Anda di halaman 1dari 20

HUKUM ASURANSI

DI INDONESIA
Nama :
- Lita Oktavia Sundari Ritonga
- Nur Rizki W Medari

Kelas :
MB6A
Dasar-Dasar Hukum
Asuransi
Menurut Ketentuan Undang–undang No. 2 tahun 1992 tertanggal 11 Februari 1992
tentang Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan adalah
perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan
diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka asuransi merupakan suatu bentuk


perjanjian dimana harus dipenuhi syarat sebagaimana dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
namun dengan karakteristik bahwa asuransi adalah persetujuan yang bersifat untung-
untungan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1774 KUH Perdata. Menurut Pasal
1774 KUH Perdata, “Suatu persetujuan untung–untungan (kansovereenkomst) adalah
suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak
maupun bagi sementara pihak, bergantung kepada suatu kejadian yang belum tentu”.
Di dalam KUHD yang tersebar pada :
1. Buku 1 bab IX, mengatur tentang pertanggungan pada umumnya
2. Buku I Bab X, mengatur pertanggungan terhadap bahaya kebakaran,
terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian dan tentang
pertanggungan jiwa.
3. Buku II Bab IX, mengatur terhadap bahaya-bahaya laut dan
perbudakan.
4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
5. Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 Tentang Perasuransian
6. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 53/
PMK.010/2012 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
Dan Perusahaan Reasuransi.
7. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) terkait hukum asuransi.
8. Pasal 247 KUHD menyebutkan beberapa jenis asuransi yaitu
asuransi kebakaran, asuransi hasil pertanian, asuransi jiwa, dan
pengangkutan.
Beberapa hal penting mengenai asuransi:
1. Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata;
2. Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah
ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar). Namun demikian, hal
ini tidak sejalan dengan ketentuan dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999
tertanggal 20 April 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
3. Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung,
namun dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan
yang akan menerima tanggungan;
4. Adanya premi sebagai yang merupakan bukti bahwa Tertanggung setuju untuk
diadakan perjanjian asuransi;
5. Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat untuk
melaksanakan kewajibannya.
Pengaturan Asuransi di
Indonesia
Di Indonesia hukum perasuransian tertulis di dalam KUH Perdata, KUHD
(Kitab Undang Undang Hukum Dagang), undang-undang, peraturan pemerintah
dan keputusan menteri. Peraturan perundangan perasuransian tersebut digunakan
sebagai dasar acuan pembinaan dan pengawasan atas usaha perasuransian di
Indonesia sejak kolonial Belanda sampai kini, baik itu asuransi yang konvensional
maupun asuransi syariah.
Tugas DPR dan pemerintah untuk menciptakan peraturan perasuransian bagi
masyarakat dan mengenalkan asuransi itu kepada masyarakat luas agar tercipta
usaha bisnis asuransi yang sehat dan halal, sehingga masyarakat yang menggunakan
asuransi dapat memperoleh perlindungan dan kepastian hukum. Selain itu dengan
adanya bisnis asuransi yang sehat maka perusahaan asuransi dapat menikmati hasil
usahanya sebagaimana yang mereka harapkan yang pada akhirnya tercipta
pembangunan ekonomi yang baik di masyarakat.
Selain itu, usaha pemerintah untuk Adapun peraturan perasuransian yang
mengembangkan bidang usaha asuransi ini juga dimaksud antara lain adalah
bisa dilihat dengan mengeluarkan berbagai Keputusan Presiden RI nomor 40
peraturan tentang perizinan usaha perusahaan tahun 1988 tentang pengawasan dan
asuransi dan keputusan menteri mengenai Keuangan Republik Indonesia nomor
berbagai hal yang berkenaan dengan keperluan 1249/KMK.013/1988 tentang tata cara
asuransi. pelaksanaan usaha dibidang asuransi
Sekarang di negara merdeka Indonesia kerugian dan Keputusan Menteri
usaha perasuransian telah banyak di keluarkan Keuangan nomor 1250/KMK.031/1988
peraturan baik yang berupa undang-undang, tentang usaha asuransi jiwa
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri pembinaan terhadap perusahaan
Keuangan maupun peraturan lainnya. Peraturan asuransi kerugian, Keputusan Menteri
yang dibuat sebelum Undang undang No. 2
Tahun 1992 tentang perasuransian ini tetap
berlaku selama tidak bertentangan dengan
undang undang seperti Keputusan Presiden atau
keputusan Menteri Keuangan.
Selama beberapa tahun belakangan ini, perkembangan asuransi di Indonesia menunjukkan
angka kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi menunjukkan geliat pertumbuhan di dalam
usaha yang mereka jalankan, yang mana semakin hari semakin banyak nasabah yang mengunakan
layanan asuransi di dalam kehidupan mereka. Kesadaran masyarakat akan pentingnya sebuah
Modern PowerPoint Presentation
perlindungan atas berbagai macam risiko yang bisa terjadi dan menimpa diri mereka sewaktu-
waktu adalah salah satu penyebab tingginya jumlah pengguna asuransi belakangan ini. Hal ini tentu
saja menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi perusahaan asuransi yang menyediakan layanan
asuransi, di mana akan semakin luas pasar yang bisa diolah dan dijadikan sebagai sasaran penjualan
produk yang mereka miliki.
Modern PowerPoint Presentation
Di dalam layanan yang diberikan oleh perusahaan asuransi, masyarakat juga mendapatkan
dukungan dalam bentuk perlindungan atas berbagai resiko dan juga kerugian yang bisa saja
menimpa mereka sewaktu-waktu, terutama di saat mereka sedang menjalankan usahanya. Hal ini
menunjukkan betapa perkembangan asuransi juga memiliki peran yang cukup besar di dalam
pertumbuhan ekonomi Modern PowerPoint
dan pembangunan yang Presentation
terjadi belakangan ini. Pemahaman masyarakat
yang semakin baik mengenai pentingnya perlindungan sebuah asuransi juga menjadi sebuah hal
yang mempengaruhi kemajuan di dalam bisnis asuransi itu sendiri.
Dengan demikian peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar acuan
pembinaan dan pengawasan atas usaha perasuransian di Indonesia yang dipergunakan
hingga sampai saat ini adalah:

3. PP No. 63 Tahun 1999 tentang


1. UU RI No. 2 Tahun 1992 perubahan PP No. 73 tahun 1992
tentang Usaha Perasuransian tentang Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian

2. PP No.73 tahun 1992 tentang 4. PP No. 39 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Usaha perubahan kedua atas PP No. 73
Perasuransian Tahun 1992 tentang
Penyelenggaraan Usaha
Perasuransian
5. PP No. 81 Tahun 2008 tentang perubahan terakhir atas PP No. 73
Tahun 1992 tentang
Your Text HerePenyelenggaraan Usaha Perasuransian
6. Keputusan Menteri Keuangan, antara lain:
• No.223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993
tentang perizinan perusahaan asuransi dan reasuransi.
• No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang kesehatan
keuangan perusahaan asuransi atau reasuransi.
• No.225/KMK.017/1993
Your Text Here
tanggal 26 Februari 1993 tentang
penyelenggaraan usaha perusahaan asuransi atau reasuransi.
• No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang perizinan
dan penyelenggaran kegiatan usaha perusahaan penunjang usaha
asuransi.
Aspek Dan Asas Hukum Dalam
Perjanjian Asuransi
ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN ASURANSI
Di Indonesia saat ini, pengertian asuransi tercantum di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
dan diatur secara khusus di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Hubungan
hukum dalam perjanjian asuransi melahirkan hak dan kewajiban para pihak. Dengan demikian, perikatannya
bersumber dari perjanjian. Sehubungan dengan ketentuan perjanjian tidak diatur dalam KUHD maupun
Undang - Undang No.2 Tahun 1992, maka seluruh ketentuan yang terkait dengan ketentuan perjanjian pada
umunya berlaku KUH Perdata. Ketentuan tersebut didasari keberlakuannya berdasarkan atas lex specialis derogate
lege generalis , bahwa apabila ketentuan khusus(KUHD) tidak mengatur tentang perjanjian, maka akan berlaku
ketentuan hukum (KUH Perdata). Dalam KUH Perdata tidak diatur secara khusus mengenai asuransi ini, dan
perjanjian tidak diatur dalam KUH Dagang, maka untuk perjanjian asuransi pun akan berlaku ketentuan
KUH Perdata berdasarkan Pasal 1 KUHD bahwa ketentuan umum perjanjian dalam KUH Perdata dapat berlaku
bagi perjanjian asuransi. Pasal 1 KUHD tersebut merupakan cerminan atas asa lex specialis derogate lege
generalis.

Ruang lingkup perlindungan asuransi yang diatur dalam Pasal 246 KUH meliputi:
(1) Kerugian
(2) kerusakan
(3) kehilangan keuntungan.
Ketiga lingkup produk perlindungan tersebut digolongkan kepadaasuransi kerugian, yaitu golongan asuransi
yang pada umumnya mempunyai objek yang bersifat materiil.
Ruang lingkup perlindungan asuransi yang diatur dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1992 meliputi:
1) kerugian
2) kerusakan
3) kehilangan keuntungan
4) Tanggung jawab Hukum terhadap pihak ketiga
5) atas meninggalnya seseorang
6) atas hidupnya seseorang (bunga cagak hidup).
Dengan demikian ruang lingkup perlindungan meliputi asuransi yang dapat digolongkan sebagai asuransi kerugian
sebagaimana yang sama diatur dlm KUHD, dan mengakomodasi kebutuhan masyarakat, yaitu ditambah asuransi
tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga yang sekarang ini sangat berkembang, serta asuransi sejumlah uang, dan
bunga cagak hidup.
Memperhatikan ruang lingkup perlindungan yang diatur dalam KUHD Pasal 246 dapat dinyatakan hanya mengatur
asuransi kerugian, tidak mengatur asuransi sejumlah uang misalnya, asuransi jiwa.

Selanjutnya asuransi jiwa disebutkan dalam Pasal 247 KUHD. Dari ketentuan Pasal tersebut diatas pada prinsipnya ada
dua jenis asuransi, yaitu:
1. Asuransi kerugian, yang meliputi asuransi kebakaran, asuransi hasil pertanian, asuransi laut,serta asuransi
pengangkutan.
2. Asuransi Jiwa. Pada asuransi jiwa “peristiwa yang tak tertentu” terjadi, bila terjadi kematian dalam tenggang waktu
yang lebih singkat daripada waktu yang disebutkan dalam polis. Pada asuransi jiwa jumlah uang ganti kerugian telah
ditetapkan terlebih dahulu (Pasal 305 KUHD).
Asas Asas Hukum Perjanjian Asuransi

Berdasarkan Pasal 1 KUHD, ketentuan umum perjanjian asuransi dalam KUH Perdata dapat berlaku pula dalam
perjanjian khusus.Dengan demikian, perusahaan asuransi (penanggung) dan pemegang polis (tertanggung) harus
tunduk pada beberapa ketentuan dalam KUH Perdata, termasuk asas-asas yang terdapat dalam KUH Perdata. Asas-
asas hukum dalam KUH Perdata tersebut antara lain :

a) Asas Konsensual Asas Konsensual terkandung dalam pasal 1320 ayat (1) KUH Perdata, Syarat terjadi persetujuan
yang sah, perlu dipenuhi 4 syarat :
• Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
• Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
• Suatu pokok persoalan tertentu
• Suatu sebab yang tidak terlarang
Melihat isi dari pasal 1320 ayat (1) diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu sahnya perjanjian dan mengikat yaitu
adanya kata “sepakat” antara kedua belah pihak. Jika sudah adanya kata “sepakat” antara kedua belah pihak maka
setiap perjanjian mengikat para pihak yang membuatnya.

b) Asas kebebasan berkontrak terkandung dalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang berisi : “ Semua persetujuan
yang dibuat sesuai dengan Undang-Undang berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuat nya”.
Menurut Sultan Remy Sjahdeini, ruang lingkup asas kebebasan berkontrak meliputi :
• Kebebasan untuk membuat atau tidak membuat perjanjian
• Kebebasan untuk memilih pihak dengan siapa ia ingin membuat perjanjian
• Kebebasan untuk menentukan isi (causa) dari perjanjian yang dibuatnya
• Kebebasan untuk menentukan objek perjanjian
• Kebebasan untuk menentukan bentuk suatu perjanjian
• Kebebasan untuk menerima atau menyimpangi ketentuan Undang-Undang yang bersifat opsional.

c) Asas kekuatan mengikat


Asas kekuatan mengikat disebut juga asas pacta sunt servanda, yang secara konkrit dapat dicermati dalam pasal
1338 ayat (1) KUH Perdata yang memuat ketentuan impresif. Apabila dihubungkan dengan perjanjian asuransi
berarti para pihak penanggung dan tertanggung atau pemegang polis terikat untuk melaksanakan ketentuan
perjanjian yang telah disepakatinya. Sebab, perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak memiliki kekuatan
mengikat sebagaimana Undang-Undang yang memilki akibat hukum, hanya saja berlaku bagi mereka yang
membuatnya.

d) Asas Itikad Baik


Setiap perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak harus dilaksanakan dengan asas itikad baik seperti yang
tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHP . Asas itikad baik ini berlaku untuk semua perjanjian termasuk perjanjian
asuransi yang diartikan pula secara menyeluruh bahwa, dalam pelaksanaan perjanjian tersebut para pihak harus
mengindahkan kenalaran dan kepatutan pasal 1339.
e) Asas Keseimbangan
Asas keseimbangan adalah suatu asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan
perjanjian. Dalam perjanjian asuransi, hak dan kewajiban tertanggung adalah membayar premi dan menerima
pembayaran ganti kerugian,sedangkan hak dan kewajiban penaggung yaitu menerima premi dan memberikan ganti
kerugian atas objek yang dipertanggungkan.

f) Asas Kepercayaan
Dalam perjanjian asuransi asas kepercayaan sangat penting , karena kepercayaan dapat menimbulkan
keyakinan bagi pemegang polis dan perusahaan asuransi, bahwa satu sama lain aka memenuhi janjinya untuk
melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing. Dengan kepercayaan, kedua belah pihak mengikatkan dirinya
kepada perjanjian yang mempunyai kekuatan mengikat sesuai ketentuan pasal 1338 KUH Perdata.

g) Asas Persamaan Hukum


Dalam Asas persamaan hukum dapat dijelaskan bahwasannya kedudukan dari para pihak atau subyek hukum
mempunyai hak dan kewajiban yang sama atau seimbang , dan tidak dibeda - bedakan satu sama lain.
Your Text Here

Sumber :

E-book Manajemen Risiko


Your Text Here
Penulis : Setia Mulyawan, S.E.,M.M.
Penerbit : CV Pustaka Setia
Thank you

Anda mungkin juga menyukai