Anda di halaman 1dari 30

Pelajaran 3.

Bagaimana Memulai Pelayanan Kota


Diterjemahkan dan diringkas dari:
Judul buku : A Call for Compassion; City
Streets City People
Judul asli artikel : Lift Up Your Eyes; How to Start
an Urban Ministry
Penulis : Michael J. Christensen
Penerbit : Abingdon Press, Nashville 1988
Halaman : 53 -- 70
• Gereja membutuhkan
visioner yang memilih
untuk tidak bermain
aman, namun
mengambil risiko dan
beriman kepada
Tuhan dalam merintis
pelayanan yang baru
dan inovatif di kota.
• Kehendak Tuhan bagi kebanyakan dari
kita menunjuk kepada kota. Jika
Tuhan telah memanggil Anda untuk
memulai sesuatu yang baru di kota,
seperti Tuhan telah memanggil saya,
maka Anda akan melalui proses
pemahaman akan kehendak-Nya,
berjalan dalam iman, dan membangun
mimpi Anda.
Berikut langkah-langkah dalam
memahami dan memulai pelayanan
baru:
1. Izinkan Roh Tuhan
Menaruh Visi dalam
Diri Anda
Tuhan memberi kita penglihatan akan
rencana dan tujuan-Nya dalam hidup
kita, dan mengizinkan kita untuk
bermimpi dan memiliki visi-Nya dengan
jelas dan konkret. Semakin spesifik doa,
tujuan, dan sasaran kita untuk visi
tersebut, semakin besar
kemungkinannya untuk visi Tuhan
tersebut dapat terwujud.
• Visi adalah gambaran yang membara di hati, tentang apa
yang Tuhan ingin lakukan melalui Anda di tempat
tertentu bersama kelompok orang yang spesifik. Visi
adalah rencana Allah tentang apa yang dapat terjadi.
Dengan memercayai dan menindaklanjuti visi tersebut,
mimpi dapat terwujud. Dua visioner kuno, Abraham dan
Sarah, telah mengalaminya. Saya melihat tiga benang
dalam struktur kehidupan mereka yang membentuk pola
masa kini dalam memahami kehendak Tuhan: panggilan
untuk taat, iman terhadap visi Tuhan, dan hasil yang
sudah diantisipasi.
• Panggilan untuk Meninggalkan
Tempat Tinggal. Abraham dan
Sarah tinggal dengan nyaman di
Haran saat Tuhan memanggil
mereka: "Pergilah dari
negerimu dan dari sanak
saudaramu dan dari rumah
bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu;"
(Kejadian 12:1) Tidak mudah
bagi mereka untuk menaati
panggilan itu -- banyak risiko
dan pengorbanan.
• Sebuah "panggilan" selalu mengiang,
bisikan dalam diri Anda yang
mengatakan, "Tinggalkan rumahmu
dan pergilah ke tempat yang
Kutunjukkan kepadamu." Mungkin
rumah yang kita tinggalkan bersifat
geografis atau spiritual. Tempat yang
ditunjukkan kepada kita mungkin
adalah kota, pelayanan baru di
lingkungan, atau cara hidup baru di
dunia. Yang terpenting adalah
meresponi dan mengikuti visi Tuhan
yang lahir dalam diri kita, tanpa
menghiraukan risiko dan
pengorbanannya.
• Saat Abraham dan Sarah pergi,
keponakan mereka, Lot, ikut
bersama mereka. Kemudian,
gembala Abraham dan Lot
berselisih tentang pembagian
tanah. Abraham, yang percaya
akan visi Tuhan, memutuskan
untuk berpisah: "Jika engkau
ke kiri, maka aku ke kanan,
jika engkau ke kanan, maka
aku ke kiri." (Kejadian 13:9)
• Lot melihat ke Timur dan "melihat seluruh Lembah
Yordan banyak airnya, seperti taman TUHAN, seperti
tanah Mesir." (Kejadian 13:10) Seketika itu, Lot berpisah
dari Abraham dan tinggal di Yordan. Abraham memilih
tinggal di Kanaan yang berbukit-bukit, yang nampak
tidak sedap dipandang mata. Di situlah Tuhan
menegaskan visinya: "Pandanglah sekelilingmu dan
lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan
barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang
kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada
keturunanmu untuk selama-lamanya." (Kejadian 13:14-
15)
• Ada pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
untuk visioner kota pada masa kini: Mata iman tidak fokus
pada penampilan, namun pada pandangan yang luas dan
penglihatan akan apa yang dapat terjadi. "Apa yang dapat
kamu lihat secara luas, Aku dapat memberikannya
kepadamu," kata Tuhan kepada orang beriman. "Apa yang
tidak dapat kamu impikan, Aku tidak dapat memberikannya
padamu." "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah" adalah
kunci terhadap keberhasilan di luar batas kemampuan
manusia. Jika kita dapat memimpikan visi Tuhan dan
spesifik dengan hasilnya, apa yang kita perlukan akan
disediakan oleh Tuhan "yang menjadikan dengan firman-
Nya apa yang tidak ada menjadi ada." (Roma 4:17)
• Tuhan membangkitkan pemimpin yang memiliki mimpi
dan visi yang spesifik, yang percaya kepada-Nya akan
hasilnya. Surat Ibrani mengingatkan kita bahwa iman
atau visi "adalah dasar dari segala sesuatu yang kita
harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita
lihat". (Ibrani 11:1)

• Saya percaya bahwa dalam diri setiap orang, tersembunyi


visi yang menunggu pemenuhan melalui iman dan
ketaatan akan panggilan.
2. Bangun Visi Secara Perlahan

• Setelah memahami
kehendak Tuhan,
kesabaran diperlukan
dalam mewujudkan visi
Tuhan bagi pelayanan
kota. Sama halnya janin
membutuhkan sembilan
bulan untuk dapat lahir
sebagai bayi, butuh
bertahun-tahun untuk
mimpi atau visi dalam hati
itu menjadi kenyataan.
2. Bangun Visi Secara Perlahan

• Apa yang terjadi pada Anda


sama pentingnya dengan
apa yang Tuhan lakukan
melalui Anda. Bersabarlah
menunggu Tuhan, biarkan
Tuhan mengerjakan karya
keselamatan dalam diri
Anda, dan kemudian
membangun visi Tuhan
secara perlahan namun
pasti.
• Saat saya dan beberapa orang melayani di New York, kami
memulai pelayanan dengan visi yang cukup murni. Kami
membutuhkan waktu untuk mapan sebelum kami melakukan
banyak pelayanan. Namun, kami melangkah semakin cepat dan
kami menjadi terdesak. Hasilnya adalah krisis dalam pelayanan:
banjir permintaan dan kebutuhan, sedikitnya uang, pelayanan
semakin sempit. Selama bertahun-tahun, kami berjuang untuk
bertahan sampai kami memperlambat laju pelayanan kami,
kemudian mengambil waktu untuk merenung, memikirkan fokus
pelayanan, dan peletakan dasar spiritual. Intensitas pelayanan
kota dapat menghancurkan bahkan visioner paling percaya diri
sekalipun. Cara untuk hidup berkemenangan adalah membiarkan
visi Tuhan tersingkap secara perlahan, hari demi hari, tahap demi
tahap, mengikuti irama Roh.
3. Ajak Rekan Sepelayanan
• Seorang visioner tidak dapat
memenuhi visi Tuhan seorang
diri. Visi itu harus dibagi. Butuh
waktu untuk menemukan orang
yang tepat. Ajak orang yang Anda
kenal dan percaya, yang
berkompeten, berkomitmen, dan
yang Anda percayai serta yang
memberi rasa nyaman. Jangan
terburu-buru mengajak orang
hanya karena mereka
bersemangat. Tunggu waktunya
Tuhan memberikan orang yang
pas.
• Butuh waktu lebih dari setahun bagi saya untuk
menemukan lima orang yang bersedia dan
mampu melayani bersama di San Fransisco.
Yesus sendiri membutuhkan waktu 3 tahun
untuk memuridkan 12 orang pria dan
sekelompok wanita. Barulah setelah itu Yesus
mengatakan kepada Petrus, "gembalakanlah
domba-domba-Ku" dan di atas batu karang ini
Aku akan mendirikan jemaat-Ku." (Yohanes
21:17; Matius 16:18)
4. Pilih Ladang Pelayanan
• Setelah mengajak rekan sepelayanan, langkah
selanjutnya adalah secara perlahan dan penuh
doa mengidentifikasi lingkungan yang akan
dilayani. Tanyakan pertanyaan ini: Siapa yang
Tuhan ingin kita kasihi? Lingkungan dan daerah
geografis bagaimana yang nampaknya paling
membutuhkan kehadiran Tuhan? Lingkungan
mana yang nampak siap akan hadirnya pelayanan
kota?
4. Pilih Ladang Pelayanan
• Setiap kota memiliki daerah yang terabaikan. Kita
bisa saja memiliki visi untuk menjangkau seluruh
kota, namun pelayanan kota akan efektif apabila
kita fokus pada lingkungan tertentu.

• Selalu ada lingkungan dalam sebuah kota yang


paling cocok untuk dilayani. Pilih daerah yang
memiliki sejarah, riwayat, dan ciri khas -- yang
menarik dan menantang Anda. Yang terpenting,
pilih daerah kumuh yang ditinggali orang-orang
miskin dan gelandangan.
5. Tetapkan Pos Pelayanan

• Menetapkan pos pelayanan di


lingkungan terpilih adalah langkah
penting selanjutnya dalam memulai
pelayanan kota. Idealnya, sewalah
atau belilah bangunan yang memiliki
corak budaya dan mudah diakses
masyarakat. Orang yang berusaha
Anda jangkau membutuhkan sebuah
simbol komitmen dan kehadiran
Anda. Masyarakat memerlukan
sebuah tempat yang hidup, dan
pelayanan membutuhkan tempat
untuk berkembang. Sebuah pusat
pelayanan mampu memenuhi
kebutuhan tersebut.
• Jika Anda mengalami kesulitan --
entah itu masalah keuangan atau
yang lainnya -- seperti halnya
saya saat berusaha
mengembangkan pelayanan di
New York dan San Fransisco,
percayalah bahwa Tuhan dapat
melakukan mukjizat. Mukjizat
adalah karya Tuhan yang tepat
pada waktunya. Dari pengalaman
saya merintis pelayanan di New
York dan San Fransisco, tidak ada
visi yang mustahil.
6. Bangun Komunitas
• Sebelum Anda melaksanakan misi pelayanan Anda dalam
sebuah lingkungan, kelompok pelayanan Anda harus menjadi
sebuah komunitas.

• Apakah komunitas itu? J. B. Libanio, yang menulis tentang


komunitas kristiani di Amerika Tengah dan Selatan,
mendefinisikan komunitas sebagai: "Sebuah kesatuan beberapa
orang yang dinamis, yang melalui interaksi sosial yang spontan,
terintegrasi oleh ikatan persahabatan, emosional, kesamaan
sejarah dan budaya".

• Sebuah komunitas terbentuk saat sebuah kelompok kecil berintegrasi,


berjalan bersama, dan ingin melakukan sesuatu yang lebih besar
daripada yang dapat mereka capai secara individual.
• Sebagai suatu kelompok pelayanan, kita semua harus merasa
terpanggil untuk hidup di antara orang-orang yang ingin kita
jangkau. Hal ini membutuhkan komitmen jangka panjang.
Komunitas berarti komitmen kepada satu dengan yang lain
dan kepada rencana rekonsiliasi Tuhan. Komunitas diperlukan
sebelum penyembahan dan misi dapat terjadi dengan benar.
Sebuah kelompok pelayanan yang berharap untuk menjangkau
sebuah kota dan lingkungan dengan kasih Tuhan, harus
terlebih dahulu mengasihi dan menghargai anggotanya.
Perbedaan dalam kepribadian, teologi, latar belakang, standar
kerja dan kebersihan, talenta, dan panggilan dapat
menghancurkan sebuah komunitas. Namun hal itu dapat
diatasi dengan komitmen bersama terhadap proses dan fokus
pada visi.
7. Biarkan Misi Mengalir
• Sebuah kelompok Kristen kecil
yang diorganisasi bagi misi dan
setidaknya pertemuan untuk
menyembah, berdoa, dan saling
menguatkan seminggu sekali,
memiliki potensi untuk
memahami apa yang Tuhan
lakukan dan terlibat di dalamnya.
"Handbook for Mission Groups"
karya Gordon Cosby menjelaskan
setiap langkah bagaimana sebuah
komunitas terbentuk dan
menemukan pelayanannya.
• Awalnya, sebuah kelompok berkumpul bersama visioner
yang sudah mendapat panggilan untuk melayani dan
menyuarakan panggilan itu dalam beragam cara -- dalam
percakapan pribadi, dalam kepemimpinan, atau dalam
nubuatan.

• Jika tidak ada yang meresponi, orang yang terpanggil itu


menunggu beberapa saat untuk orang lain menceritakan
panggilannya. Saat 2 atau 3 orang meresponi, mereka
memulai hidup mereka bersama, "saling membangkitkan
talenta, dan berdoa bagi kejelasan dalam mendengar
kehendak Tuhan bagi misi mereka".
• Panggilan itu mungkin dimulai saat seseorang
mendengar bisikan (gambar, perasaan) Tuhan yang terus
mengiang, yang mengatakan "berilah makan orang yang
kelaparan", "sediakan tempat tinggal bagi gelandangan",
atau "hiburlah penderita AIDS". Saat orang lain
meresponi panggilan itu, implikasi dan
perkembangannya terlihat. Prinsip penting dalam
kelompok misi adalah diperlukannya komitmen bersama
dan tanggung jawab bersama yang diterima oleh setiap
anggota. "Hal ini dapat dilakukan hanya dengan
mengenali talenta setiap anggota," kata Cosby.
• Orang yang memiliki multi talenta akan menghadapi
godaan untuk memenuhi kepuasan ego dengan
melakukan segala sesuatu seorang diri daripada
bersama-sama. Tanpa komitmen untuk hidup dan
melakukan misi bersama, sebuah kelompok misi tidak
akan berhasil. Dengan komitmen bersama, sebuah
kelompok misi akan bertahan selama semusim atau
sepanjang hidup. Karya pelayanan yang sudah dilakukan
itu akan menjadi karya Tuhan dan selamanya menjadi
bagian dalam usaha Tuhan berdamai dengan dunia ini.
• Kadang, sebuah kelompok misi mencapai misinya dan
kemudian bubar. Apa yang sebaiknya terjadi saat sebuah
kelompok misi mati secara alami? Menurut Cosby, "Saat
diketahui tidak ada lagi dua atau lebih anggota yang
terpanggil, kelompok itu mungkin dapat meninjau ulang
sejarahnya, bersyukur atas apa yang sudah dilakukan, dan
merayakan matinya kelompok itu. Sering kali, diperlukan
adanya kesadaran akan dosa yang harus diampuni, luka
hati yang harus disembuhkan, dan keberanian untuk
mengambil langkah selanjutnya."
• Jika kelompok misi mempertahankan
tahap perkembangannya dan arahan
dari Tuhan, maka pelayanan akan
terbentuk. Antusiasme akan
dibumbui dengan hikmat, inovasi
akan diwataki dengan tradisi, dan
banyaknya orang yang antusias akan
diarahkan oleh Tuhan untuk
mendukung dan membantu usaha
komunitas. Kelompok misi mungkin
dapat tetap menjadi bagian dari
gereja atau berdiri sendiri sebagai
komunitas penyembahan dan pusat
misi sementara.

Anda mungkin juga menyukai