Anda di halaman 1dari 9

SISTEM PENENTUAN HARGA

POKOK FULL COSTING DAN


VARIABEL COSTING
Dosen : PARLINDUNGAN SIREGAR,SE,MSI
PERBEDAAN DALAM PENYAJIAN LAPORAN LABA-RUGI 

Perbedaaan yang terjadi pada penentuan harga pokok produksi mengakibatkan


munculnya perbedaan dalam hal penyajian laporan laba-rugi, yang diantaranya:

• 1. Pada metode full costing dikenal istilah gross profit/laba kotor, tetapi pada metode
variabel costing tidak ada istilah tersebut, yang ada contribution margin/marginal
icome yang menunjukkan kelebihan penjualan dikurangi biaya variabelnya
• 2. Pembebanan biaya overhead tetap pada metode full costing dapat terjadi
kelebihan atau kekurangan, namun hal sebaliknya pada metode variabel costing hal
itu tidak terjadi, dikarenakan pembebanan biaya overhead tetap dibebankan
seluruhnya pada periode yang sama yang mana tidak dipengaruhi pada volume
produksi. 
MANFAAT VARIABEL COSTING BAGI MANAJEMEN 

1. Variabel costing Sebagai Petunjuk Penentuan Harga Jual 

Dalam keadaan seperti ini variabel costing memberikan pedoman bagi manajemen sampai
seberapa besar harga jual dapat berkurang sehingga biaya produksi dapat ditutupi. 

Penentuan harga jual dengan persaingan sempurna dimana pembeli dan penjual sama-sama
mempunyai kebebasan menentukan sikap dalam memilih barang, harga dan kualitas. harga jual
ditentukan oleh tingkat permintaan dan penawaran.

Strategi untuk memenangkan pasar salah satunya adalah dengan menetapkan harga yang
relatif lebih rendah dengan produk yang berkualitas sama ataupun lebih tinggi dengan produk
sejenis. Informasi kontribusi marjin dari variabel costing sangat membantu dalam menentukan harga
jual yang bersaing, dimana kontribusi marjin menunjukkan seberapa besar kelebihan hasil penjualan
dari biaya variabel.
2.Variabel Costing Sebagai Alat Perencanaan Laba 

Metode variabel costing menitik-beratkan pada informasi


mengenai contribution margin, yang merupakan kelebihan
hasil penjualan terhadap biaya variabel.

Contribution margin ratio dapat membantu manajemen di


dalam merencanakan berapa laba yang akan diperoleh bila
penjualan berjumlah “X” unit dan berapa penjualan terendah
harus direalisir supaya perusahaan tidak menderita rugi
Misalnya harga jual perunit produk perusahaan PT. Aneka Green sebesar Rp 12.000, biaya
variabel perunit Rp 6.000 dan biaya tetap perunit Rp 3.000. Kapasitas maksimum mesin 1.000.
unit. Penjualan telah dilakukan 80% atau 800 unit Maka realisasi dapat dilihat sebagai berikut. 
 
Variabel Costing sebagai perencanaan laba

Perunit  Total Persentase 


Penjualan (800 unit) Rp 12.000 Rp 9.600 000 100
Biaya variabel Rp 6.000 Rp 4.800 000 50
Kontribusi marjin Rp 6.000 Rp 4.800 000 50
Biaya tetap  Rp 3 000 000 31,25
Laba  Rp 1.800.000  18,75 
 
Dari contoh perhitungan diatas dapat direncanakan bahwa penjualan terendah agar
perusahaan tidak mengalami rugi dan tidak mendapatkan laba. 
 
Penjualan  = Biaya tetap + Biaya variabel + Laba 
Penjualan  = 3.000.000 + 6 .000 x+0 
X unit  = 3.000.000 +6.000 X +0 
12.000 x-6.000x  = 3.000.000 
6.000x = 3.000.000 
X  = 500 unit. 

Penjualan terendah = 500 unit; untuk mengecek kebenaran kita kembalikan 


Penjualan 500 x Rp. 12.000  Rp. 6.000.000
Biaya variabel 500 x Rp. 6.000 Rp.3.000.000
Biaya tetap  Rp. 3.000.000 
Rp.6.000.000
Laba Rp. 0
Merencanakan perluasan daerah pemasaran merupakan manfaat lain dari penggunaan
metode variabel costing, dimana dilakukan dengan analisis kontribusi marjin. Sebagai contoh
perusahaan masih mempunyai kapasitas menganggur dari mesinnya dimana kapasitas
produksi maksimum mesin belum terpenuhi. Kapasitas maksimumnya sebanyak 1.000 unit.
Kekuatan pasar 800 unit. Biaya variabel Rp 6.000 perunit. Biaya tetap perunit Rp 3.000 harga
jual – Rp 12000 nerunit. Penjualan bisa diperluas dan volume akan bertambah menjadi 1.000
unit hila harga diturunkan menjadi Rp 11.000/unit. Perencanaan itu akan dijalankan dengan
melihat tabel informasi tersebut. 
 Penjualan Sebelum dan Sesudah Perluasan Pasar 
 
Sebelum perluasan pasar  Sesudah perluasan pasar 
 
Penjualan 800@ Rp 12.000 Rp 9.600.000 
Penjualan 1.000 @ Rp 11.000 Rp 11.000.000
Blaya variabel Rp 4.800.000 Rp 6.000.000
Contribusi Marjin Rp 4.800.000 Rp 5.000.000
Blaya tetap  Rp.3.000.000 Rp 3.000.000
Laba  Rp 1.800.000  Rp 2.000.000
3. Variabel Costing untuk Pengambilan Keputusan Manajemen 

Pada saat manajemen dihadapkan pada pemilihan alternatif,


dimana alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar
kecilnya laba untuk perusahaan.
Bantuan variabel costing sangat tepat dalam hal usaha untuk
memasuki pasar-pasar baru, perluasan usaha, membuat sendiri
atau memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu,
keputusan memproses lebih lanjut produk sebelum dijual atau
menjualnya setelah proses terdahulu, keputusan menghentikan
suatu produk atau meneruskannya
Contoh
PT. Jaya House mempunyai kapasitas maksimum mesin memproduksi 20.000 unit pertahun.
Perusahaan masih menggunakan 60% kapasitas mesin atau 12.000 unit. Harga jual perunit Rp.
20.000. Biaya variabel perunit Rp. 12.000, Biaya tetap perunit Rp. 4.000. Ada pesanan khusus 5
000 unit dengan harga Rp. 16.000 perunit. Apakah pesanan tersebut diterima atau ditolak.
Dengan direct costing (variabel costing) dapat di analisis sebagai berikut: 
 
Sebelum dan Sesudah Ada Pesanan Khusus
Sebelum ada pesanan  Sesudah ada pesanan 
Penjualan 12.000 x Rp 20.000 Rp 240.000.000 
Penjualan (12.000 x Rp 20.000) + Rp 320.000.000 
(5.000 x Rp16.000)
Biaya variabel (12.000 x Rp 12.000) Rp 144.000.000 
 
Biaya variabel (17.000 x Rp 12.000)  Rp 204.000.000 
Kontribusi marjin Rp 96.000.000 Rp.116.000.000
Biaya tetap (20.000 unit x Rp. 40.000) Rp 80.000.000 Rp.80.000.000
Laba (Rugi)  Rp 16.000.000 Rp.36.000.000 
 
Dengan analisis ini manajemen lebih baik memilih menerima pesanan tersebut karena
mendatangkan keuntungan lebih besar. 
 

Anda mungkin juga menyukai