Anda di halaman 1dari 26

IMPACT OF CORONAVIRUS

DISEASE 2019 ON
PULMONARY FUNCTION IN
EARLY CONVALESCENCE
PHASE
dr.Yuris hikman K
Pembimbing : dr. Nurrahmah Yusuf,Sp.P(K)
2
PICO

▰P (populasi)  Pasien berusia > 18 tahun yang sembuh dari COVID 19.
▰I (intervension)  Pemeriksaan fungsi paru, 6WMD dan pencitraan CT scan
▰C (comparison)  membandingkan kasus severe dan non-severe
▰O (outcome)  Prognosis

3
CRITICAL APPRAISAL

Apakah studi ini valid


▰Apakah ada sampel pasien lain yang memadai dengan kasus sama sesuai
dengan perjalanan penyakit? Tidak.
▰Apakah follow-up cukup panjang dan lengkap? Tidak.
▰Apakah kriteria yang objektif dan tidak bias digunakan? Ya.
▰Apakah ada adjustment terhadap faktor-faktor prognosis yang penting?
Tidak.

4
CRITICAL APPRAISAL

Apakah hasil studi ini?


▰Seberapa besar kemungkinan luaran seperti ini dalam waktu tertentu?
Tidak dijelaskan
▰Seberapa akurat perkiraan kemungkinan ini terjadi? Tidak dijelaskan

5
CRITICAL APPRAISAL

Apakah hasil studi ini dapat diterapkan ke masyarakat?


▰Apakah pasien dalam studi sama dengan pasien ditempat saya? Ya.
▰Apakah hasil studi bisa digunakan untuk konseling pasien saya? Ya.

6
CRITICAL APPRAISAL

KESIMPULAN :
▰ Studi ini tidak valid
▰ Hasil tidak bisa dijelaskan secara klinis
▰ Hasil relevan dengan praktek nyata

7
Latar Belakang

▰ Coronavirus Disease 2019 (COVID 19) merupakan penyakit


pernapasan disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang sangat menular.
▰ 7 Juni 2020 sebanyak 6.663.304 kasus terkonfirmasi dengan angka
kematian 392.802 kasus.
▰ Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai prognosis mengenai
kerusakan pada paru dan rehabilitasi pada penyintas COVID 19
▰ Kerusakan paru pada pasien COVID 19 pada fase konvalens awal
perlu perhatian.

8
Metode Penelitian

▰ Penelitian ini melakukan follow up pasien COVID 19 selama 30 hari setelah


keluar dari rumah sakit
▰ Dilakukan 17 Januari 2020 hingga 1 Maret 2020 pada RS terafiliasi pada
Universitas Sun Yat-sen
▰ Diagnosis COVID 19 berdasarkan kriteria CDC dan seluruhnya memiliki
hasil RT-PCR positif
▰ Pasien yang dimasukkan penelitian akan dianalisa rekam medis secara
retrospektif dan diklasifikasikan menjadi severe atau non-severe

9
Metode Penelitian

▰ Semua subjek menjalani pemeriksaan High Resolution CT scan dan diperiksa


oleh dua ahli radiologi secara blind dan mengevaluasi keterlibatan paru
▰ Subjek juga melakukan six min walk test (6MWT) untuk mengevaluasi fungsi
aktivitas pada pasien dengan penyakit kardiorespi
▰ Fungsi paru standart juga dilakukan: TLC, FVC, RV, FEV1, MMEF75/25,
FEV1/FVC dan DLCO
▰ Analisis statistik dilakukan SPSS versi 13.0

10
Hasil Penelitian

11
Hasil

▰ Penelitian ini mengevaluasi 102 pasien dan sebanyak 57 pasien yang ikut
berpartisipasi.

12
Hasil

13
14
15
Hasil

Tes fungsi paru dan Kekuatan otot pernapasan (Tabel 2 dan 3)


▰ Terdapat 30 (52,6%) pasien dengan kelainan kapasitas difusi yang terjadi
pada 75,6% kasus severe dan 42,5% kasus non-severe (tabel 3)
▻ 26 (86,7%) memiliki kelainan ringan
▻ 4 (13,3%) kelainan sedang
▰ Lebih dari setengah populasi mengalami penurunan kekuatan otot napas. 28
(49,1%) memiliki Pi max dibawah 80% prediksi dan 13 (22,8%) memiliki Pe
max dibawah 80% prediksi. 13 pasien memiliki penurunan moderate
kekuatan otot pernapasan, dimana 11 diantaranya pada kasus non severe.
16
Hasil

Radiologi dada dan hubungannya dengan fungsi paru


▰ CT scan follow up menunjukkan 31 (5,4%) memiliki kelainan residu,
dimana 16 (94,1%) merupakan kasus severe dan 15 (37,5%) non-severe
▰ kelainan CT scan terbanyak merupakan Ground glass opacity
▰ Sebanyak 4 pasien memiliki fibrosis paru, semuanya pada kasus severe

17
Hasil

6MWT (tabel 2)
▰ Rata-rata pada semua subjek 561,97m
▰ Kasus severe memiliki jarak yang lebih rendah dibanding non severe
(517.43m [SD, 44.55 m]; 573.52m [SD, 38.38 m], P = 0.012).
▰ Kasus severe hanya mampu menempuh 88,4% hasil prediksi

18
DISKUSI

19
• Penelitian ini menunjukkan pada fase konvalensen awal, sebanyak ¾
pasien mengalami penurunan fungsi paru, dimana terbanyak penurunan
kapasitas difusi dan penurunan FEV1/FVC
• Kelainan DLCO terjadi pada lebih dari setengah kasus mengindikasikan
terganggunya jalur intraalveolar
• Penelitian sebelumnya pada penyintas SARS juga ditemukan terbanyak
kelainan DLCO
• Autopsi pada penderita COVID 19 menunjukkan kerusakan struktur
alveolar dan didapatkan fibrosis paru

20
• Pada kasus severe lebih cenderung memiliki kelainan DLCO dibanding
non severe
• Pada sebagian kecil pasien yang memiliki kelainan DLCO namun tidak
memiliki kelainan pencitraan.
• Pada pasien SARS, follow up jangka panjang mengindikasikan bahwa
kelainan DLCO akan bertahan hingga 3 tahun setelah pemulihan.
• Pada 6 pasien (10,5%) memiliki kelainan fungsi paru obstruktif, 7 pasien
(12,3%) memiliki kelainan restriktif, dan 2 pasien memiiki kelainan
campuran.
• Hal ini konsisten jika dibandingkan penelitian pada penderita SARS

21
• Selama masa rehabilitasi awal, skor Lung Total Severity tidak memiliki
hubungan dengan FEV1, FVC atau DLCO, dimana hasil tersebut tidak
konsisten dengan pasien SARS.
• Derajat fungsi paru juga tidak sebanding dengan keparahan penyakit atau
hasil pencitraan.
• Hipotesis kami bahwa pada pasien kasus severe akan diobati dengan
glukokortikoid selama dirawat, mengindikasikan bahwa obat tersebut akan
memperbaiki prognosis pasien COVID 19

22
• Lebih dari setengah subjek mengalami penurunan kekuatan otot napas.
Namun tidak ada perbedaan signifikan pada kasus severe dan non-severe
• 6MWD pada pasien severe lebih rendah dibanding non-severe, dan lebih
buruk dalam mentoleransi olahraga
• Dibutuhkan penelitian lebih jauh mengenai fungsi kardiopulmoner pada
pasien COVID 19

23
Kelemahan

▰ Studi ini hanya berupa cross-sectional dengan jumlah sampel sedikit


▰ Hasil dari penelitian ini mungkin tidak representatif
▰ Meskipun dilakukan tes fungsi paru namun tes fungsi kardiopulmoner tidak
dilakukan

24
Kesimpulan

▰ Kekurangan kapasitas difusi, penurunan kekuatan otot pernapasan dan


abnormalitas pencitraan dideteksi pada lebih dari setengah kasus COVID 19
pada fase konvalensen awal.
▰ Dibandingkan non-severe, pada kasus severe insiden kelainan DLCO,
penurunan TLC, dan penurunan 6MWD lebih tinggi.
▰ Penelitian follow-up lebih lama dibutuhkan untuk menginvestigasi lebih
lanjut.

25
TERIMA KASIH!

26

Anda mungkin juga menyukai