Anda di halaman 1dari 15

BAB 2

PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN


PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Tujuan:

Setelah mempelajari bab ini, anda diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian good corporate governace


2. Menjelaskan tujuan laporan keuangan sektor publik
3. Menjelaskan komponen laporan keuangan sektor publik
4. Menjelaskan pemakai laporan keuangan sektor publik
5. Menjelaskan perbedaan laporan keuangan sektor publik dengan sektor komersil.
6. Menjelaskan pengertian teori akuntansi
7. Menjelaskan postulate akuntansi
8. Menjelaskan prinsip akuntansi dan konsep teori akuntansi
9. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan akuntansi
sektpr publik

1. Perkembangan Akuntansi Sektor Publik


Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor publik memainkan peran penting sebagai
pembuat dan pelaksanaan strategi pembangunan. Pada tahun 1952, istilah sektor publik
pertama kali digunakan secara resmi, dimana sektor publik dikaitkan dengan bagian dari
manjemen ekonomi makro yang terkait dengan pembangunan dan lembaga pelakssana
pembangunan.
Setelah datang banyak kritikan dan serangan dari teori perkembangan radikal, di
negara-negara indusri sektor publik mengalami reformasi. Reformasi tersebut tampak dalam
adopsi New Public Management (NPM) dan reinventing goverment di banyak negra
terutama Anglo-Saxon. Dengan adanya perubahan pada sektor tersebut, terjadi pula
perubahan pada akuntansi sektor publik. Contohnya perubahan sistem akuntansi dari
akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual. Pemerintah New Zeland yang
dianggap berhasil dalam menerapkan akuntansi berbasis akrual telah mengadopsi sistem
akuntansi tersebut sejk tahun 1991.
Kini muncul isu bahwa akuntansi sektor publik di negara berkembang mengalami
kebangkrutan. Namun hal tersebut dapat disangkal dengan negara-negara yang memiliki
kepercayaan publik tinggi seperti Malaysia, Taiwan, Thailand dan Korea Selatan.
Kontribusi sektor publik dapat memantu pembangunan nasional dan stabilitas publik.
Oleh karena itu perbaikan kinerja sektor publik terus dilakukan agar dapat tercipta good
publik and corporate govermance. Seiring dengan perbaikan sektor publik, akuntansi publik
pun ikut berkembang dengan pesat. Hal ini tampak pada dua dasawarsa terakhir, istilah
“akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik, privatisasi, good publik
governance.” yang begitu cepat masuk ke kamus sektor publik.
Isu-isu sektor publik masih terus bermunculan misalnya isu perlunya dilakukan
reformasi akuntansi, auditing, sistem anajemen keuangan pubik, privatisasi perusahaan-
perusahaan publik, dan tuntutan dibuatnya laporan laporan keungan eksternal.

2. Tata Kelola yang Baik dan Akuntabilitas.


Pengertian Good Governance ( Tata kelola yang baik )
World Bank mendefinisikan good governance sebagai suatu penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab. Sedangkan United Nation
Development Program (UNDP) lebih memfokuskan pada cara pengelolaan Negara dengan
mempertimbangkan aspek politik yang mengacu pada proses pembuatan aspek ekonomi.
Dengan demikian orientasi pembangunan sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
good governance.
Local government (pemerintah daerah/lokal) dalam praktek penyelenggaraan
pemerintahan,pembangunan dan pelayanan publik, harus pula diiringi dengan penerapan
prinsip good governance (kepemerintahan atau tata pemerintahan yang baik). Good
governance merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan dalam menyediakan barang dan
jasa publik (public goods dan services.). Prinsip-prinsip good governance antara lain adalah
prinsip efektifitas (effectiveness), keadilan, (equity), Partisipasi (participation), Akuntabilitas
(accountability) dan tranparansi (transparency).
Pada sisi lain, pemerintah daerah atau lokal sebagai lembaga negara yang mengemban
misi pemenuhan kepentingan publik dituntut pula pertanggungjawaban terhadap publik yang
dilayaninya, artinya pemerintah lokal harus menjalankan mekanisme pertanggungjawaban
atas tindakan dan pekerjaannya kepada publik yang acapkali disebut menjalankan prinsip
akuntabilitas (accountability).
Pemerintah daerah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam menggunakan dan
melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif dapat diselenggarakan dengan
baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep good governance harus ada dukungan
komitmen dari semua pihak yaitu negara (state)/pemerintah (government), swasta (private)
dan masyarakat (society).
Good Governance (tata pemerintahan yang baik) merupakan praktek penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Good governance
telah menjadi isu sentral, dimana dengan adanya era globalisasi tuntutan akan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik adalah suatu keniscayaan seiring dengan
meningkatnya pengetahuan masyarakat.
UNDP mendefinisikan governance sebagai Penggunaan wewenang ekonomi, politik
dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata
pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga dimana warga
dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum,
memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Dari definisi tersebut governance meliputi 3 (tiga) domain yaitu negara (pemerintah),
dunia usaha (swasta) dan masyarakat yang saling berinteraksi. Arti good dalam good
governance mengandung pengertian nilai yang menjunjung tinggi keinginan rakyat,
kemandirian, aspek fungsional dan pemerintahan yang efektif dan efisien.

Karakteistik Good Govenance menurut UNDP (United Nation Development Program) :


1. Participation : Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan
2. Rule of law : Kerangka hukum harus adil terutama hukum HAM
3. Tranparency : Transparansi/keterbukaan dibangun atas dasar kebebasan arus
informasi
4. Responsiveness : Lembaga dan proses harus mencoba untuk melayani setiap pihak
yang berkepentingan (stakeholders)
5. Consensus orientation : Good governance menjadi perantara kepentingan yang
berbeda untuk memperoleh pilihan yang terbaik bagi kepentingan yang lebih luas.
6. Effectiveness and effisiency : Proses dan lembaga menghasilkan sesuai dengan apa
yang telah digariskan dengan sumber yang tersedia dengan baik
7. Accountability : Pembuat keputusan, sektor swasta dan masyarakat bertanggung
jawab kepada publik dan lembaga stakeholders
8. Strategic vision : Para pemimpin dan publik harus mempunyai perpektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas serta jauh ke depan.
Atas dasar uraian tersebut, maka ke tiga domain yaitu negara/pemerintah, dunia
usaha/swasta dan masyarakat harus menjaga kesinergian dalam rangka mencapai tujuan,
karena ketiga domain ini merupakan sebuah sistem yang saling ketergantungan dan tidak
dapat dipisahkan.
Tata pemerintahan yang baik (good governance) adalah suatu kesepakatan menyangkut
pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan
swasta. Untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik perlu dibangun dialog antara pelaku-
pelaku penting dalam Negara, agar semua pihak merasa memiliki tata pengaturan tersebut.
Tanpa kesepakatan yang dilahirkan dari dialog, kesejahteraan tidak akan tercapai karena
aspirasi politik maupun ekonomi rakyat pasti tersumbat. Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah bahwa masyarakat dapat menilai dan memilih, bahkan meminta
jasa layanan yang lebih baik.

3.      Akuntansi Keuangan Sektor Publik


Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga pokok :
1. Penyediaan informasi
 bagi pemerintah : digunakan dlm proses pengendalian manajemen mulai dari
perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi, pelaporan
kinerja.
 bagi publik : untuk mengetahui hasil pelaksanaan sumber daya yg dipercayakan
kepada pemerintah.
2. Pengendalian manajemen
 akuntansi dibutuhkan dalam pembuatan laporan keuangan sektor publik berupa
laporan surplus/defisit pd pemerintahan, laporan laba/rugi dan aliran kas pada
BUMN/BUMD, laporan pelaksanaan anggaran, laporan alokasi sumber dana dan
neraca .
3. Akuntabilitas
 pertanggungjawaban manajemen berupa laporan surplus/defisit APBN pada
pemrintah, laporan laba/rugi dan arus kas pada BUMN/BUMD, laporan pelaksanaan
anggran, laporan alokasi sumber daya dan neraca.

A. Pengembangan Teori Akuntansi Sektor Publik


Pengertian teori akuntansi sangat bergantung pada pengertian atau pendefinisian
akuntansi sebagai suatu ilmu pengetahuan. Tidak ada defenisi tunggal yang dapat
menjelaskan pengertian akuntansi. Terdapat banyak defenisi yang diajukan oleh para ahli
atau buku teks tentang pengertian akutansi (Suwardjono, 2005).
American accounting association (AAA) tahun 1966 dalam publikasinya “A
Statement of Basic Accounting Theory” (ASOBAT) mendefinisikan “teori” sebagai suatu
serangkaian hipotesis, konseptual, dan prinsip-prinsip prgmatik yang membentuk suatu
rerangka acuan umum untuk suatu bidang studi. Berdasarkan definisi teori tersebut, komite
ASOBAT mendefinisikan akuntansi sebagai:
Accounting as the process of identifying, measuring, and communicating
economic information to permit imformed judgment and decision by users
of the information.
Akuntansi dapat dipandang sebagai seni, ilmu, atau apapun teknologi. Teori akuntansi
merupakan penalaran logis untuk mengevaluasi dan mengembangkan praktik akuntansi. Hasil
teori akuntansi tersebut dapat berupa suatu rerangka konseptul yang menjadi landasan praktik
akuntansi. Namun teori akuntansi bukanlah suatu hasil yang final yang pasti benar. Berbagai
aspek teori akuntansi harus diuji validitasnya atas dasar penalaran logis, bukan empiris, daya
prediksi dan standar nilai yang telah disepakati (suwardjono, 2005). Oleh karen itu teori
akuntansi sektor publik perlu terus dikembangkan agar memiliki validitas keilmuan yang
tinggi dan dapat menjadi acuan bagi praktik yang baik. Menurut Belkaoui, terlepas dari
kehadiran teori akuntansi tingkat menengah, hanya sedikit yang membuktikan bahwa suatu
teori akuntansi

Fungsi Teori Akuntansi


Teori akuntansi merupakan spekulasi untuk menerangkan (meramalkan) dunia akuntansi
secara empiris. Dalam proses penelitian, teori akuntansi berfungsi mengarahkan sehingga
seorang penelti untuk mencari data dan mengklasifikasikannya sehingga mempunyai arti.
Selain itu, teori akuntansi menyimpulkan apa yang kita ketahui sebelumnya mengenai objek
studi dan menunjukkan berbagai hubungan yang bisa dijadikan dasar dalam melaksanakan
observasi, fungsi dari adanya teori akuntansi sebagai berikut:
1. Menjadi pegangan bagi lembaga penyusus standar akuntansi dalam menyusun
standarnya
2. Memberikan kerangka rujukan untuk menyelesaikan masala akuntansi dalam hal tidak
adanya standar resmi
3. Menentukan batas dalam hal melakukan penyusunan laporan keuangan
4. Meningkatkan pemahaman dan keyakinan pembaca laporan terhadap informasi yang
disajikan laporan keuangan
5. Meningkatkan kualitas laporan yang dapat dipertimbangkan

A.    Postulate Akuntansi


Postulate adalah pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau aksioma yang diterima
secara umum karena sesuai dengan obfectives daripada financial statements, dan
menggambarkan lingkungan ekonomi, politik, sosiologis, dan hukum di mana akuntansi
harus beroperasi.
1. Dalil Entitas
Akuntansi mengatur hasil operasi dari suatu entitas, yang terpisah dan berbeda dari
pemilik entitas. Postulate entitas menyatakan bahwa suatu unit perusahaan merupakan unit
akuntansi yang terpisah dari pemiliknya dan perusahaan lain. Postulate merumuskan bidang
perhatian akuntan dan membatasi objek, peristiwa, dan atribut peristiwa yang dimasukkan ke
dalam laporan keuangan. Selain itu, postulate juga memungkinkan akuntan membedakan
antara transaiksi bisnis dan individu, yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah
transaksi perusahaan bukan transaksi pemilik perusahaan. Dan tanggung jawab pelayanan
manajemen berada pada pemegang saham.
Definisi lain entitas akuntasi adalah dalam kerangka kepentingan ekonomi bagi
berbgaai pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif unit.
Pendekatan ini lebih berorientasi pemakai dari pada orientasi perusahaan.
Salah satu cara mendefinisi entitas akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit
ekonomi yang bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif atas
unit. Postulat A.2 Accounting Research Study N0.1 menyatakan bahwa “aktivitas ekonomi
dilakukan melalui unit atau entitas tertentu”. Pendekatan ini dicontohkan dengan baik oleh
pelaporan konsolidasian entitas yang berbeda sebagai unit ekonomi tunggal, tanpa
memperhatikan perbedaan hukumnya.
Cara lain mendefinisi entitas akuntansi adalah dalam kerangka kepentingan ekonomi
berbagai pemakai, dan bukan aktivitas ekonomi dan pengendalian administratif unit
Pendekatan ini lebih berorientasi pemakai daripada berorientasi perusahaan. Kepentingan
pemakai, bukan aktivitas ekonomi perusahaan, mendefinisi batasan entitas akuntansi dan
informasi yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan. Konsep dari American
Accounting Association tahun 1964 dan komite studi penelitian standar tentang konsep entitas
bisnis mendukung pandangan ini, meyatakan bahwa “batasan entitas ekonomi dapat
diidentifikasi:
 Dengan menentukan kepentingan individual atau kelompok; dan
 Dengan menentukan sifat kepentingan individual atau kelompok.
Pendekatan kedua ini menjustifikasi kemungkinan perluasan data yang merupakan hasil
dari skopa akuntansi baru sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan potensial semua
pemakai. Sebagai contoh, informasi yang dihasilkan dari kemungkinan adopsi akuntansi
sumber daya manusia, akuntansi sosioekonomi, akuntansi untuk kos modal, dan pelaporan
prakiraan keuangan mungkin akan semakin mudah masuk dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada pendekatan pemakai daripada pendekatan perusahaan dalam mendefinisikan
entitas akuntansi.
2. Dalil Kelangsungan Usaha
Postulat kelangsungan usaha menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus
beroperasi. Dalil ini berasumsi bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi dalam
masa yang akan datang yang dapat diketahui dari sekarang atau bahwa entitas akan terus
beroperasi untuk jangka waktu yang tidak tertentu.
Postulat kelangsungan usaha juga diterapkan untuk mendukung teori manfaat.
Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan dan
memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan. Kelangsungan usaha
(yaitu, kontinuitas entitas akuntansi yang tidak terbatas) adalah penting untuk justifikasi teori
manfaat.
Sterling berpendapat, anggapan bahwa entitas akuntansi memiliki kehidupan yang tidak
terbatas tidak menjustifikasi nilai likuidasi, tetapi juga bahwa asumsi ini bukan alasan yang
memadai untuk menggunakan kos historis ketika terdapat alternatif penilaian lain yang lebih
relevan. Selanjutnya, jika postulat kelangsungan usaha dipertahankan, hal tersebut diyakini
sebagai prediksi.
Fremgen menawarkan suatu definisi yang konsisten dengan pandangan bahwa postulat
kelangsungan usaha merupakan kesimpulan atau pertimbangan dan bukan asumsi, ketika dia
menyatakan bahwa “entitas dipandang sebagai tetap berada dalam operasi secara tidak
terbatas” dengan mempertimbangkan bukti-bukti yang mendukungnya bukan “karena tidak
ada bukti yang menyatakan sebaliknya”.
3. Dalil Unit Pengukuran
Menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan
aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter. Unit pertukaran dan
pengukuran diperlukan untuk mencatat transaksi perusahaan dengan cara yang seragam.
Pengukur umum yang dipilih dalam akuntansi adalah unit moneter. Kebertukaran barang,
jasa, dan modal diukur dalam satuan uang.
Keterbatasan yang diakibatkan oleh postulat unit pengukur ini terkait dengan unit
moneter itu sendiri sebagai unit pengukur. Karakteristik utama adalah daya beli unit moneter,
atau kuantitas barang atau jasa yang satuan uang dapat digunakan.Tidak seperti meter, yang
variasi panjangnya 100 sentimeter, daya beli unit moneter, dalam hal ini dolar, tunduk
perubahan. Teori akuntansi konvesional berhubungan dengan permasalahan ini dengan
menyatakan bahwa postulat unit pengukur juga “postulat moneter yang stabil dalam artian
bahwa postulat menganggap daya beli dolar adalah stabil sepanjang waktu atau perubahannya
tidak signifikan. Meskipun ini tetap digunakan dalam pelaporan keuangan sekarang, postulat
moneter yang stabil merupakan objek kritik yang terus-menerus. Profesi akuntansi
menghadapi tantangan untuk memilih antara unit uang dan unit daya beli umum sebagai unit
pengukuran akuntansi.
4. Dalil Periode Akuntansi
Meskipun postulate kelangsungan usaha menyatakan bahwa setiap perusahaan akan
tetap ada pada periode waktu yang tidak terbatas, namun adalakalanya pemakai meminta
berbagai informasi tentang posisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk membuat
keputusan jangka pendek. Dari hal tersebut maka postulate periode akuntansi menyatakan
bahwa laporan keuangan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik.
Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hukum pajak penghasilan, yang
mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis tradisional,
menggunakan periode normal satu tahun. Meskipun kebanyakan perusahaan menggunakan
periode akuntansi yang terkait dengan tahun kalender, beberapa perusahaan menggunakan
tahun fiskal, atau tahun bisnis “alami”. Bila siklus bisnis tidak berhubungan dengan tahun
kalender, akan lebih bermanfaat untuk mengakhiri periode akuntansi ketika aktivitas bisnis
telah mencapai titik terendah. Karena kebutuhan akan informasi yang tepat waktu, relevan
dan sering, kebanyakan perusahaan juga menerbitkan laporan intern yang menyediakan
informasi keuangan triwulanan atau bulanan.
Dengan meminta entitas untuk menyediakan secara periodik, laporan keuangan
jangka pendek, postulat periode akuntansi membebankan akrual dan tangguhan, penerapan
yang menyebabkan perbedaan penting antara akuntansi akrual dan kas. Setiap periode,
penggunaan akrual dan tangguhan diminta dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan
dalam istilah seperti expenses dibayar dimuka, pendapatan yang belum diterima, gaji yang
belum dibayar, dan expenses depresiasi.

B.      Prinsip-prinsip Akuntansi


Prinsip-prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum (general decision rules)
yang diturunkan dari objectives dan theoretical concepts; accounting principles inilah yang
mengatur pengembangan accounting technique.
1. Prinsip Cost (Biaya)
Menurut prinsip biaya, biaya perolehan / akuisisi atau biaya historis adalah dasar
penilaian yang sesuai untuk mengakui akuisisi dari seluruh barang dan jasa, beban, biaya, dan
ekuitas. Dengan kata lain, suatu transaksi dinilai pada harga pertukaran pada saat barang
tersebut dibeli dan dicatat dalam laporan keuangan pada nilai setelah amortisasi.
Biaya menunjukkan harga pertukaran atau imbalan moneter yang diberikan untuk
memperoleh barang atau jasa. Jika imbalan terdiri dari aset non-moneter, harga pertukaran
adalah ekuivalen kas atas aset atau jasa yang diterima. Prinsip biaya dapat diterapkan dalam
pengukuran utang dan modal. Prinsip biaya dijustifikasi oleh dalil objektivitas dan dalil
kelangsungan usaha. Biaya perolehan adalah objektif dimana informasi yang dihasilkan dapat
diuji kebenarannya.
2. Prinsip Revenue (Pendapatan)
Prinsip revenue menspesifikasi sifat komponen-komponen revenue, pengakuan
revenue, dan waktu pengakuan revenue. Revenue diinterpreatsikan sebagai aliran masuk aset
bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa, aliran keluar barang atau jasa dari
perusahaan kepada pelanggan, dan produk perusahaan yang dihasilkan dari penciptaan
barang atau jasa oleh perusahaan selama periode waktu tertentu.
3. Prinsip Penandingan
Prinsip ini menyatakan bahwa expenses harus diakui pada periode yang sama dengan
revenue, yaitu revenue diakui dalam periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan
expenses yang terkait kemudian diakui.
4. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas menyatakan bahwa teori akuntansi bebas dari bias personal
pengukurnya, pengukurannya merupakan pengukuran variabel dan didasarkan pada bukti,
merupakan konsensus di antara kelompok pengamat atau pengukur tertentu, digunakan
sebagai indikator tingkat objektivitas suatu sistem pengukuran.
5. Prinsip Konsistensi
Prinsip ini menyatakan bahwa peristiwa ekonomi yang serupa seharusnya dicatat dan
dilaporkan secara konsisten dari periode ke periode. Penerapan ini membuat laporan
keuangan menjadi lebih komparabel dan berguna.
6. Prinsip Pengungkapan Penuh
Pengungkapan penuh mengharuskan laporan keuangan dirancang dan disusun untuk
menggambarkan secara akurat kejadian-kejadian ekonomi yang telahmemegaruhi perusahaan
selama periode berjalan dan supaya mengandung informasi yang mencukupi
gunamembuatnya berguna dan menyesatkan bagi investor. Skinner menarik perhatian pada
bebrapa masalah yang sebaiknya menjadi subjek dari pengungkapan penuh;
a. Rincian dari kebijakan dan metode akuntansi, terutama ketika penilaian dibutuhan
dalam penerapan metode akuntansi, ketika metode tersebut bersifat khusus bagi
entitas pelaporan tersebut, atau ketiak metode akuntansi alternative digunakan.
b. Informasi tambahan untuk membantu dalam analisis investasi atau untuk
mengindikasikan hak dari berbagai pihak yang memiliki klaim atas entitas pelaporan.
c. Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan akuntansi atau meetode
penerapannya dan dampak dari perubahan semacam itu.
d. Aktiva, keajiban, biaya, dan pendpatan, yang dihasilkan dari transaksi dengan pihak-
pihak yang memiliki kepentingan pengendalian dengan direktur atau pjabat yang
memiliki huungan istimewa dengan entitas tersbut.
e. Aktiva, kewaiban, dan komitmen kontijen.
f. Transaksi keuangan atau nonoperasi lainnya yang terjadi setelah tanggal neraca yang
memiliki dampak material terhadap possi keuangan entitas terebut.
7. Prinsip Konservatisme
Prinsip konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih di antara dua atau lebih
teknik akuntansi yang dapat diterima maka preferensinya adalah memilih yang paling kecil
dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham. Sterling menyebut konservatisme sebagai
‘’prinsip penilaian akuntansi yang paling kuno dan mungkin paling  bertahan’’.
Konservatisme masih digunakan dalam beberapa situasi yang memerlukan penilaian akuntan,
seperti memilih umur estimasi manfaat dan nilai sisa dari aktiva untuk akuntansi depresiasi
dan konsekuensi aturan dari penerapan kosep.
8. Prinsip Materialitas
Prinsip materialitas adalah suatu prinsip pengecualian atau modifikasi. Menganggap
bahwa transaksi dan kejadian yang memiliki dampak ekonomi yang memiliki dampak
ekonomi yang signifikan dapat ditangani secara cepat, tanpa memdulikan apakah hal tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Secara umum otoritas
akuntansi telah meninggalkan penerapan materialitas kepada penilaian akuntan, dan pada saat
yang sama menekankan pentingnya hal tersebut. Prinsip materialitas kurang memiliki definisi
operasional. Kebanyakan menekankan padaperanan akuntan dalam menginterpretasi-kan apa
yang material dan apa yang tidak.
9. Prinsip Keragaman dan Komparabel
Prinsip ini bertujuan melindungi pengguna dan menyajikan data yang bermanfaat bagi
pengguna. Keseragaman tidak mendorong komparabilitas, sebagai tujuan yang tidak layak.
Fleksibilitas terbukti telah mendorong munculnya kebingungan dan ketidakpercayaan.

C.    Konsep Teoritis 


Konsep merupakan pernyataan yang tidak perlu dibuktikan atau aksioma yang
diterima secara umum karena sesuai dengan objectives daripada financial statements. dan
yang menggambarkan sifat dari accounting entities yang bergerak dalam perekonomian yang
bebas yang ditandai oleh hak milik atas suatu kekayaan.
1. Teori Proprietary/ Teori Kepemilikan
Menurut teori proprietary, entitas sebagai “agen, perwakilan atau susunan melalui
wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham”. Sudut pandang kelompok
pemilik sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan
membuat laporan keuangan. Tujuan utama teori proprietary adalah untuk menentukan dan
menganalisis kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi:
Aset – Utang = Ekuitas Pemilik.
Dengan kata lain, pemilik memiliki aset dan utang. Jika utang dianggap aset negatif,
maka teori proprietary dikatakan berpusat pada aset dan, secara konsekuen, berorientasi
neraca. Aset dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam kepentingan atau
kesejahteraan pemilik. Revenue dan expenses dianggap meningkat atau menurun secara
berturut-turut dalam kepemilikan yang bukan berasal dari investasi pemilik atau penarikan
modal oleh pemilik. Jadi, income bersih atas utang dan pajak penghasilan perusahaan adalah
expenses; deviden adalah penarikan modal.
2. Teori Entitas
Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang
menyediakan modal pada entitas. Secara sederhana, unit bisnis, bukan pemilik, merupakan
pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber daya perusahaan dan
bertanggungjawab terhadap pemilik maupun kreditor. Menurut teori ini, persamaan
akuntansinya adalah:
Aset = Ekuitas
Aset = Utang + Ekuitas Pemegang Saham
Aset adalah pertumbuhan hak perusahaan; ekuitas menunjukkan sumber aset dan
terdiri dari utang dan ekuitas pemegang saham. Baik kreditor dan pemegang saham adalah
pemilik ekuitas, meskipun mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, kontrol
risiko, dan likuidasi. Jadi, income yang diperoleh merupakan properti entitas hingga
didistribusikan sebagai deviden kepada pemegang saham. Karena unit bisnis
bertanggungjawab untuk memenuhi klaim pemilik ekuitas, teori entitas disebut sebagai
“berpusat pada income” dan secara konsekuen berorientasi pada laporan laba rugi.
Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi dan keuangan
perusahaan. Dengan demikian, income merupakan peningkatan dalam ekuitas pemegang
saham setelah klaim pemilik ekuitas lainnya (sebagai contoh, bunga pinjaman jangka panjang
dan pajak penghasilan) telah terpenuhi. Peningkatan dalam ekuitas pemegang saham
dipertimbangkan sebagai income bagi pemegang saham hanya jika deviden telah
diumumkan. Demikian halnya, laba yang tidak dibagi (undistribted profit) tetap menjadi
milik entitas karena mereka menunjukkan “corporation’s proprietary equity in itself”.
Sebagai catatan bahwa ketaatan yang kaku pada teori entitas mendikte bahwa pajak
penghasilan dan bunga pinjaman dianggap sebagai distribusi income dan bukan
expenses.Akan tetapi keyakinan umum dan interpretasi teori entitas, adalah bahwa bunga dan
pajak penghasilan adalah expenses.
Teori entitas merupakan teori yang paling dapat diterapkan pada perusahaan bisnis bentuk
korporat, yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya. Dampak teori entitas ditemukan dalam
beberapa terminologi teknik akuntansi yang digunakan dalam praktik.
1. teori entitas menyetujui pengadopsian penilaian sediaan LIFO ketimbang FIFO,
karena penilaian LFO dapat mencapai penentuan income yang lebih baik, dibanding
penerapannya dibawah teori proprietatary.
2. definisi umum revenue sebagai produk perusahaan dan expenses sebagai barang dan
jasa yang dikonsumsi untuk mendapatkan revenue adalah konsisten dengan keasyikan
teori entitas akan indeks kinerja dan akuntabilitas pada pemilik ekuitas.
3. pembuatan laporan konsolidasi dan pengakuan kepentingan kelas minoritas sebagai
pemilik ekuitas tambahan juga konsisten dengan teori entitas. Akhirnya, baik teori entitas,
yang menekankan pada penentuan income bagi pemilik ekuitas secara memadai, dan teori
proprietary, yang menekankan pada penilaian aset yang memadai, dianggap menyetujui
pengadopsian nilai sekarang, atau penilaian berbasis selain kos historis.
3. Teori Dana
Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun teori entitas, tetapi
kelompok aktiva dan kewajiban dan pembatasan terkait, disebut dana, yang mengatur
penggunaan aset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri atas sumber daya ekonomi
(dana) serta kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya. Persamaan
akuntansinya adalah:
Aset = Pembatasan aktiva
Sehingga, teori dana “berorientasi aset” dalam pengertian bahwa fokus utamanya
adalah pada administrasi dan penggunaan aset secara memadai. Bukan neraca atau laporan
keuangan melainkan laporan sumber dan penggunaan dana yang merupakan tujuan utama
pelaporan keuangan. Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba.
Rumah sakit, universitas, unitkota dan pemerintahan, sebagai contoh, dijalankan dalam
operasi yang beraneka segi sehingga memerlukan pemisahan dana. Setiap dana (self-
balanced fund) menghasilkan laporan terpisah melalui sistem akuntansi yang terpisah dan
serangkaian catatan yang memadai. Dana dapat didefinisi sebagai : entitas fiskal dan
akuntansi independen dengan pencatatan serangkaian akun kas dan atau sumber daya lain
yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban, cadangan, dan ekuitas yang terpisah
untuk tujuan melakukan aktivitas tertentu atau mencapai tujuan tertentu sesuai dengan
regulasi, restriksi, atau pembatasan khusus.
Jumlah dana dalam institusi nirlaba tergantung pada jumlah dan tipe aktivitas yang
memiliki restriksi hukum berkaitan dengan penggunaan asetyang dipercayakan kepada
organisasi. Sebagai contoh, berikut ini terdapat delapan dana utama yang direkomendasikan
untuk administrasi keuangan unit pemerintahan yang baik:
a. Dana Umum (General Funds) untuk mencatat semua transaksi keuangan yang tidak
layak dicatat dalam dana lain.
b. Dana Penerimaan Khusus (Special Revenue Funds) untuk mencatat hasil atas sumber
penerimaan khusus (selain perkiraan khusus) atau untuk mendanai aktivitas tertentu yang
diminta oleh hukum atau aturan administratif.
c. Dana Jasa Peminjaman (Debt Service Funds) untuk mencatat pembayaran bunga dan
pokok pinjaman jangka panjang selain iuran khusus (special assessment) dan reuenue
bonds.
d. Dana Projek Modal (Capital Projects Funds) untuk mencatat penerimaan dan
pengeluaran uang dan untuk memperoleh fasilitas modal selain yang dibiayai oleh iuran
khusus dan dana perusahaan.
e. Dana Perusahaan (Enterprises Funds) untuk mencatat pendanaan jasa bagi masyarakat
umum, di mana semua atau hampir semua kos yang termasuk dibayarkan dalam bentuk
beban oleh pemakai jasa.
f. Dana Perwalian dan Agen (Trust and Agency Funds) untuk mencatat aset yang dimiliki
oleh unit pemerintahan sebagai bendahara atau agen individual, organisasi swasta, dan
unit organisasi pemerintahan lain.
g. Dana Jasa antar Pemerintahan (Intragovermental Service Funds) untuk mencatat
pendanaan aktivitas khusus dan jasa yang dilakukan oleh unit organisasi yang ditunjuk
dalam batas kekuasaan pemerintah.
h. Dana luran Khusus (Special Assessment Found) untuk mencatat iuran khusus yang
dipungut guna mendanai perbaikan masyarakat atau jasa yang bermanfaat bagi kekayaan
yang menjadi dasar pemungutan iuran tersebut.
Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunakan dana untuk
aktivitas yang bermacam-macam seperti dana pelunasan (sinking funds), akuntansi untuk
kebangkrutan dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau divisional, pemisahan
aset dalam aset lancar atau tetap, dan konsolidasi.

Teori dan pembuat kebijakan akuntansi sektor publik


Teori akuntansi tidak lepas dari praktek akuntansi karena tujuan utamanya adalah
menjelaskan praktik akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan praktik
tersebut, tetapi pengalaman praktis saja tidaklah cukup, melainkan harus dilandasi oleh
pemahaman yang kuat terhadap teori akuntansi. Praktik kuntansi yang baik dan maju tidak
akan pernah tercapai jika teori yang melandasinya tidak baik.
Hubungan antara teori akuantansi dan proses oenyususnan standar akuntansi sektor
publik seharusnya dipahami dengan konteks yang luas. Kondisi ekonomimemiliki dampak
terhadap faktor politik dan teori akuntansi. Faktor-faktor poitik, pada gilirannya juga
memiliki pengaruh pada teori akuntansi. Teori akuntansi berkaitan erat dengan penyususnan
kebijakan akuntansi sektor publik. Teori bersama faktor politik dan kondisi serta sistem
ekonomi akan menentukan pembuatan kebijakan akuntansi sektor publik.
Dalam penyusunan kebijakan akuntansi yang akan dijadikan sebagai dasar dalam praktek
atau teknik akuntansi dipengaruhi oleh berbagai faktor berikut:
1. Teori Akuntansi
2. Faktor Politik
3. Kondisi Ekonomi
Hal ini membuktikan bahwa kita harus mempelajari teori akuntansi untuk dapat merumuskan
kebijakan akuntansi yang tepat. Cepat atau lambat, struktur akuntansi mestinya mengikuti
evolusi perkembangan masyarakat. Perkembangan itu tentu akan mempengaruhi konsep,
postulat akuntansi, prinsip dasar akuntansi, dan akhirnya teknik (metode pencatatan
akuntansi). Biasanya postulat, konsep, dan prinsip dasar akuntansi lebih bersifat jangka
panjang dibandingkan dengan penggunaan teknik atau prosedur pencatatannya.

Teori Akuntansi
Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa suatu teori perlu didukung oleh berbagai riset yang di
dalamnya terdapat hipotesis yang diuji kebenarannya. Suatu teori memiliki validitas keilmuan
jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu:
1. Teori tersebut memiliki kemampuan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi (the
ability to explain)
2. Teori tersebut memiliki kemampuan untuk memprediksi terjadinya suatu fenomena
(the ability to predict),
3. Teori tersebut memiliki kemampuan untuk mengendalikan fenomena (the ability to
control given phenomenon)
Adapun tujuan pengembangan teori akuntansi adalah untuk memahami praktik akuntansi
yang saat ini dilakukan, kemudian mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktik
akuntansi yang ada, serta untuk memperbaiki praktik akuntansi di masa datang (Mahmudi,
2010).

Pengembangan teori akuntansi sektor publik


Pengembangan teori akuntansi sektor pubik perlu dilakukan untuk memperoleh
khasanah ilmu akuntansi dan memperbaiki praktik akuntansi di sektor publik. Pengembangan
teori akuntansi juga terkait dengan pengembangan standar akuntansi yang berdampak pada
praktik akuntansi. Adapun pengembangan teori akuntansi sektor publik dapat dilakukan
melalui pendekatan deduktif maupun induktif.
Pengembangan teori akuntansi secara deduktif adalah membangun teori yang
penalarannya berasal dari teori-teori yang sudah ada, prinsip, konsep, doktrin, norma dan
nilai-nilai yang dianggap benar dan baik. Pengembangan teori akuntansi dengan pendekatan
deduktif ini disebut juga dengan teori akuntansi normatif. Pendekatan deduktif dalam
penelitian akuntansi sektor publik bermanfaat untuk memberikan penjelasan, dukungan, atau
koreksi terhadap kelayakan suatu pernyataan dan praktyik akuntansi yang ada.
Pengembangan teori akuntansi sektor publik dengan pendekatan induktif atau dikenal
dengan teori kuntansi positif membangun teori dari praktik yang ada (empiris). Pendekatan
induktif banyak dilakukan pada penelitian akuntansi karena akuntansi merupakan bagian dari
ilmu terapan. Pendekatan induktif dalam penelitian akuntansi sektor publik bermanfaat untuk
membangun teori baru. Riset akuntansi dengan pendekatan pisitivis dimulai dari identifikasi
dan perumusan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan review literatur,
pengembangan hipotesis, pemaparan metode penelitian, dan diakhiri dengan hasil penelitian.
Pengembangan teori akuntansi melalui riset akuntansi pada dasarnya juga dapat
dilakaukan melalui metode penelitian alternatif, seperti eksperimen, riset studi kasus, riset
lapangan dan riset dengan metode etinografi (Mahmudi, 2010).

PERTANYAAN:
1. Jelaskan pengertian good governace?
2. Uraikanlah karakteristik good governace?
3. Jelaskan tiga hal pokok yang terkait dalam akuntansi sektor publik?
4. Jelaskan hambatan-hambatan dalam menghasilkan laporan keuangan sektor publik
yang relevan?
5. Jelaskan tujuan laporan keuangan?
6. Sebutkan komponen-komponen dalam laporan keuangan?
7. Jelaskan para pemakai laporan keuangan sektor publik?
8. Jelaskan hak dan kebutuhan pemakai laporan keuangan?
9. Uraikanlah perbedaan laporan keuangan sektor publik dengan sektor swasta?
10. Jelaskan pengertian teori akuntansi dan fungsi teori akuntansi?
11. Jelaskan postulat akuntansi?
12. Jelaskan prinsip –prinsip akuntansi?
13. Jelaskan konsep teori kepemilikan, teori entitas dan teori dana?
14. Jelaskan pengembangan dari teori akuntansi sektor publik?
15. Uraikanlah faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan akuntansi sektor
publik?
BAB 2
TUJUAN PERKEMBANGAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
DAN PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Jawaban 2 :

Anda mungkin juga menyukai