. Bisa dipahami apabila dalam sistem ini tidak diperlukan cadangan
devisa., 
kedua, mengambang terkendali (managed or dirty floating rates) jika
otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat
tertentu. Sistem ini membutuhkan cadangan devisa, karena otoritas moneter
perlu membeli atau menjual valuta asing di pasar untuk mempengaruhi
pergerakan kurs.
 
Sistem Kurs Tertambat
Pada sistem ini, suatu negara mengaitkan nilai mata uangnya dengan suatu
mata uang lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata
uang negara partner dagang yang utama. “ Menambatkan” suatu mata uang
berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi
tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami
fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata
uang yang menjadi tambatannya. Contoh, mata uang negara Pantai Gading,
CFA franc ditambatkan terhadap franc Perancis; Peru menambatkan mata
uangnya terhadap US$.
 
Sistem Kurs Tertambat Bergerak
Pada sistem ini,suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata
uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju suatu nilai
tertentu pada rentang waktu tertentu. Namun, sistem ini dapat dimanfaatkan
oleh spekulan valas yang dapat memperoleh keuntungan besar dengan
membeli atau menjual mata uang tersebut sebelum terjadi revaluasi atau
devaluasi. Kebaikkan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur
penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs
tertambat. Sistem ini juga dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap
perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.
 
Sistem Sekeranjang Mata Uang
Banyak negara menetapkan mata uang dengan sistem ini, karena sistemnya
mirip dengan penilaian SDR (Special Drawing Rights). Keuntungan sistem
ini adalah menawarkan stabiltias mata uang suatu negara karena pergerakan
mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang
dimasukkan dalam “keranjang” umumnya ditentukan oleh perannya dalam
membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi
bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut.
Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri atas mata uang
yang berbeda dengan bobot yang berbeda. Beberapa negara, meskipun
menetapkan kursnya dalam sekeranjang mata uang, dapat memilih
melakukan transaksi utamnya dalam salah satu atau dua mata uang yag
disebut sebagai intervention currencies.

ECU (European Currency Unit), misalnya, adalah rata-rata tertimbang dari


kurs negara-negara anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), yang bobot
masing-masing mata uang ditentukan oleh pangsa GNP dan aktifitasnya
dalam perdagangan IntraEropa. Persentase bobot mata uang dalam
sekeranjang ECU adalah:: Deutsche mark 35,45%; franc Perancis 17,39%;
pound Inggris 15,78%; lira Italia 8,09%; gulden Belanda 11,09%; franc
Belgia 8,14%; franc Luxemburg 0,3%; krone Denmark 2,63%; dan pound
Irlandia 11,1%. Meskipun mata uang negara anggota diikat dalam ECU,
namun mata uang mereka mengambang terhadap mata uang nonanggota
seperti terhadap dolar AS.

 
Sistem Kurs Tetap
Pada sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata
uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk membeli atau
menjual valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya
tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.
Sampai saat ini dapat dikatakan hampir tidak ada negara yang masih
menetapkan sistem kurs yang kakau semacam ini. Negara-negara yang masih
mempertahankan sistem ini, biasanya di blok sosialis,  menerapkan sistem
kurs tetap yang diumumkan dari waktu ke waktu dan digunakan untuk semua
transasksi resmi, terutama dalam perdagangan bilateral. (Gowland, 1992).
 
Dampak penggunaan sistem nilai tukar tetap
Sering kali mengakibatkan negara terpaksa harus meminjam dalam jumlah
besar. Ini dilakukan jika pemerintah ingin mempertahankan mata uangnya
yang nilainya terlalu tinggi atau overvalued dan tidak mau mendevaluasi
mata uangnya, maka pemerintah terpaksa harus meminjam ke luar negeri
dalam jumlah yang besar. Sifat pinjaman itu sementara dan kemampuan
meminjam atau debt capacity pemerintah juga terbatas. Oleh sebab itu,
pemerintah harus dapat memberikan harapan yang positif dan rasional agar
kreditur bersedia memberikan pinjaman. Pemerintah Indonesia pernah
menggunakan sistem nilai tukar tetap sejak tahun 1971 sampai tahun 1986.
Tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa sistem ini tidak cocok dengan
perkembangan perdagangan global dan mengakibatkan utang pemerintah
meningkat terus.
 
Penggunaan sistem ini memaksa pemerintah harus melakukan devaluasi
yang ternyata dampaknya justru semakin buruk bagi ekonomi Indonesia.
Dari pengalaman diperoleh, jika Rupiah mengalami overvalued, maka
barang dan jasa produksi Indonesia menjadi kurang kompetitif, pertumbuhan
ekonomi rendah, pengangguran meningkat, dan tidak jarang utang luar
negeri membengkak karena pemerintah harus mempertahankan Rupiah yang
overvlued tersebut. Untuk menanggulangi hal itu, pemerintah harus
mendevaluasi mata uang Rupiah, tetapi apa yang terjadi, justru setelah
Rupiah didevaluasi terhadap US$, inflasi di dalam negeri meningkat.
Dampaknya tetap saja harga barang dan jasa tidak kompetitif di pasar dunia
dan ekspor tetap saja rendah. Defisit neraca pembayaran tetap tidak dapat
diperbaiki. Kondisi yang lebih buruk lagi adalah antara tahun 1978 sampai
dengan tahun 1986, terjadinya kebijakan devaluasi yang dilakukan oleh
pemerintah sebanyak tiga kali.
BISNIS GLOBAL
 PERTEMUAN 1

BISNIS INTERNASIONAL
Bisnis Internasional adalah segala aktivitas bisnis yang melewati batas-batas
wilayah suatu negara. Pelaku bisnis yang terlibat dalam bisnis internasional
dapat perorangan, swasta, pemerintah, atau campuran.

Terdapat dua macam penggolongan bisnis internasional.


Pertama, berdasarkan jenis aktivitas bisnisnya, bisnis internasional dapat
digolongkan dalam empat jenis, yaitu:
(1) perdagangan luar negeri, yaitu aktivitas ekspor dan impor barang;
(2) perdagangan jasa, seperti jasa asuransi, perbankan, hotel, konsultan,
travel dan transportasi;
(3) investasi portfolio, pembelian obligasi/saham dalam negeri oleh
orang/perusahaan asing, tanpa kontrol manajemen,
(4) investasi langsung, sering disebut penanaman modal asing (PMA) atau
foreign direct investment (FDI). (Khambala dan Ajami, 1992).

Penggolongan semacam ini sejalan dengan penggolongan pos-pos dalam


neraca pembayaran, menjadi neraca perdagangan (mencatat perdagangan
barang), transaksi berjalan (memasukkan transaksi jasa), dan neraca modal
(antara lain mencatat arus investasi asing baik langsung maupun portfolio).

Dalam perdagangan luar negeri, barang/komoditi bergerak antarnegara


sebagai ekspor atau impor. Ekspor terdiri dari barang yang meninggalkan
suatu negara. Impor berarti mendatangkan barang ke dalam suatu negara.
Aktivitas ekspor dan impor telah menjadi aktivitas bisnis internasional yang
paling fundamental dan biasanya paling besar di sebagian besar negara.
Selain berdagang barang yang tangible (dapat dilihat), negara juga berdagang
dalam jasa, seperti asuransi, perbankan, hotel, konsultan, travel dan
transportasi. Perusahaan internasional dibayar atas pelayanannya terhadap
negara lain. Pendapatan perusahaan dapat berbentuk fee atau royalti. Fee
diperoleh sebagai balas jasa atas dipenuhinya kinerja tertentu dan dapat
diperoleh dari persetujuan kontrak jangka panjang dan pendek, seperti
kontrak manajemen ataupun konsultasi. Royalti adalah balas jasa atas
digunakannya “kekayaan khusus” perusahaan, seperti hak patent, nama,
merek, proses produksi, informasi, teknologi, oleh perusahaan lain.

Investasi portfolio adalah investasi keuangan yang dilakukan di luar negeri.


Investor membeli utang atau ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat
finansial dari investasi tersebut. Bentuk investasi porfolio yang sering
ditemui adalah pembelian obligasi/saham dalam negeri oleh
orang/perusahaan asing, tanpa kontrol manajemen.
Investasi langsung oleh penduduk atau asing dapat berupa kontrol penuh atau
parsial melalui partisipasi modal dan manajemen. Investasi ini sering disebut
penanaman modal asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI).
Kontrol perusahaan bervariasi dari kontrol penuh (bila suatu perusahaan
memiliki saham anak cabangnya di luar negeri secara penuh), hingga kontrol
parsial (seperti patungan dengan perusahaan asing atau perusahaan domestik
atau pemerintah lain).

Penggolongan bisnis internasional  kedua berdasarkan tahapan evolusioner


perkembangan perusahaan (Higgins dan Vincze, 1994). Argumentasinya,
suatu perusahaan tidak mungkin tumbuh dan berkembang menjadi
perusahaan multinasional atau global dalam tempo semalam.

 
Lima Tahap Internasionalisasi Bisnis
  Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
Kontak Tidak Langsung Langsung Langsung, aktif Langsung
dengan langsung, , aktif , aktif , aktif
pasar pasif
Internasio
nal
Fokus Domestik Domestik Domestik Domestik dan Internasio
operasi dan Internasional nal
Internasio Internasio
nal nal
Orientasi Domestik Domestik Terutama Multinasional/multido Global
perusahaa domestik mestik (operasi di (dengan
n dalam negeri modifikas
dipandang sebagai i
salah satu bagian) domestik)
Macam Perdagan Perdagan Perdagan Perdagangan luar Perdagan
aktivitas gan luar gan luar gan luar negeri, bantuan luar gan luar
Internasio negeri negeri negeri, negeri, investasi asing negeri,
nal dalam dalam bantuan langsung bantuan
barang barang luar luar
dan jasa dan jasa negeri, negeri,
investasi investasi
asing asing
langsung langsung
Struktur Domestik Departem Divisi Struktur global Struktur
organisasi tradisiona en internasio global
l internasio nal
nal
 
Tabel di atas juga memperlihatkan perbedaan antara perusahaan
multidomestik/multinasional dan perusahaan global. Perusahaan
multinasional beroperasi melewati batas-batas wilayah negara dan
melakukan bisnis di beberapa negara yang berbeda, namun memperlakukan
setiap negara sebagai pasar yang berbeda, dan mengembangkan produk
untuk masing-masing pasar.

Perusahaan multinasional mungkin saja memiliki pabrik di luar negeri,


organisasi penjualan, aliansi/mitra usaha, namun tidak berpikir secara global.
Selain itu, perusahaan multinasional beroperasi seolah-olah masing-masing
negara tidak ada kaitannya satu sama lain. Singkatnya, perusahaan
multinasional memformulasiksn strategi yang berbeda untuk tiap negara dan
tidak pernah menerapkan strategi global yang terpadu. Perusahaan seperti
AT&T, Apple computers dan Federal Express adalah contoh prusahaan
multinasional karena mereka tidak mendisain produknya untuk pasar global.

Di sisi lain, perusahaan seperti Ford Motor Company, Unilever, Mazda,


Matsushita Electric Company, Sony dan General Electric merupakan
perusahaan global karena selain memproduksi untuk pasar global,
perusahaan-perusahaan ini memiliki jaringan manufaktur/jasa internasional,
pemasaran, keuangan, dan sumberdaya manusia yang terkoordinasi dan
terpadu.
 
BERBAGAI CARA GO INTERNASIONAL
 
Perusahaan yang bermaksud melakukan ekspansi usahanya ke luar negeri
dapat menempuh beberapa alternatif metode berikut ini:
 
1.      Ekspor
Kegiatan ekspor merupakan bentuk keterlibatan negara dalam aktivitas bisnis
internasional yang paling sederhana. Perusahaan menggunakan kapasitas
domestik yang dimilikinya untuk produksi, distribusi, administrasi, dan
mengalokasikan sejumlah tertentu produksi dalam negerinya untuk pasar luar
negeri. Perusahaan membuat barang secara lokal dan mengirimkannya ke
pasar internasional lewat udara, kapal, kereta api, truk, atau bahkan jaringan
pipa melewati batas suatu negara.

Dalam praktiknya, suatu perusahaan dapat menjadi eksportis langsung atau


tidak langsung. Eksportir langsung, berarti perusahaan tersebut melayani
seluruh tahap ekspor dari penjualan hingga pengiriman barang. Sedangkan
eksportir tidak langsung, eksportir menyewa seseorang/perusahaan lain
untuk mempermudah perdagangan.
Perantara semacam ini, akan mendapatkan sejumlah fee. Ada beberapa jenis-
jenis perantara:
(1) agen eksportir manufaktur (manufacturers’ export agents), yang menjual
produk perusahaan di luar negeri;
(2) wakil manufaktur (manufacturer’s representatives), yang menjual
produk-produk sejumlah perusahaan eksportir di pasar luar negeri;
(3) agen komisi ekspor (export commission agents), yang bertindak sebagai
pembeli untuk pasar luar negeri;
(4) pedagang ekspor (export merchants), yang membeli dan menjual
produknya sendiri untuk berbagai pasar.

Mekanisme kegiatan ekspor memerlukan hal-hal sebagai berikut:


(1) ijin dari pemerintah dalam negeri (misalnya, untuk produk makanan,
teknologi, dan beberapa produk yang penting dipandang dari keamanan
nasional);
(2) jaminan transportasi yang dapat dipercaya dan asuransi transit;
(3) dipenuhinya persyaratan-persyaratan yang diminta negara pengimpor,
seperti pembayaran bea cukai, deklarasi, dan pengawasan. Sebelum transaksi
selesai, pembayaran cara pembayaran harus dibuat.
Dalam perjanjian tersebut, kedua belah pihak harus menyatakan secara
eksplisit syarat-syarat penjualan dan apakah pembeli akan memperpanjang
kredit, membuka L/C (letter of credit), membayar di muka, atau membayar
dengan tunai pada saat pengiriman.

Selain itu, mata uang apa yang digunakan dalam perdagangan juga harus
dicantumkan, terutama bila kurs mata uang yang digunakan sering
berfluktuasi.

Kelebihan dan kekurangan metode ekspor untuk menembus pasar


internasional adalah sebagai berikut:
Kelebihan Kekurangan
Ò       Risiko amat kecil, penjualan Ó       Melakukan ekspor mungkin
meningkat, dan mengurangi stok lebih mahal dibanding metode lain
perusahaan. dilihat dari per unit biaya terutama
Ò       Eksportir tidak terlibat dalam biaya-biaya komisi, bea ekspor,
masalah yang berkaitan dengan iklim pajak, dan transportasi, dan juga
usaha di luar negeri. karena kesalahan yang sering
Ò       Melakukan ekspor merupakan dilakukan oleh pemula.
cara mudah untuk mengidentifikasi Ó       Ekspor kurang dapat digunakan
potensi pasar dan memperkenalkan sebagai alat penetrasi pasar yang
merek dagang. optimal karena pengepakan atau
promosi yang kurang digarap dengan
benar.
Ó       Tambahan pangsa psar dapat
hilang bila pesaing lokal menjiplak
produk/jasa yang ditawarkan
eksportir.
 
2.      Lisensi
Melalui lisensi (licensing), perusahaan pemberi lisensi menghibahkan
beberapa hak (intangible rights) kepada perusahaan asing, yang meliputi
pemberian hak untuk memproses, hak paten, program, merek, hak cipta, atau
keahlian. Intinya, penerima lisensi membeli kekayaan milik perusahaan lain
dalam bentuk pengetahuan (how know) atau riset dan pengembangan.
Pemberi liesensi dapat memberikan lisensi hak-hak khusus ini secara
eksklusif kepada suatu perusahaan atau beberapa perusahaan.

 Kelebihan dan kekurangan perusahaan lisensi dalam menembus pasar


internasional adalah sebagai berikut:
Kelebihan Kekurangan
Ò  Pemberi lisensi menerima Ó  Membatasi kesempatan mendapat
tambahan keuntungan dibanding keuntungan pada masa depan karena
hanya terpaku pada suatu hak khusus perusahaan diperluas
proses/metode di dalam negeri. sampai periode tertentu.
Ò Dapat memperluas siklus hidup Ó Dengan memberikan hak kepada
produk perusahaan. perusahaan lain, perusahaan pemberi
Ò Perusahaan pemberi lisensi sering lisensi kehilangan kotrol terhadap
mengalami peningkatan penjualan kualitas produk dan proses
atas penggantian suku cadang di luar penyalahgunaan terhadap reputasi
negeri. perusahaan.
Ò Bagi perusahaan penerima lisensi
akan mendapat hak memproses dan
teknologi, yang pada gilirannya
mengurangi biaya riset dan
pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai