Anda di halaman 1dari 9

Pendahuluan

Didalam kehidupan manusia setiap harinya, transportasi merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tidak mungkin untuk
ditinggalkan. Dalam melakukan aktifitas hidupnya, manusia selalu menggunakan transportasi untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam usahanya mencukupi kebutuhan manusia memerlukan jalur untuk membawa dirinya, atupun barang barang yang
dibutuhkan untuk menuju ketempat lain. Tanpa adanya jalur transportasi, tentu akan sangat sulit sekali manusia akan
berhubungan dengan manusia yang lain untuk melakukan transaksi barang, ataupun sekadar saling mengunjungi. Semakin baik
sebuah jalur tranportasi suatu daerah, maka akan berdampak lebih cepat dan mudahnya daerah tersebut dalam memberikan
pelayanan pada penduduk yang berada di dalamnya.
 Definisi jalan menurut beberapa sumber buku dapat diartikan sebagai berikut:
 1. Jalan adalah Jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang sengaja dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran
dan konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut
barang-barang dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya dengan cepat dan mudah. (Silvia Sukirman, 1994).
 2. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang di atas dipermukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/
atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. (Undang Undang No.38/ 2004)
 3. Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi Lalu
Lintas umum, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan kabel. (UU no 22 tahun 2009)
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan jalan merupakan prasarana transportasi darat yang dibangun
manusia, meliputi semua bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap beserta kelengkapannya dengan berbagai bentuk, jenis
konstruksi, dan bermacam ukuran yang difungsikan untuk mempermudah dan memperlancar lalu lintas manusia, hewan,
maupun kendaraan, baik yang berada di atas ataupun di bawah permukaan tanah/ air, tetapi selain jalan kereta api, jalan
kabel dan jalan lori.
 KLASIFIKASI DAN JENIS-JENIS JALAN
 Kadang kita tidak pernah memperhatikan jalan yang di sekitar kita. Jalan yang sering kita lewati sejatinya dapat kita
bedakan menurut hierarki atau klasifikasi tertentu. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 mengenai jalan, secara umum
klasifikasi/ hierarki jalan merupakan pengelompokan jalan, yang secara garis besar dapat dibedakan menurut fungsi/
kegunaan dari jalan, menurut administrasi pemerintahannya, dan berdasarkan dari muatan sumbu yang berkaitan
dengan berat dan dimensi kendaraan.
 1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsinya Menurut PP nomor 34 tahun 2006, kita dapat membedakan klasifikasi jalan
berdasarkan fungsi terdiri atas jalan arteri, kolektor, lokal, serta lingkungan.
 a. Jalan Arteri Jalan arteri dipergunakan untuk pelayanan angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan yang ditempuh
adalah perjalanan jarak jauh, yang memiliki kecepatan rata-rata pengguna jalan yang tinggi, sementara banyaknya
jalan masuk menuju jalan ini diberikan batasan.
 Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2006, dapat membedakan jalan Arteri sendiri
menjadi beberapa kriteria lagi, yaitu meliputi:
 1) Arteri Primer adalah Jalan yang menjadi penghubung antar pusat kegiatan nasional atau antara pusat kegiatan
nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Kecepatan rencana yang direncanakan untuk jalan ini paling rendah 60
kilometer/ jam, dengan lebar badan jalan minimal 11 meter, Jumlah jalan masuk ke jalan ini dibatasi secara efisien,
lalu lintas untuk perjalanan jarak jauh tidak diganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas perjalanan lokal maupun
kegiatan lokal, sehingga jalan ini tidak diperbolehkan terhenti di kawasan perkotaan.
 2) Arteri Sekunder adalah Jalan yang menjadi penghubung antara kawasan utama dengan kawasan pembantu pertama,
antar kawasan pembantu pertama, atau kawasan pembantu pertama dengan kawasan pembantu kedua. Jalan arteri
sekunder direncanakan mempunyai kecepatan terendah 30 kilometer/ jam dan mempunyai lebar badan jalan minimal
11 meter, jalur lalu lintas lambat pada arteri skunder tidak diperkenankan mengganggu lalu lintas cepatnya.
 b. Jalan Kolektor Jalan ini dipergunakan untuk pelayanan angkutan pengumpul/ pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan yang ditempuh adalah jarak sedang, memiliki kecepatan rata-rata pengguna jalan yang sedang,
serta, serta banyaknya jalan masuk menuju jalan ini diberikan batasan.
 Jalan Kolektor menurut PP 34 tahun 2006 dapat dibedakan menjadi;
 1) Kolektor Primer merupakan jalan yang menjadi penghubung antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lokal.
Kecepatan rencana yang direncanakan pada jalan ini terendah 40 kilometer/ jam dan mempunyai lebar badan
jalan minimal 9 meter, dengan jumlah jalan masuk ke jalan ini dibatasi.
 2) Kolektor sekunder merupakan jalan yang menjadi penghubung antar kawasan pembantu kedua atau kawasan
pembantu kedua dengan kawasan pembantu ketiga. Jalan ini direncanakan dengan kecepatan rencana paling
rendah 20 kilometer/ jam dan mempunyai lebar badan jalan minimal 9 meter, pada jalan ini lalu lintas cepat
tidak terganggu oleh lalu lintas lambat.

