Ketentuan perkuliaahan
ketentuan umum
Ketentuan khusus
5. Penilaian
a. Penilaian terdiri dari unsur, nilai harian, nilai tengah semester dan
nilai akhir semester
b. Nilai harian terdiri dari ulangan harian baik tertulis maupun lisan,
tugas individu/kelompok, kehadiran, kreatifitas,kejujuran
c. Nilai tengah semester merupakan nilai dari ujian tertulis
d. Nilai akhir semester merupakan nilai dari ujian tertulis
Esensi dasar ajaran Keynes
1. Menentang Hukum Say (Supply creates its own demand) dengan
mengatakan bahwa :
a) penawaran agregat tidak berbentuk vertical tapi berbentuk huruf “L” yang
terbalik;
b) permintaan agregat sama dengan Y = C + I + G + X – M;
c) adanya dampak pengganda investasi.
Revolusi Keynes
Ò Setelah PD II (sekitar 30 tahun), terdapat consensus global bahwa ilmu
ekonomi dinobatkan sebagai ratu ilmu social, misal, semakin banyaknya
pakar ekonomi menerima hadiah nobel. Penganugrahan gelar ratu tsb berasal
dari pemikiran John Maynard Keynes (Holland, 1987)
KEYNES FRIEDMAN
Permintaan efektif Penawaran uang (money supply)
Merupakan focus kebijakan yang Merupakan fokus kebijakan yang
utama utama
Kebijakan moneter Kebijakan moneter
Tidak signifikan; menganjurkan Amat penting; menganjurkan
tingkat bunga rendah pertumbuhan jumlah uang beredar
dan tingkat bunga riil yang konsisten.
Kebijakan fiskal dan anggaran Kebijakan fiskal dan anggaran
Ò Instrument utama menentang Ò Menentang kebijakan anggaran
kebijakan moneter; dan fiskal yang deficit;
Ò Menganjurkan anggaran yang Ò Menganjurkan anggaran
tidak seimbang berimbang (netral)
Tingkat kesempatan kerja harus Mentoleransi tingkat pengangguran
terkendali yang “alami” (natural)
Upah dikendalikan Tingkat upah
Terutama jika terdapat kesenjangan Ditentukan oleh permintaan dan
indicator (inflationary gap) penawaran
Mekanisme pasar Mekanisme pasar
Diasumsikan tidak stabil equilibrium Diasumsikan stabil/equilibrium dalam
dan terjadi keseimbangan jangka panjang dan terdapat
pemerataan kesempatan.
Intervensi Negara Intervensi negara
Ò Manajemen sisi permintaan Ò Minimal dan campur tangan
yang permanen. dikurangi
Ò Sisi penawaran Negara
mengikuti dan mempermudah
Sektor publik Sektor publik
Ò Memainkan peran permintaan Dikurangi dan jika mungkin
yang aktif ‘dihitungkan’ dengan swastanisasi
Ò Mengurangi pengeluaran pengeluaran publik dan perusahaan
dengan inflasi milik negara
Kurs Kurs
Terkendali dan dapat disesuaikan Mengambang (floating)
(managed and adjusted)
Mingguu 2: SISTEM MONETER INTERNASIONAL
Di lain hal, soft currency adalah mata uang yang tidak secara luas diterima
sebagai media dalam transaksi keuangan internasional. Biasanya mata uang
semacam ini tidak memiliki pasar bebas atau valuta asing yang
memperdagangkannya. Dengan demikian, mata uang ini tidak mudah
diperoleh apalagi dijual. Di banyak negara ini biasanya disertai dengan
kontrol otoritas moneter terhadap arus keluar masuk mata uang ini. Mata
uang yang tidak konvertibel misalnya mata uang negara-negara sosialis
Eropa Timur ( seperti ruble Rusia, zioty Polandia) dan negara-negara sedang
berkembang (seperti yuen China, cruzeiro Brazil, Rupiah Indonesia) yang
masih tidak dapat digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan
internasional.
Dalam praktik, jika konvertibilitas penuh dari suatu mata uang dihambat,
pasar gelap (black market) sering muncul dan beroperasi di luar kontrol
pemerintah. Pada dasarnya pasar gelap adalah suatu pasar bebas yang
berdampingan dengan pasar resmi dan menawarkan konversi penuh dalam
mata uang lokal kendati ditambah premi yang cukup substansi di atas tarif
resmi. Di kebanyakan negara sedang berkembang (NSB), pasar gelap sering
beroperasi di sekitar taman, hotel internasional atau terminal transportasi.
