Pembimbing:
dr. Retno Hernik, Sp. A
Andre Yusanto
2019104010110008
Nama : An. A
Umur : 2 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 15 Juni 2021
Tanggal Pemeriksaan : 21 Juni 2021
ANAMNESIS (1)
Saat di IGD, anak kejang kembali selama 1 menit, dengan pola mata melirik ke atas, seluruh
tubuh dan setelah kejang anak menangis. Saat diukur, suhu tubuh anak sekitar 37.8 derajat Celsius.
Pasien baru saja KRS dari RSU Haji Surabaya pada hari Selasa, 14 Juni pukul 15.00 sore dengan
keluhan kejang dan dokter mendiagnosis pasien dengan KDK/KDS.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien batuk dan pilek sejak ...., hilang timbul, diberikan obat
... BAB lancar BAK 6x sehari menggunakan popok, belum bisa BAK sendiri, Diare (-), mual (-),
muntah (-), riwayat jatuh (-), napsu makan dan minum kurang.
ANAMNESIS (2)
Riwayat Imunisasi
JENIS O I II III IV V
Hepatitis B Lahir
Polio lahir
BCG Lahir
DTP
MR
ANAMNESIS (5)
Riwayat Gizi
• Makanan padat dan bubur :
• Bubur sagu diberikan sejak umur 6 bulan dengan frekuensi 2 kali sehari.
• Anak sehari-hari konsumsi makanan padat seperti nasi, telur, ikan laut dan ayam, anak
biasa makan setengah piring nasi ( 65 Kalori) dan 1 paha ayam (135 kalori), dengan
frekuensi 3x sehari, pagi siang dan malam serta 1 telur mata sapi (92 kalori) hanya pada
pagi hari. Anak terkadang menolak untuk makan.
• Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup
Kesimpulan :
Gizi kurang: -2 SD
sampai dengan -3 SD
Status Gizi
TB/U
- Anak Perempuan
- 2 tahun 8 bulan
- BB 9,3 kg
- TB 83 cm
Kesimpulan :
Normal : -2 SD
sampai dengan -3SD
- Anak Perempuan
- 2 tahun 8 bulan
- BB 9,3 kg
- TB 83 cm
- LP 47 cm
Kesimpulan :
Normal : -2 SD
sampai dengan -3SD
PEMERIKSAAN FISIK (2)
• Kepala: Bentuk kepala normal, rambut warna hitam tidak mudah dicabut
• Mata : pupil bulat isokor (+/+), refleks cahaya (+/+), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-), mata cowong (-/-)
• Leher : Pembesaran tiroid (-) dan KGB (-)
• Telinga: Sekret keluar dari telinga (-)
• Hidung: Sekret hidung (-), pernapasan cuping hidung (-)
• Tenggorok: Uvula di tengah, mukosa faring hiperemi (-), Tonsil T1/T1, hiperemi (-), detritus
(-), membran putih (-), bintik putih (-),
• Mulut : mukosa bibir kering (+), pecah-pecah, lidah kotor (-), gusi berdarah (-),
stomatitis (-)
PEMERIKSAAN FISIK (3)
• Cor
• Inspeksi : iktus cordis tidak tampak, vosseur cardiac (-)
• Palpasi : iktus cordis tidak kuat angkat, thrill (-)
• Perkusi : dalam batas normal
• Auskultasi : S1-S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
• Pulmo
• Inspeksi : Normochest, simetris, retraksi dinding dada (-), dyspnea (-)
• Palpasi : simetris, nyeri tekan (-), krepitasi (-)
• Perkusi : sonor +/+
• Auskultasi : ves +/+, rhonki basa halus +/+, wh -/-
• Abdomen
• Inspeksi : flat, pulsasi epigastric (-)
• Auskultasi : BU (+) normal
• Perkusi : timpani (+)
• Palpasi : supel, nyeri tekan (+) pada regio hipokondrium dekstra, distended (+), hepatomegali (-),
splenomegali (-), shifting dullness (+), turgor kembali cepat
• Ekstremitas:
• Atas: Akral dingin, kering, merah +/+
• Bawah: Akral dingin, kering merh
• CRT: 2 detik
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Serum Elektrolit
Resume
Anamnesis:
kejang 2 kali SMRS, kejang berlangsung kurang lebih 5 menit untuk kejang 1 dan 5 menit
untuk kejang ke 2, saat kejang pasien tidak sadar.
Dan diantara kejang 1 dan ke 2 pasien sadar.
Saat mulai kejang pasien menangis dan merintih kemudian kejang.
Saat kejang tangan dan kaki anaknya kaku & bergerak2, tangan keatas menekuk serta
matanya menghadap keatas, mulut berbusa.
setelah sempat lemas sebentar kemudian menangis kencang dan tertidur.
Pasien sakit demam 1 hari SMRS, suhu tertinggi 38˚C
Batuk kering dan pilek pada saat demam disore hari, hilang timbul.
Riwayat kejang demam usia 5 bulan
Paman dari ibu memiliki riwayat kejang.
BB : 9.5 kg dan TB : 83 cm, pasien mengalami gizi kurang dan memiliki perkembangan
yang lebih lambat dari usianya.
Problem List
Kejang
demam
Gizi kurang
Keterlambatan perkembangan
Batuk kering dan pilek
DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Kerja:
Kejang Demam Kompleks ec Bronkopneumoni + Gizi
Kurang +Growth Delay Development
Diagnosis banding
Epilepsi
ISK
Faringitis
Planning Dx :
EEG
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja:
Kejang Demam Kompleks ec Bronkopneumoni + Gizi Kurang +Growth Delay
Development
DD:
Epilepsi Planning Dx :
ISK UL, EEG
Faringitis
PlaningTerapi
• Infus D5 ¼ NS 1.150 cc/24 jam harusnya 9,3 x 100 cc = 930 cc/24 jam
• Paracetamol inj. IV 3 x 130 mg prn (T Ax > 37.5) 10 – 15 mg/kgBB/kali =
93 – 139,5 mg/ kali cek sediaan pct iv adanya berapa
• Inj. diazepam 5 mg iv ini udah dikasi PO 2x sebelum IGD?
• Imboost Force Syr. 3 x ½ PO saranku gausa dikasi kalo ga kamu bahas di
pembahasan
• Cetirizin Syr. (5mg/5ml) 1 x ½ cth 0-0-1 ini udah sesuai dosis anak di mita?
• Diet TKTP 1300 KKal
Planing Monitoring
1. Menjelaskan kepada orangtua pasien mengenai penyakit pasien, yaitu kejang demam
kompleks (karena kejang berulang dalam 24 jam) dan pencetusnya yaitu demam.
2. Menjelaskan kepada keluarga mengenai pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan,
tatacara, serta tujuan pemeriksaannya (EEG)
3. Menjelaskan terapi yang akan diberikan beserta efek samping terapi.
4. Menjelaskan pentingnya manajemen demam pada anak, serta tatacara pengukuran suhu dan
penggunaan obat penurun demam.
5. Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk rutin memberikan obat kejang rumatan.
PROGNOSIS
Pemeriksaan
Penunjang
(16-06-2021)
Kesan:
Bronkopneumonia
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap
Serum Elektrolit
TINJAUAN
PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Pediatri
•kejang yang terjadi pada demam anak-anak antara usia 6 dan 60
bulan yang tidak memiliki infeksi intrakranial, gangguan metabolisme,
Academy of
atau riwayat kejang afebris.
American
•Kejang selama masa kanak-kanak setelah usia 1 bulan, yang
berhubungan dengan penyakit demam tanpa disebabkan infeksi
sistem saraf pusat, tanpa riwayat kejang neonatus dan tidak
ILAE
berhubungan dengan kejang simptomatik lainnya.Kejang dengan usia
kurang dari 1 bulan disebut sebagai kejang neonatus.
•Bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5
tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu di atas 38C,
dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan
IDAI 2016
oleh proses intrakranial.
DEFINISI
Epidemiologi
Prevalence
Demam
Genetik
Setelah kejang berhenti anak tampak capek, mengantuk, tertidur pulas, dan tidak
memberikan reaksi apapun untuk sejenak periode mengantuk singkat pasca
kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali
tanpa defisit neurologis.
Bangkitan kejang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang
pertama.
Manifestasi Klinis
Diagnosis
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesis
fisik penunjang
• Pre kejang • Kesadaran • Laboratorium
• Saat kejang • TTV • Lumbal pungsi
• Post kejang • Pusat infeksi • EEG
ekstrakranial • Brain Imaging
• Pemeriksaan
Neurologis
• Meningeal sign
• Peningkatan TIK
Indikasi Pemeriksaan Penunjang
Usia <6
KDK Hiperpireksia
bulan
Kejang
Kelainan
demam
neurologis
pertama
Diagnosis
Banding
Meningitis Epilepsi
Antipiretik
• Dosis paracetamol 10-15 mg/kg/kali, tiap 4-6 jam
• Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, tiap 3-4 kali sehari
Antikonvulsan
• Intermittern
• Rumatan
Pemberian Obat Antikonvulsan
Intermitten Rumatan
Indikasi • Kejang berulang 4x atau lebih • Kejang fokal
dalam setahun • Kejang lama >15 menit
• Usia < 6 bulan • Terdapat kelainan neurologis
• Kejang bila suhu tubuh <39oC yang nyata sebelum atau
• Bila pada episode kejang sesudah kejang
demam sebelumnya suhu (cerebralpalsy, hidrosefalus,
tubuh meningkat cepat hemiparesis)
terjadinya kejang.
kompleks.
Faktor Resiko Terjadinya Epilepsi
● Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau lebih dalam satu tahun.
Prognosis
Kecacatan
Kematian
● Bronkopneumonia
● salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur
dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim
paru yang berdekatan di sekitarnya
(Kemenkes, 2018)
EPIDEMOLOGI
Asia Tenggara
Liu, L, et al, 2015 22% Pneumonia
7% meninggal
Streptococcus RSV,
pneumoniae virus influenza,
Hemophilus influenzae Adenovirus
Staphylococcus aureus virus
Streptococcus group A – parainfluenza
B
Klebsiella pneumoniae
Pseudomonas aeruginosa
Chlamydia sp
Mycoplasma pneumoniae
Community Acquired Pneumonia Guideline Team, Cincinnati Children's Hospital Medical Center. Evidence-based care guidelines for medical management of community acquired
pneumonia in children 60 days to 17 years of age –Guideline 2014.
FAKTOR RISIKO
PNEUMONIA
Malnutrisi, tidak mendapat ASI
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, et al. The management of community-acquired pneumonia in infants and children older than 3 months of age : clinical practice guidelines by the pediatric infectious
diseases society and the infectious diseases society of America. Clin Infect Dis. 2011; 53 (7):617-30.
Patogenesis
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C, et al. The management of community-acquired pneumonia in infants and children
older than 3 months of age : clinical practice guidelines by the pediatric infectious diseases society and the infectious diseases society of America. Clin
Manifestasi klinis
Derajat
Laboratorium
Saturasi O2 (pulse
oxymetri) Pneumonia bakteri leukositosis hingga >15.000/ul
(predominan polimorfonuklir)
Lekosit >30.000/ul dengan dominasi netrofil
pneumonia streptokokus
Trombopenia lebih mengarah kepada infeksi virus
Sources
Oxygen should be available at all times. The two main sources of oxygen
are cylinders and oxygen concentrators. It is important that all equipment is
TERAPI OKSIGEN
checked for compatibility.
Monitoring
Train nurs es to place and secure
the nasal prongs correctly. Check
regularly that the equipment is working properly, and remove and clean the
prongs at least twice a day.
Monitor the child at least every 3 h to identify and correct any problems,
including:
• oxygen s aturation, by pulse oximeter
• position of nasal prongs
• leaks in the oxygen delivery system
• correct oxygen flow rate
• airway obstructed by mucus (clear the nose with a moist wick or by gentle
suction)
Tatalaksana
Pastikan
patensi jalan Antipiretik jika
napas demam tinggi
Status hidrasi :
- Atasi dehidrasi atau jika perlu
Jika didapatkan mengi koreksi suhu
dapat diberikan PZ - Asupan ASI/oral jika
atau bronkodilator memungkinkan
- Jika tidak bisa oral berikan /
NGT
BAB Analisis Kasus dan
III Pembahasan
Identitas
Pembahasan
Anamnesis
Kejang demam komplek:
• Kejang 3 kali selama 24 jam : 1. Lama (> 15 menit)
waktu ± 5 menit setiap kejang 2. Fokal / Parsial atau general
• Saat kejang pasien melirik keatas didahului parsial
dan kejang diseluruh tubuh 3. Berulang (24 jam),
• Pada kejang pertama, pasien
menangis setelah kejang, pada
kejang ke dua pasien tertidur
Anamnesis
TTV : suhu : 38 C
Pemeriksaan : Peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh
Auskultasi paru : ronkhi infeksi virus maupun bakteri, gejala timbul secara mendadak,
basah halus + batuk demam dan sesak, pada pemeriksaan auskultasi,
didapatkan suara nafas tambahan berupa ronki basah halus.
Neurologis :
Meningeal sign (-) Menyingkirkan DD ke
Reflek patologis (-) arah infeksi intrakranial
Laboratorium : dalam Menyingkirkan kearah
batas normal etiologi yang lain