 c. Jalan Lokal Jalan ini dipergunakan untuk memberikan pelayanan angkutan pada daerah lokal/ setempat,
dengan ciri-ciri memiliki perjalanan yang ditempuh merupakan perjalanan jarak dekat, mempunyai kecepatan
rata-rata yang rendah, serta tidak ada pembatasan jalan masuk menuju jalan ini
 Untuk jalan lokal menurut PP 34 tahun 2006, dapat dibedakan menjadi beberapa macam, meliputi:
 1) Lokal Primer merupakan jalan yang menjadi penghubung antara pusat kegiatan nasional dengan pusat
kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal, atau
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan
 serta antarpusat kegiatan lingkungan. Direncanakan dengan kecepatan rencana minimal 20 kilometer/ jam dan
mempunyai lebar badan jalan minimal 7,5 meter, jalan ini tidak boleh terputus oleh kawasan pedesaan.
 2) Lokal Sekunder merupakan jalan yang menjadi penghubung antara kawasan pembantu pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya dengan perumahan, direncanakan dengan kecepatan rencana paling rendah 10 kilometer/
jam dan mempunyai lebar badan jalan paling kecil 7,5 meter.

 D) Jalan Lingkungan merupakan jalan umum yang berguna untuk memberikan pelayanan pada angkutan di
lingkungan. Jalan ini mempunyai kecepatan rencana rata-rata rendah. Kendaraan yang beroperasi pada jalan ini
hanya untuk kendaraan-kendaraan kecil. Perjalanan yang dilakukanpun hanya untuk perjalanan jarak dekat
saja.
 Menurut PP 34 tahun 2006 jalan lingkungan dapat dibagi menjadi:
 1) Lingkungan Primer merupakan jalan yang menjadi penghubung antar pusat kegiatan di dalam kawasan
pedesaan termasuk jalan yang berada di dalam lingkungan kawasan pedesaan tersebut. Direncanakan dengan
kecepatan rencana minimal 15 kilometer/ jam. Lebar badan jalan untuk kendaraan bermotor roda tiga atau
lebih minimal berukuran 6,5 meter sedangkan untuk lebar jalan yang bukan diperuntukkan bagi kendaraan
beroda tiga atau lebih, minimal berukuran 3,5 meter.
 2) Lingkungan Sekunder merupakan jalan yang menjadi penghubung antar tanah, perumahan, ataupun tempat
tempat di dalam kawasan perkotaan. Direncanakan dengan kecepatan rencana minimal 10 kilometer/ jam
dengan Lebar badan jalan untuk kendaraan bermotor roda tiga atau lebih minimal berukuran 6,5 meter
sedangkan untuk lebar jalan yang bukan diperuntukkan bagi kendaraan beroda tiga ataupun lebih, minimal
berukuran 3,5 meter..
 Klasifikasi jalan berdasarkan Status Jalan/ administrasi pemerintah
 Dalam upaya untuk menjamin kepastian hukum penyelenggaraan jalan agar sesuai kewenangan pemerintah,
maka perlu dikelompokkan jalan sesuai dengan administrasi pemerintahan. Di dalam PP Nomor 34 tahun 2006,
tentang jalan umum menurut statusnya bisa dibedakan menjadi:
 a. Jalan nasional, jalan ini terdiri dari jalan arteri dan jalan kolektor dalam pengaturan jaringan jalan primer,
jalan ini menjadi penghubung antar ibukota provinsi, serta jalan strategis nasional termasuk juga jalan tol.
 b. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor yang ada di dalam pengaturan jaringan jalan primer yang menjadi
penghubung antara ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/ kota, atau antar ibukota kabupaten/ kota,
termasuk juga jalan strategis yang merupakan jalan provinsi.
 c. Jalan kabupaten adalah jalan lokal di dalam penataan jaringan jalan primer dan merupakan jalan umum
dalam penataan jaringan sekunder di dalam wilayah kabupaten, Jalan ini bukan merupakan jalan nasional
maupun propinsi, dan berfungsi menjadi penghubung antara ibukota kabupaten menuju ibukota kecamatan,
antar ibukota kecamatan, antar pusat kegiatan lokal, antara ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal.
 d. Jalan kota, adalah jalan umum dalam pengaturan jaringan jalan pembantu/ sekunder yang menjadi