Sejarah singkat Standar Moneter Internasional (SMI)
Konsep tradisional mengenai konvertibelitas mata uang mengajarkan bahwa
standar komoditi beroperasi atas dasar full-bodied coins, artinya nilai mata
uang adalah sama dengan nilai logam pembuatnya. Dengan kata lain, nilai
intrinsik (nilai logam pembuat uang) sama dengan nilai nominalnya (nilai
yang tertera pada mata uang tersebut). Oleh karena itu, mata uang ini sering
dinamakan gold specle standard karena nilai logam emas persis sama
dengan nilai intrinsiknya. Pada saat yang sama berlaku pula sistem emas
batangan (gold bullion standard) di mana tidak ada hubungan langsung
antara emas dengan mata uang; mata uang tidak berbentuk emas atau kertas,
namun nilai nominal dapat lebih besar dibanding nilai intrinsiknya.
Standar emas dapat dilihat dari ciri-ciri penting yang dapat dilihat dari
aturan dasarnya, yaitu:
Pertama, suatu negara yang menganut standar emas menetapkan nilai mata
uangnya dalam nilai emas. Caranya, pemerintah di negara tersebut
menentukan harga emas dalam mata uangnya dan siap membeli serta
menjual emas pada tingkat harga itu. Inilah yang dikenal sebagai
konvertibilitas dua arah antara mata uang domestik dengan emas.
Sebagai contoh, di Inggris satu ons emas murni dihargai £4,24. Karena nilai
emas yang sama di AS adalah $20,67, secara implisit berarti £1= $4,87
(diperoleh dari $20,67/£4,24). Dengan kata lain, paritas artayasa antara dolar
AS dan pousterling adalah $4,87 setiap pound, yang tetap tidak berubah
secara signifikan dari tahun 1880 sampai 1914.
Aturan dasar kedua dari standar emas murni adalah bahwa aliran impor dan
ekspor emas diijinkan bebas (tanpa hambatan) antar negara. Perdagangan
emas secara bebas menjamin bahwa kurs pasar tidak akan menyimpang
banyak dari kurs paritas artayasa. Kalau toh dalam praktik terjadi
penyimpangan dari kurs paritas artayasa akaibat adanya biaya transaksi
(terutama biaya pengangkutan emas), kurs tersebut selalu berada di antara
titik ekspor emas (kurs yang tertinggi yang mungkin terjadi) dan titik impor
emas (kurs terendah yang mungkin terjadi).
Aturan dasar ketiga dalam standar emas menyebutkan bahwa otoritas
moneter harus memegang cadangan emas dalam kaitannya dengan uang
kertas yang dikeluarkannya. Cadangan emas ini memungkinkan otoritas
moneter untuk membeli dan menjual emas tanpa takut tidak dapat memenuhi
permintaan masyarkat.
Karena nilai emas relatif tidak berubah banyak dibandingkan barang dan jasa
lain dalam jangka waktu yang cukup lama, disiplin moneter dalam standar
emas dapat menjamin stabilitas harga dalam jangka panjang. Ini benar-benar
terjadi sebelum meletusnya PD I ketika hampir semua negara menerapkan
standar emas. Data yang ada menunjukkan bahwa tingkat harga umum pada
awal PD I tidak banyak berbeda dengan tingkat harga umum pada akhir abad
ke -18 sebelum Perang Napoleon berkobar; sangat kontras dengan tingkat
harga setelah PD II di mana angka indeks harga konsumen pada tahun 1985
melonjak berlipat kali angka pada tahun 1950 (Shapiro, 1992)
NONSISTEM
Sistem moneter dunia belakangan ini mengalami disintegrasi menjadi blok-
blok mata uang, seperti blok sterling dan blok dolar. Dalam setiap blok mata
uang terdapat beberapa negara anggota yang tidak menganut sistem
pengawasan devisa terhadap negara di luar blok. Suatu blok mata uang masih
berdasarkan emas dengan mengambangkan kurs mereka. Apa yang terjadi
ternyata adalah kekacauan moneter. Maka bermuncullah sistem kurs dirty
float (mengambang dengan campur tangan pemerintah), runtuhnya blok-blok
mata uang, dan sistem moneter yang disepakati pun hancur berantakan. Ini
diperparah dengan menjamurnya pengawasan devisa, tarif dan restriksi
perdagangan lainnya.
Fenomena yang terakhir ini dinamakan nonsistem dalam SMI, dimana mata
uang ditentukan secara arbiter oleh penguasa dan mekanisme pasar.
Devaluasi sterling diikuti 25 negara yang mendevaluasi mata uangnya untuk
mempertahankan daya saing produk perdagangannya. Perang perdagangan
yang dikenal dengan nam beggar-thy-neighbor (politik memiskinkan negara
tetangga) terjadi, dimana semua negara menurunkan nilai mata uangna agar
dapat menaikkan ekspor dan menurunkan impor. Banyak yang sependapat
bahwa kebijakan perdagangan dan kurs yang proteksionis telah
memperparah depresi dunia. Akibatnya perdagangan dan
keunganinternasional kacau sekaligus memberikan pelajaran bagi generasi
berikutnya bahwa upaya preventif keadaan kacau semacam itu merupakan
tujuan utama dari SMI.
SISTEM BRETTON WOODS
Sistem ini beroperasi atas dasar standar pertukaran emas (gold exchange
standard). Setiap negara diminta menetapkan nilai pari mata uangnya dengan
kurs tetap atau tertambat terhadap dolar AS atau emas. Karena satu ons emas
nilainya ditentukan sebesar $35, penentuan harga emas di suatu negara
berarti menentukan kurs mata uangnya relatif terhadap dolar. Sebagai
contoh, DM ditentukan nilainya identik dengan 1/140 ons emas, artinya
1DM bernilai $0,25 ($35/140). Kurs tersebut diperbolehkan berfluktuasi
dengan batas1% dari nilai pari. Nilai kurs tetap ini dipertahankan dengan
campur tangan bank sentral negara tersebut dalam pasar valuta asing.
Campur tangan ini dilakukan dalam bentuk pembelian dan penjualan dolar
oleh bank sentral negara di luar AS terhadap mata uangnya sendiri apabila
kondisi permintaan dan penawaran di pasar menyebabkan kurs menyimpang
dari nilai pari yang telah disepakati.
Konsep moderen tentang konvertibilitas mata uang sering diasosiasikan
dengan peranan Amerika Serikat (AS) dalam menstabilkan sistem moneter
dunia (McKinnon, 1979). Peran AS yang asimetris namun sentral dapat
dipahami dengan menelusuri evolusi perannyan yang melewati empat tahap:
(1) Rencana Marshal dan periode perbaikan Eropa (1948-59),
(2) realisasi penjualan Bretton Woods dan sistem kurs tetap yang identik
dengan standar dolar-emas (1959-68),
(3) persetujuan Smithsonian yang menandai periode sistem kurs tertambat
(pegged exchange rates) yang penuh ketidakpastian (1969-73), dan
(4) sistem kurs mengambang dari mata uang yang konvertibel terutama di
negara-negara industri.
Alasan utama runtuhnya sistem ini adalah apa yang disebut dengan dilema
Triffin: di satu sisi peran AS dalam memecahkan masalah likuiditas dunia
membuat utang AS meningkat terhadap negara lain; di sisi lain peran AS
dalam menjaga kepercayaan terhadap konvertibilitas dolar terhadap emas
telah diperlemah akibat ekspansi utang dolar.
Keraguan ini semakin nyata ketika pada tanggal 15 Agustus 1971 Presiden
AS, Richard Nixon, mengumumkan penangguhan konvertibilitas dolar AS
terhadap emas. Dengan ditinggalkannya konvertibilitas dolar terhadap emas,
dasar pengaturan kurs tetap di bawah sistem Bretton Woods telah berakhir.
Sistem Kurs Tetap
Pada sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas mata
uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk membeli atau
menjual valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya
tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.
Sampai saat ini dapat dikatakan hampir tidak ada negara yang masih
menetapkan sistem kurs yang kakau semacam ini. Negara-negara yang masih
mempertahankan sistem ini, biasanya di blok sosialis, menerapkan sistem
kurs tetap yang diumumkan dari waktu ke waktu dan digunakan untuk semua
transasksi resmi, terutama dalam perdagangan bilateral. (Gowland, 1992).
Dampak penggunaan sistem nilai tukar tetap
Sering kali mengakibatkan negara terpaksa harus meminjam dalam jumlah
besar. Ini dilakukan jika pemerintah ingin mempertahankan mata uangnya
yang nilainya terlalu tinggi atau overvalued dan tidak mau mendevaluasi
mata uangnya, maka pemerintah terpaksa harus meminjam ke luar negeri
dalam jumlah yang besar. Sifat pinjaman itu sementara dan kemampuan
meminjam atau debt capacity pemerintah juga terbatas. Oleh sebab itu,
pemerintah harus dapat memberikan harapan yang positif dan rasional agar
kreditur bersedia memberikan pinjaman. Pemerintah Indonesia pernah
menggunakan sistem nilai tukar tetap sejak tahun 1971 sampai tahun 1986.
Tetapi, pengalaman menunjukkan bahwa sistem ini tidak cocok dengan
perkembangan perdagangan global dan mengakibatkan utang pemerintah
meningkat terus.
Penggunaan sistem ini memaksa pemerintah harus melakukan devaluasi
yang ternyata dampaknya justru semakin buruk bagi ekonomi Indonesia.
Dari pengalaman diperoleh, jika Rupiah mengalami overvalued, maka
barang dan jasa produksi Indonesia menjadi kurang kompetitif, pertumbuhan
ekonomi rendah, pengangguran meningkat, dan tidak jarang utang luar
negeri membengkak karena pemerintah harus mempertahankan Rupiah yang
overvlued tersebut. Untuk menanggulangi hal itu, pemerintah harus
mendevaluasi mata uang Rupiah, tetapi apa yang terjadi, justru setelah
Rupiah didevaluasi terhadap US$, inflasi di dalam negeri meningkat.
Dampaknya tetap saja harga barang dan jasa tidak kompetitif di pasar dunia
dan ekspor tetap saja rendah. Defisit neraca pembayaran tetap tidak dapat
diperbaiki. Kondisi yang lebih buruk lagi adalah antara tahun 1978 sampai
dengan tahun 1986, terjadinya kebijakan devaluasi yang dilakukan oleh
pemerintah sebanyak tiga kali.
BISNIS GLOBAL
PERTEMUAN 1
BISNIS INTERNASIONAL
Bisnis Internasional adalah segala aktivitas bisnis yang melewati batas-batas
wilayah suatu negara. Pelaku bisnis yang terlibat dalam bisnis internasional
dapat perorangan, swasta, pemerintah, atau campuran.
Lima Tahap Internasionalisasi Bisnis
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
Kontak Tidak Langsung Langsung Langsung, aktif Langsung
dengan langsung, , aktif , aktif , aktif
pasar pasif
Internasio
nal
Fokus Domestik Domestik Domestik Domestik dan Internasio
operasi dan Internasional nal
Internasio Internasio
nal nal
Orientasi Domestik Domestik Terutama Multinasional/multido Global
perusahaa domestik mestik (operasi di (dengan
n dalam negeri modifikas
dipandang sebagai i
salah satu bagian) domestik)
Macam Perdagan Perdagan Perdagan Perdagangan luar Perdagan
aktivitas gan luar gan luar gan luar negeri, bantuan luar gan luar
Internasio negeri negeri negeri, negeri, investasi asing negeri,
nal dalam dalam bantuan langsung bantuan
barang barang luar luar
dan jasa dan jasa negeri, negeri,
investasi investasi
asing asing
langsung langsung
Struktur Domestik Departem Divisi Struktur global Struktur
organisasi tradisiona en internasio global
l internasio nal
nal
Tabel di atas juga memperlihatkan perbedaan antara perusahaan
multidomestik/multinasional dan perusahaan global. Perusahaan
multinasional beroperasi melewati batas-batas wilayah negara dan
melakukan bisnis di beberapa negara yang berbeda, namun memperlakukan
setiap negara sebagai pasar yang berbeda, dan mengembangkan produk
untuk masing-masing pasar.
Selain itu, mata uang apa yang digunakan dalam perdagangan juga harus
dicantumkan, terutama bila kurs mata uang yang digunakan sering
berfluktuasi.