penghubung antarpusat pelayanan dalam kota, menjadi penghubung antara pusat pelayanan dengan persil,
menjadi penghubung antar persil, dan juga menjadi penghubung antar pusat permukiman yang terletak di dalam
kota.
 e. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menjadi penghubung antar wilayah atau antar pemukiman yang
berada dalam satu desa, serta menjadi penghubung jalan lingkungan.
 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Kelas Jalan/ Muatan Sumbu Jalan Bedasarkan muatan sumbu/ kelas
jalan klasifikasi jalan dapat dikelompokan menjadi beberapa kelompok. Hal ini dengan mempertimbangkan fungsi dan
itensitas yang berguna untuk keperluan penataan pemakaian jalan, kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, serta daya
dukung untuk bisa menahan muatan terberat dari dimensi kendaraan bermotor. Pengelompokan jalan menurut kelas jalan
menurut PP no. 22 tahun 2009 terdiri atas:
 a. Jalan kelas I, merupakan jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor yang mempunyai ukuran
lebar maksimal 2.500 milimeter, dengan panjang maksimal 18.000 milimeter, dengan tinggi maksimal 4.200 milimeter,
dan muatan sumbu paling berat 10 ton;
 b. Jalan kelas II, merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar maksimal 2.500 milimeter, ukuran panjang maksimal 12.000 milimeter, ukuran tinggi maksimal 4.200
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton;
 c. Jalan kelas III, merupakan jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor dengan
ukuran lebar maksimal 2.100 milimeter, ukuran panjang maksimal 9.000 milimeter, ukuran tinggi maksimal 3.500
milimeter, dan muatan sumbu terberat 8 ton. Jalan kelas III sendiri dapat dibedakan menjadi tiga kriteria:
1) Jalan Kelas III A, merupakan jalan arteri ataupun berupa jalan kolektor, jalan ini bisa dilewati oleh kendaraan bermotor
termasuk muatannya, yang mempunyai batasan ukuran lebar maksimal 2.500 milimeter, dengan panjang maksimal 18.000
milimeter, serta muatan sumbu yang diperbolehkan paling berat 8 ton.
2) Jalan Kelas III B, merupakan jalan kolektor yang bisa dilewati kendaraan bermotor termasuk muatannya, yang
mempunyai batasan ukuran lebar maksimal 2.500 milimeter, dengan panjang maksimal 12.000 milimeter, serta muatan
sumbu yang diperbolehkan paling berat 8 ton.
3) Jalan III C, merupakan Jalan lokal ataupun berupa jalan lingkungan, jalan ini bisa dilewati oleh kendaraan bermotor
termasuk muatannya, yang mempunyai batasan ukuran lebar maksimal 2.100 milimeter, dengan panjang maksimal 9.000
milimeter, serta muatan sumbu paling berat yang diperbolehkan 8 ton.
 d. jalan kelas khusus, merupakan jalan arteri yang bisa dilewati kendaraan bermotor dengan ukuran lebar lebih
dari 2.500 milimeter, dengan panjang lebih dari 18.000 milimeter, dengan ketinggian maksimal 4.200 milimeter,
dan muatan sumbu minimal 10 ton. Secara lebih mudahnya bisa dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Selain klasifikasi menurut UU no 22 tahun 2009 di atas, kita juga masih mengenal klasifikasi jalan yang lain, seperti
klasifikasi jalan menurut medan/ daerahnya.
4. Klasifikasi jalan berdasarkan medannya
Pedoman klasifikasi jalan berdasarkan medan menurut Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota No 038/
TBM/ 1997 adalah sebagai berikut.
a. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis
kontur.
 b. Klasifikasi jalan yang dipergunakan untuk perencanaan geometrik yang didasarkan medan jalan, dapat
diperhatikan pada tabel 1.2 berikut:

 c. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman kondisi medan
menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana
jalan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai