Anda di halaman 1dari 33

PAPER

Pernyataan Paulus tentang sabat dalam Kolose 2:16-17 dan implikasinya


kepada pemelihaaran sabat dikalangan non sda

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Persyaratan


Kelas Filsafat Gereja Advent

Oleh
Deddy Panjaitan
Nim 2001212

MAGISTER FILSAFAT
UNIVERSITAS ADVENT INDONESIA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Pernyataan Paulus dalam Kolose 2:16-17 telah dipahami oleh banyak orang Kristen
untuk tidak lagi merayakan Sabat karena sudah digenapi dalam diri Yesus.

Ayat yang berbunyi,

“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan
minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah
bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.”1
Penggalan ayat ini telah dikutip secara luas dengan mengabaikan kebenaran sabat di
seluruh Alkitab Perjanjian lama dan Perjanjian baru. Mengabaikan konteks kitab, perikop dan
frasa, “hari raya, bulan baru ataupun hari sabat.”

Dengan demikian ayat ini telah dijadikan menjadi sebuah kesimpulan bahwa sabat
sebagai lembaga yahudi sudah dihapuskan, sebab itu hanyalah bayangan dan sudah digenapi oleh
Yesus. Karena itu orang Kristen tidak wajib memelihara sabat. 2

Lebih jauh mereka mengatakan bahwa kita bisa bebas memilih satu hari apa saja untuk
beristirahat dalam seminggu menjadi sabat. Tidak harus sabat hari ketujuh. Karena ayat ini
secara eksplisit berbicara tentang Kristus memaku sesuatu ke kayu salib (Kol 2:14) dan dengan
demikian kita tidak perlu lagi mengikuti peraturan (dogma) sehubungan dengan beberapa hal,
seperti "sabat" (2:16).

Mengingat pentingnya hubungan dengan pernyataan ini, kita akan melakukan


penyelidikan terhadap sikap Paulus mengenai hari Sabat. Fokus penyelidikan terutama pada
Kolose 2: 14-17, tanpa mengabaikan informasi yang diberikan oleh Galatia 4: 8-11 dan Roma
14: 5-6, yang juga sering dikutip.

1
Kolose 2:16-17, Alkitab terjemahan Indonesia baru (Lembaga Alkitab Indonesia, 2011)
2
https://www.gotquestions.org/Indonesia/Sabat-Sabtu-Minggu.html
Demi kejelasan maksud ayat ini maka saya tertarik untuk menyelidiki dengan mendalam
supaya kita mendapatkan pengertian yang benar tentang “sabat” yang disinggung Paulus dalam
Kolose 2:16-17.

Selain itu supaya mereka yang menggunakan Kolose 2:16-17 sebagai dalih untuk tidak
merayakan sabat, dapat mempertimbangkan tafsiran mereka yang tidak sesuai teks, maupun
konteksnya.

Identifikasi masalah

Pernyataan Paulus di Kolose 2:16-17 tentang, “sabat” telah dijadikan sebagai rujukan
untuk menolak pemeliharaan sabat sebagai hari perhentian mingguan, untuk menguduskan hari
itu setiap pekan.

Maka kita bisa melihat identifikasi masalahnya adalah kegagalan untuk memahami
pernyataan Paulus, “Janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai ….hari Sabat;
semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.”

Oleh karena itu, benarkah tulisan Paulus dalam Kolose 2:16-17 yang mengatakan bahwa,
“ Jangan seorangpun menghukum kamu mengenai,……….hari sabat..” mengarah kepada sabat
mingguan dalam Keluaran 20:8-11?

Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyadarkan kita bahwa perikop ini secara
konsisten telah digunakan menjelaskan bahwa Sabat adalah lembaga Yahudi, dihapuskan oleh
Kristus di kayu salib.

Memberikan pemahaman yang benar mengenai pernyataan Paulus tentang kata “sabat”
dan “bayangan” dalam Kolose 2:16-17.

Metodologi

Makalah ini mengkaji terutama tulisan Paulus tentang sabat, secara spesifik kata “sabat”
di Kolose 2:16. Makalah ini akan fokus kepada konteks kitab kolose dan sabat perjanjian lama,
sabat dalam kehidupan Yesus dan kehidupan murid-murid.
Gambaran penulisan

Makalah ini terdiri dari beberapa bagian selain pendahuluan. Bab 2 membahas mengenai
survei atau tinjauan pandangan dari berbagai sumber tentang sabat telah dipakukan dengan
demikian itu tidak lagi mengikat bagi orang Kristen.

Bab 3 Membahas apakah konteks yang sedang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di
Kolose. Apakah makna kata “sabat” yang disinggung Paulus dalam ayat tersebut merujuk kepada
sabat hari ketujuh.

Bab 4 Merupakan pembahasan khusus dari Kolose 2:16-17, disana membahas mengenai
konteks, teks, frasa, gramatikal kata sabat. Bab 5 Kesimpulan dan panggilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan ditinjau kembali pandangan-pandangan dari berbagai sumber mengenai
Kolose 2:16-17, yang mana pandangan-pandangan mereka mempengaruhi penafsiran mengenai
kata “sabat “ dan pandangan mereka diterima secara luas dikalangan Kristen, bahwa Sabat
adalah lembaga Yahudi, dihapuskan oleh Kristus di kayu salib.

Irenaeus, mengutip Kolose 2:16 untuk mencegah orang-orang Kristen dari memelihara
"perayaan dan puasa" yang "tidak menyenangkan hati Tuhan."3

Tertullian juga menggunakan perikop ini untuk menentang Marcion bahwa Hukum
Taurat tidak berasal dari Allah lain, tetapi adalah bayangan dari tubuh, Kristus.

Dia bertanya kepada Marcion, “Sekarang katakan padaku, Marcion, apa pendapatmu
tentang bahasa Paulus, ketika dia berkata,“ Karena itu janganlah kamu biarkan orang
menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru
ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang
wujudnya ialah Kristus.? "[Kol. 2:16].

Kita sekarang lihat bahwa rasul di sini mengajarkan dengan jelas bagaimana hal itu
dihapuskan, bahkan dengan beralih dari bayangan ke substansi — yaitu, dari tipe kiasan ke
realitas, yaitu Kristus. ”4

Meskipun Tertullian secara terbuka menyatakan bahwa tujuannya bukan untuk


membahas masalah hukum, namun dalam komentar insidentalnya ia secara eksplisit
mengungkapkan pemahamannya tentang teks ketika ia mengajarkan dengan jelas bagaimana
[hukum] itu dihapuskan. "

3
Irenaeus, Fragments from the Lost Writings of Irenaeus 38, ANF I, 575.

4
Tertullian, Against Marcion 5, 19, ANF III, 471, 472 (emphasis supplied).
Agustinus meneruskan tradisi ini, dengan menerapkan Kolose 2: 16-17 lebih khusus pada
hari Sabat. Dia mengutip perikop ini untuk menunjukkan bahwa Kristus tidak bersalah ketika dia
melanggar hari Sabat, karena “Dia menghapuskan bayangan.”5

Martin Luther juga menerima tradisi ini dengan mengatakan Kolose 2: 16-17 “Di sini
Paulus menghapuskan Sabat dengan nama dan menyebutnya bayangan yang sudah berlalu
karena wujudnya adalah Kristus sendiri.” 6

Calvin juga memahami Kolose 2:16 bahwa “Kematian Kristus menghapuskan ...
pemeliharaan terhadap upacara.” 7 Dia menjelaskan bahwa “alasan mengapa dia membebaskan
orang-orang Kristen dari pemeliharaan sabat adalah, karena semua itu adalah bayangan pada saat
Kristus masih ada, dalam suatu cara , absen. ”8

Penafsiran ini memandang Sabat dalam Kolose sebagai bayangan dari upacara Yahudi,
dimana telah dihapuskan oleh Kristus di kayu salib. Beberapa sarjana juga mengatakan
demikian.

J. Daniélou, misalnya, menyatakan: “St. Paulus memproklamirkan akhir dari Sabat (Rom
14: 6) Jika hari Sabat telah mati sedikit demi sedikit, ini karena itu hanyalah sebuah institusi
sementara dan gambar dunia yang akan datang.

Sekarang dunia ini telah datang: bayangan itu telah menghilang: " Karena itu janganlah
kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari

5
Augustine, Sermons on New Testament Lessons 86, 3, NPNF 1st,
VI, 515, 516: “The Lord did break the sabbath; but was not therefore guilty.

6
Martin Luther, “Wider die himmlischen Propheten,” in his Sammtliche Schrif ten, ed. by Johann Georg Walch,
1890, vol. XX, col. 148. In vol. IX, col. 375 we find a similar statement: “The New Testament tells the Christian that
every day is a day of celebration. . . . That is why Paul once in a while calls to the attention of the Christians that
they are not bound to any day (Gal. 4:10-11). The same is even clearer in Cobssians 2: 16-17. We see
now that the Sabbath is done away with and the people are free from it.”

7
John Calvin, Commentaries on the Epistles of Paul the Apostle to the Philippians, Colossians, and Thessalonians,
trans. John Pringle, 1948, p. 191.

8
Ibid., p. 192.
raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus
datang, sedang wujudnya ialah Kristus. ”(Kol. 2:16).”9

W. Robertson Nicoll juga menyatakan bahwa “ajaran yang tidak salah lagi” dari Kolose
adalah bahwa “kewajiban Sabat Yahudi telah berlalu seperti persembahan korban dan sunat.”10

Paul K. Jewett juga berkomentar bahwa “Pernyataan Paulus [Kol. 2:16] mengajari para
petobatnya bahwa mereka tidak memiliki kewajiban untuk menjalankan Sabat hari ketujuh dari
Perjanjian Lama. ”11

C. S. Mosna menyimpulkan dengan nada yang sama mengatakan bahwa“ menurut teks
ini [Kol. 2: 16-17]. . .orang Kolose dalam bahaya kehilangan kebebasan mereka dengan
menerima ajaran Sabat .... Di antara ketentuan-ketentuan Hukum, bahkan istirahat sabat harus
dihapuskan. ”12

Penafsiran W. Rordorf pada dasarnya sama. Atas dasar dari Galatia dan Kolose, dia
mendefinisikan sikap Paulus terhadap hari Sabat di istilah berikut: “Mengenai orang Kristen non-
Yahudi dia [Paulus] secara mutlak menolak untuk menerima pandangan kerinduan pada hukum
Perjanjian Lama: mereka bebas dari pemeliharaan pada hukum. ... Secara khusus tidak pernah
ada pertanyaan mereka memelihara sabat Yahudi.13

9
J. Danièlou, Bible and Liturgy, p. 228; Merrill F. linger, “The Significance of the Sabbath,” Bibliotheca Sacra 123
(1966): 57, “Keeping new moons and sabbaths the unique and dominant feature of the Mosaic covenant of
legalism—a pedagogue to conduct to Christ—is declared to be completely at variance with the gospel of grace
(Col. 2:16-17; Gal. 4:9-10; Heb.

10
W. Robertson Nicoll, The Epistle to the Colossians, The Expositor’s Bible, 1908, p. 231; A. S. Peake, The Epistle to
the Colossians, The Expositor’s Greek Testament, 1942, p. 531, similarly comments on Col. 2:17, aying: “The
Sabbath is placed on the same footing as the others, and Paul therefore commits himself to the principle that a
Christian is not to be censured for its non-observance.”

11
P. K. Jewett, The Lord’s Day, p. 45, fn. 20; William Hendriksen, Exposition of Colossians and Philemon, New
Testament Commentary, 1965, p. 124

12
C. S. Mosna, Storia della domenica, pp. 184, 182.

13
W. Rordorf, Sunday, p. 138; cf. also his article “Le Dimanche, jour du culte et jour du repos dans l’èglise
primitive,” Lex Orandi 39, 1965, p. 109, where he states: “The literal observance of the Sabbath... was only a
shadow of things to come. Its fulfilment is now present in the person of Jesus Christ (Col. 2:17)”; the same view is
expressed by P. Massi, La Domenica, pp. 22-23.
Contoh-contoh pandangan diatas telah menunjukkan indikasi bahwa sepanjang sejarah
Kristen, Kolose 2:16-17 telah ditafsirkan secara konsisten bahwa Paulus mengganggap sabat
sebagai tipologi perjanjian lama yang di genapi oleh Kristus di kayu Salib. Karena itu tidak
mengikat lagi bagi orang Kristen.

Penafsiran ini telah di wariskan dari generasi ke generasi, maka perlu untuk menguji
interpretasi yang diwariskan ini pada bab selanjutnya.
BAB III

PEMBAHASAN

Sabat dalam perjanjian lama dan baru

Asal usul sabat

Sabat sebagai hari perhentian pertama kali dicatat dalam Kejadian 2:1-3, yaitu setelah
Allah menyelesaikan pekerjaan penciptaan sepanjang enam hari.

Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari
ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari
segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan
menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah
dibuat-Nya itu.14

Hari sabat disini berfungsi sebagai hari perhentian dan ini menjadi satu lembaga yang
ditentukan untuk menjadi peringatan akan karya penciptaan Tuhan atas dunia ini. Itu sebabnya
untuk membedakan sabat dengan hari lain maka Tuhan melakukan tiga hal pada hari sabat, yang
mana ketiga hal ini tidak dilakukan kepada enam hari yang lain, yaitu berhenti,hari ketujuh,
memberkati hari ketujuh dan menguduskan hari ketujuh.

Kita tidak menemukan perintah secara eksplisit untuk pemeliharaan sabat, itu karena
buku kejadian adalah buku asal usul segala sesuatu termasuk sabat. Namun tujuan sabat dibuat
oleh Tuhan sangat jelas ketika Yesus mengatakan, “"Hari Sabat diadakan untuk manusia dan
bukan manusia untuk hari Sabat,”15

Jelas tujuan sabat dijadikan Tuhan sejak awal penciptaan untuk kepentingan manusia dan
itu harus disucikan sepanjang masa, dan harus dikuduskan dari matahari terbenam hingga
matahari terbenam berikutnya.16

14
Kejadia 2:1-3

15
Markus 2:27

16
Imamat 23:32
Hukum Sabat

Setelah penciptaan, sabat kembali disebut di Keluaran 20:8-11. Disini sabat menjadi
perintah Tuhan yang dituliskan sendiri oleh jari Allah di gunung Sinai. Sepuluh Perintah ini yang
menjadi dasar bagi perintah-perintah atau peraturan lain dalam kehidupan Israel.

Perintah Sabat yang dimulai dengan kata, “Ingatlah” menjadi pembeda dari Sembilan
hukum lainnya. Ada indikasi bahwa Sabat telah dilupakan pada masa lalu, sehingga Tuhan
memulai dengan kata ingat, supaya Sabat tidak dilupakan oleh manusia sepanjang masa.

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan
melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka
jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan,
atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di
tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan
segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat
dan menguduskannya.”17

Membaca ayat ini kita melihat hubungan yang tidak terpisahkan antara Sabat hari ketujuh
dengan penciptaan dunia. Satu-satunya alasan yang dikemukakan disana untuk berhenti hari
ketujuh adalah karena Tuhan telah menjadikan dunia selama enam hari, maka pada hari ketujuh
dia berhenti, memberkati dan menguduskan hari itu.

Dengan demikian berdasarkan hukum ini, maka manusia hanya boleh bekerja selama
enam hari, “Enam hari lamanya engkau akan bekerja.”18 Pekerjaan yang dimaksud disini adalah
mencari nafkah. Sementara pekerjaan kebajikan harus terus dilakukan karena itu sesuai dengan
semangat sepuluh perintah yaitu kasih dan belas kasihan. Yesus mengatakan, “…Boleh berbuat
baik pada hari sabat.”19

17
Keluaran 20:8-11

18
Ibid

19
Matius 12:12
Sabat di padang belantara

Dalam perjalanan Israel menuju tanah kanaan, Tuhan kembali mengulangi semangat hari
Sabat yang mungkin selama 450 tahun tidak dapat mereka nikmati selama perbudakan di Mesir.
Itu tercermin dari pernyataan Firaun kepada Musa dan Harun,

“Tetapi raja Mesir berkata kepada mereka: "Musa dan Harun, mengapakah kamu bawa-
bawa bangsa ini melalaikan pekerjaannya? Pergilah melakukan pekerjaanmu!" Lagi kata Firaun:
"Lihat, sekarang telah terlalu banyak bangsamu di negeri ini, masakan kamu hendak
menghentikan mereka dari kerja paksanya!"20

Firaun mempersalahkan Musa membuat perhentian bagi bangsa itu. Firaun katakan
megapa mereka berhenti bekerja? Kata yang digunakan dalam Bahasa Ibrani untuk perhentian
adalah kata yang sama digunakan untuk hari sabat. Musa memerlukan pembaharuan hari Sabat.

Setelah Israel bebas dari perhambaan Mesir, dipadang belantara Tuhan mengulangi
dengan mengajarkan praktek hari Sabat. Itu bermula ketika bangsa itu bersungut-sungut karena
tidak ada makanan. Lalu Tuhan berfirman kepada Musa bahwa Tuhan akan menurunkan roti dari
langit. Mereka akan memungutknya setiap hari sebanyak yang diperlukan.

Tetapi pada hari keenam mereka memungut dua kali lipat banyaknya.21 Musa
mengatakan maksud Tuhan bahwa besok adalah perhentian penuh, sabat yang kudus bagi
Tuhan.22 Musa mengatakan bahwa enam hari lamanya memungut manna, tetapi pada hari
ketujuh ada sabat, maka roti tidak ada pada hari itu.23

Tetapi pada hari ketujuh ada bangsa itu yang keluar memungut, tetapi mereka tidak
menemukannya. Karena itu Tuhan berfirman kepada Musa, “Berapa lama lagi kamu menolak
hukum-Ku? Perhatikanlah, Tuhan telah memberikan Sabat itu kepadamu…lalu beristirahatlah
bangsa itu pada hari ketujuh.”24

20
Keluaran 5:4,5

21
Keluaran 16:4,5

22
Ibid 16:23

23
Ibid 16:26
24
Ibid 16:27-30
Disini kita temukan bahwa sabat adalah perintah Tuhan bahkan sebelum perintah sabat
yang dituliskan dalam 10 hukum-Nya, sabat sudah menjadi hukum Tuhan. Maka perintah sabat
dalam keluaran 20:8-11 merupakan penegasan ulang. Itu berarti hukum ini sudah ada
sebelumnya, tetapi karena banyak dilalaikan maka kembali ditegaskan dalam 10 hukum tertulis.

Sabat dalam tulisan nabi-nabi Perjanjian Lama

Nabi Yesaya

Nabi-nabi perjanjian lama juga menuliskan tentang Sabat. Yesaya dalam sebuah perikop
tentang ibadah sejati dia menyingung sabat sebagai hari yang harus dihormati. Isu yang terjadi di
Israel saat itu adalah mereka tidak setia kepada Tuhan. Salah satunya dalam hal pemeliharaan
Sabat.

Maka Yesaya 58:13, mengatakan bagaimana caranya mereka harus memelihara sabat.

“Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari
kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN
"hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu
dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong,”25

Dari ayat diatas kita bisa melihat bahwa ada indikasi mereka melanggar hukum sabat,
dengan melalukan urusan duniawi mereka pada hari sabat. Sehingga Yesaya memanggil mereka
untuk menjadikan sabat sebagai hari kenikmatan hari Kudus Tuhan dan hari yang mulia.

Yeremia

Pada zaman nabi Yeremia, Israel melanggar sabat Tuhan dengan melakukan pekerjaan pada hari
sabat. Maka Tuhan melalui nabi Yeremia memperingatkan mereka untuk tidak membawa keluar
masuh dari pintu gerbang kota barang-barang mereka.

“Apabila kamu sungguh sungguh mendengarkan Aku, demikianlah firman TUHAN, dan
tidak membawa masuk barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat,
tetapi menguduskan hari Sabat dan tidak melakukan sesuatu pekerjaan pada hari itu”26

25
Yesaya 58:13
26
Yeremia 17:24
Yehezkiel

Pada zaman nabi Yehezkiel, pekabaran hari sabat juga kembali ditegaskan. Tuhan
melalui Yehezkiel mengingatkan kembali pengalaman nenek moyang mereka dipadang gurun
bagaimana Tuhan membawa mereka dari tanah Mesir. Tetapi kemudian mereka memberontak
dengan mendirikan berhala-berhala.

Dipadang gurun Tuhan memberikan hukum dan ketetapan kepada mereka, termasuk hari
Sabat. “Hari-hari Sabat-Ku juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan di antara Aku dan
mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka.”27

Hari sabat menjadi peringatan antara Tuhan dan umat-Nya, sebagai tanda TUHAN yang
menguduskan mereka. Tetapi mereka tidak setia menuruti perintah Tuhan, “ mereka melanggar
kekudusan Hari-hari Sabat-Ku dengan sangat..”28 Karena itu Tuhan murka kepada mereka.

Dengan demikian hari Sabat pada masa kerajaan Israel dan Yehuda tidak berubah, hanya
bangsa itu tidak menuruti perintah Tuhan ini, maka nabi-nabi dikirmkan untuk memperingatkan
mereka.

Sabat sesudah masa penawanan

Setelah masa penawanan 70 tahun di Babilonia berakhir, ketika mereka kembali


membangun kota mereka Yerusalem, maka Nehemia kembali mengingatkan bangsa itu untuk
membaca taurat Tuhan. Salah satu ketetapan Tuhan yang ditegaskan Nehemia adalah hukum hari
Sabat.

Namun mereka tidak setia memelihara sabat. Nehemia 13:15-22 mencatat, bagaimana
mereka melanggar kekudusan Sabat dengan berdagang pada hari itu. Para penatua Yehuda
membiarkan pelanggaran itu terjadi sehingga Nehemia marah kepada mereka.

Nehemia bertindak dengan tegas memperingatkan mereka untuk tidak mendatangkan


murka Tuhan. Untuk mencegah terjadinya perdagangan hari sabat, Nehemia menutup pintu
gerbang kota menjelang sabat dan menempatkan para pengawas disana.29

27
Yehezkiel 20:12
28
Ibid 13
29
Nehemia 13:15-22
Ini menunjukkan bahwa sabat hari ketujuh tidak berubah setelah masa penawanan 70
tahun di Babel. Sabat konsisten menjadi hari kudus Tuhan sejak masa penciptaan hingga
kembalinya dari masa penawanan.

Sabat dalam perjanjian baru

Zaman Yesus

Memasuki era perjanjian baru sabat masih menjadi isu yang sering dibicarakan. Namun
persoalannya bukan pada apakah sabat itu hari ketujuh atau tidak? Apakah sabat masih berlaku
atau tidak? Tetapi cara Yesus dalam memelihara sabat, yang bagi ahli taurat tidak sesuai dengan
standar mereka.

Kita tahu bahwa para ahli taurat membuat aturan-aturan tambahan dalam memelihara
sabat yang sangat kaku, sehingga sabat itu menjadi beban bagi banyak orang. Yesus
menunjukkan cara yang berlawanan dengan tradisi mereka, dengan berbuat baik hari sabat,
seperti menyembuhkan orang sakit.

Yesus sendiri pemelihara sabat. Lukas 4:16 mengatakan, “Ia datang ke Nazaret tempat Ia
dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri
hendak membaca dari Alkitab.” Ayat ini menunjukkan bahwa Yesus memelihara sabat dengan
pergi kerumah ibadat, dan ini adalah kebiasaan-Nya.

Kata “menurut kebiasaan-Nya” dalam Wikipedia adalah adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.30

Ini menunjukkan memelihara sabat sudah dilakukan Yesus sejak lama selama bertahun-
tahun kehidupan-Nya di dunia. Tentu saja karena Yesus yang menjadikan sabat. Yohanes 1:3
mengatakan, “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah
jadi dari segala yang telah dijadikan.” Yesus aktif dalam penciptaan hari sabat yang dibuat-Nya
pada akhir minggu penciptaan. Kejadian 2:1-3.

30
id.wikipedia.org/wiki/Tradisi
Masa depan hari sabat

Ramalan Yesus

Ketika masih didunia Yesus meramalkan kehancuran Yerusalem. Kemudian dia


mengatakan kepada murid-murid-Nya, “Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan
jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat.”31 Kita tau pada tahun 70 TM, Yerusalem
dikepung oleh tentara Romawi. Ini menunjukkan bahwa Sabat akan terus ada. Kebangkitan dan
kenaikan-Nya kesorga tidak merubah hukum sabat.

Pada waktu Yesus mati, Lukas melaporkan para perempuna Galilea yang ikut melihat
kuburan Yesus, setelah pulang dari sana, “pada hari sabat mereka beristirahat menurut hukum
taurat.”32 Hari sabat menurut hukum adalah hari ketujuh (keluaran 20:10)

Paulus dan hari Sabat

Pada jaman Paulus menjadi Rasul dia memelihara sabat, sama seperti Yesus. Kisah
13:14, 42 dan Kisah 16:13, menunjukkan bagaimana Paulus pergi kerumah ibadat pada hari
Sabat.

Dalam Kisah 18:3,4, “…Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan
berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.” Paulus menyucikan hari
sabat. Setiap sabat dia pergi kerumah ibadat, selain beribadat dia berusaha meyakinkan orang-
orang untuk percaya kepada Yesus.

Sabat dalam kitab Ibrani

Kitab Ibrani diyakini ditulis Paulus. Surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen
Ibrani, yang mungkin sedang mempertimbangkan untuk kembali ke agama Yahudi, barangkali
karena ketidak dewasaan karena kurang mengerti kebenaran-kebenaran Alkitabiah.33 Orang
Kristen Yahudi ini barangkali mengalamai penganiayaan berat, secara sosial maupun fisik, baik
dari bangsa Yahudi maupun bangsa Romawi.34

31
Matius 24:20
32
Lukas 24:56b
33
Alkitab penuntun hidup berkelimpahan, Life Aplication Study Bible, 2637
34
Ibid
Salah satu dorongan rohani kepada mereka adalah untuk beristirahat pada hari perhentian
Tuhan. “Sebab tentang hari ketujuh pernah dikatakan di dalam suatu nas: "Dan Allah berhenti
pada hari ketujuh dari segala pekerjaan-Nya."35 “Sebab barangsiapa telah masuk ke tempat
perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti
dari pekerjaan-Nya.”36

Walaupun penulis menekankan panggilan kepada istirahat rohani, berhenti dari berbuat
dosa, tetapi symbol yang digunakan yaitu sabat hari perhentian yang Tuhan jadikan pada minggu
penciptaan, menunjukkan bahwa sabat hari ketujuh masih terus dipelihara.

Rangkuman

Sabat, sejak penciptaan, hingga pada jaman Israel di padang gurun, sebelum penawanan,
sesudah penawanan, jaman Yesus, hingga murid-murid dan rasul Paulus, secara konsisten
disebut mereka memelihara sabat hari ketujuh sebagai hari peristiratahan yang terus dipelihara.

35
Ibrani 4:4
36
Ibid ayat 10
BAB IV

PEMBAHASAN KHUSUS

Kolose 2:16-17

Pendahuluan

Kejelasan sebuah ayat sering tergantung konteks. Apakah itu konteks perikop, pasal,
kitab dan konteks seluruh Alkitab. Maka untuk memahami dengan baik Kolose 2:16-17, kita
harus melihat konteks ceritanya. Selain konteks, masalah teks juga perlu di analisis untuk
mendapatkan maksud asli penulis.

Kolose 2:16-17 berbunyi, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu
mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari
Sabat;semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah
Kristus.”

Mengambil kesimpulan hanya dengan membaca ayat ini akan mengaburkan maksud asli
yang ingin disampaikan oleh penulis. Apa yang dikatakan Petrus sehubungan dengan tulisan
Paulus yang kadang sukar dipahami patut menjadi pertimbangan.

“…Seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut
hikmat yang dikaruniakan kepadanya…..Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar
difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya,
memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat
dengan tulisan-tulisan yang lain.”37

Petrus mengakui bahwa ada hal yang sukar dipahami dalam tulisan Paulus, tetapi bukan
berarti tidak bisa dipahami. Cara memahami tulisan Paulus supaya tidak salah pemahaman
adalah dengan melihat keselarasan hidupnya dengan ajaran Yesus dan bagian Alkitab lainnya.

37
2 Petrus 2:15-16
Latar belakang dan konteks Kolose

Buku Kolose ditulis oleh Paulus dari penjara Roma, Tujuan Paulus menulis untuk
melawan ajaran-ajaran palsu yang telah menyusup ke jemaat Kolose. Masalah yang terjadi
adalah sinkretisme yang menggabungkan ide-ide dari filsasat-filsafat dan agama-agama lain,
seperti paganism, aliran-aliran Yudaisme, dan pemikiran Yunani dengan kebenaran Kristen.38

Bidah yang dihasilkan dikenal dengan “Gnostik”39 yang menekankan pengetahuan


khusus seperti penyembahan malaikat, dan mungkin kecenderungan asketis (bertapa). Filsafat ini
juga menyerap semua agama yang berhubungan dengannya.40 Mereka menolak Kristus sebagai
Allah dan Juruslamat.

Maka untuk melawan ajaran palsu ini, Paulus menekankan ke Ilahian Kristus, hubungan-
Nya dengan sang Bapa dan kematian-Nya sebagai korban di kayu salib bagi dosa. Paulus
menegaskan bahwa Kristus sudah cukup.41

Hanya dengan cara berhubungan dengan Kristus melalui iman, orang bisa memperoleh
hidup kekal, dan hanya melalui hubungan yang terus menerus dengan Kristus orang bisa
memiliki kuasa untuk hidup. Kristus adalah Allah yang berinkarnasi dan satu-satunya jalan
mendapatkan pengampunan dan damai dengan Bapa. Paulus juga menekankan hubungan antara
sesama orang percaya sebagai tubuh Kristus.

38
Alkitab Hidup Berkelimpahan: Life Aplication Study Bible: Kolose, Malang, Gandum Mas, 2546

39
Kennet L. Baker, John R. Kohlenberger, The Expositor’s Bible Commentary, Abridged Edition “Colossian”
Zondervan, 1994, 1465. Gnostisisme pada dasarnya adalah sikap religiofilosofis, Ini mungkin bentuk yang baru dari
apa yang kemudian dikenal sebagai Gnostisisme, sistem kompleks yang mencapai puncak di abad kedua. Dimulai
dengan asumsi bahwa semua ciptaan itu jahat, kaum Gnostik berpendapat bahwa Tuhan tidak menciptakan dunia
ini dan bahwa Dia sama sekali tidak memiliki kontak dengannya.

Namun, kebutuhan intelektual tidak memungkinkan mereka untuk menghancurkan seutuhnya ikatan antara
keilahian dan dunia material. Oleh karena itu, mereka mengajarkan bahwa Tuhan mengeluarkan dari dirinya
sendiri serangkaian pemancaran, yang disebut "aeon," masing-masing sedikit lebih jauh darinya dan masing-
masing memiliki sedikit ketuhanan.

Dunia, menurut mereka, adalah ciptaan dari kekuatan yang lebih kecil ini. Aeon ini dianggap menghuni bintang dan
mengatur takdir manusia. Oleh karena itu mereka harus ditenangkan dan disembah.

40
Ibid

41
Alkitab Hidup Berkelimpahan, 2546
Struktur kitab Kolose 1 dan 2

Pasal satu

Salam dan ucapan syukur Paulus kepada Tuhan, karena iman mereka kepada Yesus dan
kasih mereka kepada orang-orang percaya. Paulus memuji sekaligus mendorong jemaat Kolose
karena injil yang telah berbuah dan berkembang dalam hidup mereka. Karena itu Paulus
menasehati mereka untuk menerima hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui
kehendak Tuhan dengan sempurna.

Paulus juga menekankan kepada mereka bahwa Kristus yang terutama. Karena di dalam
Dia telah diciptakanI segala sesuatu, Ia kepada gereja, yang sulung, yang pertama bangkit dari
antara orang mati. Dia memperdamaikan kita dengan Sorga memalui kematian-Nya. Sehingga
kita yang dulu jauh dari Tuhan diperdamaikan dengan Dia, supaya kita kudus tak bercela.

Paulus juga menekankan bahwa Kristus ada ditengah-tengah jemaat Kolose, Dia adalah
pengharapan akan kemuliaan.

Pasal dua

Paulus mengatakan, alasan dia menerangkan tentang Kristus dan karya penyelamatannya
adalah supaya mereka tidak diperdaya oleh kata-kata yang indah. Di Kolose 2:6-7, dia
menekankan supaya mereka yang telah menerima Yesus untuk tetap berada dalam Yesus.
Berakar, dibangun diatas Yesus, bertambah teguh dalam iman.

Maka diayat 8, Paulus memperingatkan mereka untuk hati-hati, kepada filsafat yang
kosong dan palsu yang tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Paulus mengatakan demikian karena
dia tahu bahwa di jemaat Kolose muncul bidat yang mengajarkan ajaran sinkretisme yang tidak
sesuai dengan ajaran Kristus.

Ayat 9 kembali dia menekankan tentang ke Ilahian Kristus. Dia kepala semua pemerintah
dan penguasa. Ayat 11-13 dia berbicara mengenai sunat bukan dengan sunat manusia, tetapi
sunat Kristus yaitu penanggalan akan tubuh yang berdosa. Demikian juga dia menekankan
bahwa mereka telah dikuburkan dalam baptisan dan juga turut dibangkitkan oleh kepercayaan
kepada Allah.
Ayat 13, Paulus mengatakan mereka dahulu mati oleh karena pelanggaran, karena tidak
disunat secara hati, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Yesus. Ini terjadi sesudah
Allah mengampuni segala pelanggaran kita.

Surat hutang- cheirographon

Bagaimana cara Allah mengampuni pelanggaran kita? Ayat 14 dengan menghapuskan


surat hutang. Bagian ini adalah titik poin penting untuk memahani Kolose 2:16-17. Apakah yang
dimaksud dengan surat hutang?

Untuk menentang ajaran palsu Kolose, Paulus menggunakan keutamaan dan keunggulan
Kristus yang memiliki “kepenuhan Keilahian” (2:9) dan menyediakan penebusan penunh dan
pengampunan dosa (2:11-14). Untuk menekankan kepastian dan kegenapan pemgampunan
Kristus, Paulus menggunakan tiga metafora: Sunat, Baptisan, dan Surat hurang (2:11-14). Tuhan
melalui Kristus, “ meniadakan surat hutang dengan memakukannya pada kayu salib (14).”

Struktur chiastic mengungkapkan bahwa " surat hutang" (dari ay 14) secara linguistik
sesuai dengan "telah disunat, bukan dengan sunat manusia" (dari ay 11) .18 Maka secara formal
cheirographon diterjemahkan sebagai literal “surat hutang”19 dan bahwa secara struktural dan
kontekstual, “Ketentuan-ketentuan hukum” ini menggemakan peraturan upacara sunat.

Istilah yang unik Cheirographon segera diikuti oleh tois dogmasin. Sejak ditulis oleh
penulis yang sama, membahas masalah yang sama, dan dikirim ke penerima di wilayah yang
sama, beberapa telah menyimpulkan bahwa "dogmasin" dalam Efesus 2:15 menjelaskan Kolose
2: 14,20 sehingga "mengacu pada Hukum Musa . ”21

Pada saat yang sama, Josephus dan Philo juga menggunakan dogma untuk Hukum
Musa.22 Beberapa ahli setuju, 23 mencatat bahwa ini didukung oleh sebagian besar bapa gereja
Yunani dan“ secara tata bahasa tanpa masalah. ”24

Meskipun ia sering menggunakan nomos untuk hukum Perjanjian Lama, Paulus


tampaknya tidak menggunakannya di sini, untuk (a) menghindari kesan bahwa seluruh Hukum
Musa telah dibatalkan; dan (b) untuk memusatkan perhatian secara langsung pada hukum
upacara25 — unsur-unsurnya tercantum dalam 2: 16.26 Seperti yang disimpulkan David Pao
dalam komentar eksegetisnya tahun 2012, "
Meskipun identifikasi yang ketat dengan Taurat Musa tidak dapat dibuat," cheirographon
" harus dipahami dalam kaitannya dengan hukum Musa. ”27 Kolose 2:14 baru-baru ini diakui
sebagai “salah satu deskripsi paling jelas dalam Perjanjian Baru tentang apa yang terjadi ketika
Yesus mati.” 28

“Ia (Yesus) mengampuni segala pelanggaran kita.. dengan menghapuskan surat hutang,
yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya
dengan memakukannya pada kayu salib:”(Kol. 2: 13b, 14).

Singkatnya, dengan merumuskan metafora ini, Paulus secara langsung menghubungkan


pengampunan melalui Kristus (ayat 13b) dengan " surat hutang, dengan ketentuannya ”(ayat 14),
yang membutuhkan pengorbanan untuk pengampunan dosa, juga untuk kematian Kristus,
dimana persyaratan ritual ini“ dibatalkan ”(Yunani: exaleipsas, yaitu,“ menghapus hukum ”42).
Melalui kematian-Nya, Kristus menyempurnakan sistem ritual — Dia “telah menghilangkannya
dengan memakukannya di kayu salib”

Paulus menegaskan pengampunan Allah yang lengkap. Melalui Kristus, Tuhan telah
"membatalkan," "mengesampingkan," "dipakukan di kayu salib" "catatan tertulis dari dosa-dosa
kita yang oleh ketentuan hukum mendakwa kita." Dasar hukum pencatatan dosa adalah
“ketetapan yang mengikat,peraturan ”(tois dogmasin) tetapi apa yang Allah hancurkan di kayu
Salib bukan dasar hukum (hukum) untuk keterikatan kita ke dalam dosa, tetapi catatan dosa-dosa
kita.

Ellen White mengatakan, “Sistem upacara terdiri dari simbol-simbol yang menunjuk
pada Kristus. . . . Hukum inilah yang diambil Kristus. . . Dan itu ditiadakan-Nya dengan
memakukannya pada kayu salib: 'Kolose 2:14. "43

" Ketentuan hukum"yang" mendakwa dan mengancam kita"ini mengacu pada hukum
Perjanjian Lama yang"' saksi melawan kamu '"(Ul. 31: 26), 33 yang Petrus sebut sebagai "'kuk,'"
"'yang baik nenek moyang kita maupun yang tidak dapat kita tanggung'" (Kis 15:10) .34

Kepercayaan Masehi Advent Hari Ketujuh. . . merangkum, “Saat kematian Kristus,


yurisdiksi hukum upacara berakhir. Kurban penebusan-Nya memberikan pengampunan bagi

42
43
Ellen G. White, Patriarchs and Prophets (Hagerstown, MD: Review and Herald Pub. Assn., 1958), 365.
semua dosa. Tindakan ini menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum
mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu
salib:'(Kol 2:14; lih. Ul 31:26). ”44

Dengan menghancurkan bukti dosa kita, Tuhan juga telah “melucuti pemerintah dan
penguasa” (2:15) karena tidak mungkin lagi bagi mereka untuk menuduh mereka yang telah
diampuni. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk Orang Kristen merasa tidak lengkap dan
mencari bantuan mediator yang lebih rendah, karena Kristus telah menyediakan penebusan dan
pengampunan penuh.

Dengan latar belakang ini, kita bisa melanjutkan ke ayat 16, yang dimulai,“ Karena itu
janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman, atau
mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari sabat ”(TIB).

Kolose 2:16

Dalam Kolose 1:21, 22, 27, dan 2:13 ada kesan bahwa gereja Kolose sebagian besar
adalah non-Yahudi, walaupun orang Yahudi pasti ada 45 dan kelihatanyan mereka embentuk
"elemen penting Yahudi di dalam gereja," 46 catatan sejarah mengatakan bahwa "Kolose
memiliki populasi Yahudi yang cukup banyak. ”47

Kolose memiliki kemiripan dengan Galatia, beberapa penafsir telah menyimpulkan


bahwa" bidat "Kolose adalah Yahudi atau Yudais, 48 meskipun pasal 2:21 menunjukkan bahwa
pembatasan yang diusulkan jauh melampaui hukum Yahudi.49 David Garland menyatakan,

44
Seventh-day Adventists Believe . . . : A Biblical Exposition of Fundamental Doctrines (Silver Spring, MD:
Ministerial Association, General Conference of Seventh-day Adventists, 2005), 274.

45
Ralph P. Martin, Ephesians, Colossians, and Philemon, Interpretation (Atlanta: John Knox, 1991), 82; Thurston,
Reading Colossians, Ephesians, and 2 Thessalonians, 4; Clark, Colossians, 88.

46
Derek Tidball noted in 2011 that Colossians “was probably written from Rome.” In Christ, in Colossae:
Sociological Perspectives on Colossians (London: Paternoster, 2011), 27

47
Ibid 19

48
Petr Pokorný, Colossians: A Commentary, trans. Siegfried S. Schatzmann (Peabody, MA: Hendrickson, 1991), 113,
who mentions several, including Alford and Peake.

49
The false teachers at Colossae . . . insisted on an extremely legalistic ceremonialism, following the Jewish
pattern, and emphasizing circumcision . . . and observance of festivals. . . . Not only is Paul concerned to refute
"Orang Kristen non-Yahudi yang baru dibentuk di Kolose sedang diganggu tentang iman mereka
oleh orang-orang Yahudi yang suka bertengkar" 50 dan "yang disebut memelihara waktu dan
musim sebagaimana diperlukan untuk keselamatan mereka." 51

Nasihat Paulus jelas: "Janganlah seorang pun menghakimi kamu" (MILT). Kata hakim
(krinetō) secara kontekstual berarti "memberikan penilaian yang tidak menyenangkan." 52

Seperti yang diparafrasekan oleh New Living Translation: "Jadi jangan biarkan siapa pun
menghukum kamu. . . tidak merayakan hari-hari suci tertentu. ”53

Sebelum membahas istilah perayaan, bulan baru, sabat, perlu ada komentar tentang
"makanan dan minuman". Dalam Bahasa yunani disebut brosis dan posis mungkin menunjuk pada
"makan" dan "minum," kata ini lebih baik diterjemahkan secara kontekstual dengan kata benda
"makanan" dan "minuman," Karena "makanan dan minuman datang dalam konteks sunat dan
perayaan hari-hari khusus," 54 tampaknya "kata-kata ini pasti mengacu pada persembahan makan
dan minuman yang disajikan oleh orang Israel." 55

Sabat dalam kolose 2:16

Kata sabat dalam bahasa aslinya memiliki berbagai arti, termasuk Sabat mingguan dan
sabat upacara tahunan, dimana itu diidentifikasi melalui hubungan linguistik serta konteksnya.56
Karena beberapa teks Perjanjian Baru, termasuk Kolose 2:16, dapat dipahami hanya melalui

Judaizing legalism, he also must contend with certain pagan elements that sought to degrade or eclipse the office
of Christ.” Nichol, Seventh-day Adventist Commentary, vol. 7, 184.

50
David E. Garland, Colossians/Philemon, NIV Application Commentary (Grand Rapids, MI: Zondervan, 1998), 27.

51
H. Dermot McDonald, Commentary on Colossians & Philemon (Waco, TX: Word, 1980), 88

52
Bauer, Greek-English Lexicon, 121.

53
Harris concludes, “The Colossians should resolutely resist any effort that certain propagandists . . . might make
to restrict their freedom by legalistic regulations.” Colossians & Philemon, 104.

54
Allan R. Bevere, “Sharing in the Inheritance: Identity and the Moral Life in Colossians,” Journal for the Study of
the New Testament, Supplement Series 226 (Sheffield: Sheffield Academic Press, 2003), 86.

55
Nichol, Seventh-day Adventist Bible Commentary, vol. 7, 2050.

56
For a comprehensive analysis of these 180 appearances of “sabbath” terms in Scripture, see du Preez, Judging
the Sabbath, 20, 21, 39, 155–168.
pemahaman yang akurat tentang PL, itu sebabnya penting untuk mempertimbangkan hal-hal
tersebut.57

Pertama adalah penyebutan tiga serangkai tahun, bulan, minggu. Komentator setuju
bahwa ketiga kata ini mewakili urutan logis dan progresif (tahunan, bulanan, dan mingguan),
serta pembagian lengkap waktu sakral.58 Sekilas nampaknya seolah-olah urutan "festival, bulan
baru, sabat" berasal dari beberapa bagian di mana istilah Ibrani šabbāt (diawali dengan kata
sandang tertentu) memang mengacu pada Sabat mingguan.59

Namun, eksegesis menunjukkan sebaliknya. Karena tidak satupun dari bagian ini
memiliki tiga istilah penting dalam bentuk tunggal, seperti halnya Kolose 2:16; 60semuanya
memiliki setidaknya empat bagian (bukan tiga seperti dalam Kol 2:16); dan, semua termasuk
korban harian (tidak ditemukan dalam Kol 2:16) . Meskipun tradisi ilmiah bahwa Kolose 2:16
bergantung pada urutan kalender yang diperkirakan, bukti tekstual menunjukkan bahwa Paulus
tidak menggunakan salah satu bagian di atas di sini .

Kedua, Hubungan intertekstual dengan Hosea 2:10. Hosea 2:10 dapat berfungsi sebagai
link intertekstual: "festival, bulan barunya, dan hari Sabatnya" (YLT). Kolose 2 dan Hosea 2
memiliki keserasian, terdiri dari pengelompokan tiga bagian; keduanya memiliki urutan yang
sama (pertama "festival", lalu "bulan baru", akhirnya "sabat"); keduanya memiliki istilah kunci
yang dinyatakan sebagai singular kolektif / generik; keduanya berhubungan dengan hari-hari itu
sendiri, dan bukan dengan korban bakaran; keduanya tidak memiliki hubungan linguistik yang

57
MacCarty, “Responses to Craig L. Blomberg,” in Perspectives on the Sabbath: Four Views, ed. Christopher John
Donato (Nashville, TN: B&H Publishing, 2011), 371.

58
See Septuagint, 2 Chron 2:4; 31:3; Neh 10:33; Ezek 45:17; Hos 2:11.
Also Jub 1:14; Jos. Ber. 3:11; Justin, Dialogue with Trypho 8:4.

59
Bilangan . 28:2–29:39; 1 Tawarik. 23:29–31; 2 Tawarik. 2:4; 8:12,13; 31:3; Neh. 10:33; Yeh. 45:13–17; 46:1–15.

60
Meskipun beberapa orang mungkin mempertanyakan apakah masalah bentuk tunggal atau jamak itu penting,
penekanan Paulus sendiri pada angka menunjukkan signifikansinya, terutama ketika membahas masalah
Kristologis. Galatia 3:16, “Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak
dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan
kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
penting untuk mengidentifikasi "Sabat" sebagai hari ketujuh; dan keduanya memiliki konteks
negatif tentang penyalahgunaan waktu sakral ini.

Analisis linguistik menunjukkan bahwa "festival" (ḥag) dalam Hosea 2:10 merujuk pada
satu atau lebih festival peziarahan — Paskah / Roti Tidak Beragi, Pentakosta, dan / atau
Tabernakel.

Berikutnya adalah bulan baru (ḥōdeš) —ini digunakan menentukan tanggal untuk
menentukan waktu.

Kemudian frasa "sabatnya" (šabbattāh) ini diidentifikasi sebagai sabat seremonial Israel,
bukan Sabat mingguan, karena tidak pernah diucapkan dengan cara ini. Untuk sabat mingguan
selalu disebut sebagai "Sabat-Ku."

Penyelidikan linguistik Kolose 2:16 menunjukkan bahwa istilah hari raya dalan Yunani
heortē dibatasi pada tiga perayaan ziarah yang sama. Sementara neomēnia menunjukkan
perayaan bulan baru, sabbata mencakup "waktu istirahat" non-ziarah dari Hari Pendamaian dan
Sangkakala.

Oleh karena itu, Paulus tidak berlebihan membuat daftar heortē (perayaan ziarah) dan
sabbata ("waktu istirahat"). Singkatnya, perayaan peziarah, bulan baru, rangkaian upacara Sabat
di Hosea sesuai dengan yang ada di Kolose.

,Frasa tripartit ini muncul sebagai kiasme, bergerak dari musim tahunan ke bulanan dan
kemudian ke musim tahunan.

Gambar

A "festival" = 3 pesta ziarah tahunan

B "bulan baru" = perayaan bulanan

A + "sabat" = 2 istirahat tahunan (& 1 septennial)

Bagian tengah ("B") memiliki tempat yang sangat penting.

Singkatnya, "bulan mengatur tanggal untuk hari raya keagamaan lainnya." 61 Posisi
tengah bulan baru ini, yang digunakan untuk menghitung acara keagamaan lainnya,

61
Ronald F. Youngblood, ed., Nelson’s New Illustrated Bible Dictionary (Nashville, TN: Nelson, 1995), s.v. “Moon.”
menguatkan kesimpulan bahwa Sabat disini merujuk pada sabat seremonial, karena Sabat
mingguan tidak pernah ditentukan oleh perhitungan bulan.

Kata "sabat" diterapkan dalam Perjanjian Lama setidaknya pada tiga hal selain hari
ketujuh mingguan, yaitu, pada sabat sebagai suatu institusi, untuk istirahat pada tanah, dan pada
hari-hari yang ditentukan untuk perayaan seremonial selain dari Sabat mingguan. Kita dapat
memahami penggunaannya, ketika disebutkan dalam serangkaian perayaan seperti itu, sebagai
referensi utama untuk hari-hari yang ditetapkan untuk perayaan ritual.

Lagi pula ketika Tuhan dan para nabi menyebut Sabat mingguan secara khusus, itu
biasanya disebut "Sabat" atau "Hari Kudus-Ku" atau "hari ketujuh" atau "suatu kesenangan, hari
kudus Tuhan, yang terhormat."

Sabbaton

Berdasarkan teks asli yunani, kata sabat yang digunakan adalah sabbaton. Dalam teks
Bahasa inggris hanya disebut Sabbath, lalu penerjemah menambahkan days, menjadi Sabbath
days yang mengandung makna jamak. Sementara dalam terjemahan Indonesia baru hanya
disebut sabat, dimana maknanya seolah-olah itu singular.

Kata sabbaton dalam Bahasa asli yunani adalah bentuk jamak genitive, “hari-hari sabat.”
Atau “of the Sabbaths.” Jadi para penerjemah Bahasa alkitab Bahasa inggris memahami kata ini,
dan mereka menerjemahkan "hari-hari Sabat." Atau “the Sabbath days.”

Tapi kata "Sabat" dalam bahasa Yunani adalah kata yang aneh. Karena dalam beberapa
bagian, kata ini digunakan dengan arti tunggal, bentuknya adalah sabbaton, kata benda netral
dalam bentuk tunggal. Namun, tidak jarang ada contoh di mana makna tunggal diungkapkan oleh
sabbata, yang biasanya merupakan nominatif netral dalam bentuk jamak. Genitif dari bentuk
inilah yang digunakan dalam teks kita di sini.

Contoh bentuk jamak dengan arti tunggal adalah sebagai berikut dari Septuaginta:

Matius 12: 1 - eporeuthe ho lesous tois sabbasin – Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus
berjalan di ladang gandum.

Matt. 28: 1- opse de sabbaton, te epiphoskouse eis - Setelah hari Sabat lewat, menjelang
menyingsingnya fajar - mian sabbaton. . . . pada hari pertama minggu itu
Lukas 4:16 ---- eiselthen. . . en te hemera ton sabbalon - pada hari Sabat Ia masuk - eis ten
sunagogen – keumah ibadat.

Yosefus (Ant. III. 10, 1) secara jelas menjelaskan "hari ketujuh" yang disebut "sabbata"
(bentuk jamak seperti di sini, upaya untuk mentransliterasi Sabat Aram).

Di sini, di Kolose, kata ini dalam bentuk jamak "Sabat" dan menurut bukti di atas bisa
berarti Sabat mingguan, Sabat tahunan, atau keduanya. “ Maka untuk memutuskan makna yang
sebenarnya adalah dengan melihat konteks… Konteks yang menentukan”62

Bukti terbaik untuk sifat seremonial dari "hari-hari Sabat" ini tampaknya terletak pada
konteks istilah tersebut. Sabat yang dirujuk Paulus digolongkan dengan peraturan tentang
makanan dan minuman, berbagai pesta, dan perayaan bulan baru. Perayaan ini jelas merupakan
bagian dari agama Yahudi; itu adalah "bayangan yang akan datang". Tetapi Sabat mingguan,
yang akarnya dari penciptaan dan akan sampai di bumi baru, tidak bisa disebut sebagai
"bayangan yang akan datang"

Pemeriksaan bentuk jamak σαββάτων - "sabbatōn"

Dalam Kolose 2:16, σαββάτων - “sabbatōn” digunakan oleh Rasul Paulus tanpa artikel
Yunaninya. Dari pemeriksaan menyeluruh tentang penggunaannya baik di LXX dan Perjanjian
Baru Yunani, berikut ini pola tata bahasa terungkap dengan jelas, yang memberi kita kunci
tentang bagaimana bentuk Genitif dan Jamak ini diterjemahkan.

1. Bentuk jamak σαββάτων - "sabbatōn" merepresentasikan sebuah singular - "hari


sabat", jika digabungkan dengan, atau bila dimodifikasi dengan penanda temporal tunggal.
Misalnya, jika dihubungkan atau dimodifikasi dengan kata-kata Yunani seperti singular dari
ἡµέρα - “hēmera” [“day”]; atau dengan bentuk tunggal kata Yunani ἐπαύριον - "epaurion"
["pada hari berikutnya"].

Jika lebih sering daripada tidak, kata sandang menyertai penanda temporal Yunani ini,
maka kejadian ini harus diterjemahkan sebagai "hari Sabat" - tunggal.63

62
(The “Sabbath Days” of Colossians, Kenneth H. Wood, Append D.p.339).
63
Compiled by Rick Henwood, An examination of the plural form of the Greek noun σάββατον – “sabbaton”, and
the grammatical patterns underlining how the plural form is translated in the LXX and the New Testament,
Nanango, Queensland, 4615. Australia. 9
2. Bentuk jamak σαββάτων - "sabbatōn" mewakili bentuk jamak - "sabat", atau "hari
sabat", bila tidak dimodifikasi oleh penanda temporal tunggal Yunani. [Ini adalah bentuk
gramatikal yang Rasul Paulus telah menggunakannya dalam Kolose 2:16]. Ini harus
diterjemahkan sebagai "sabat", atau "hari sabat" - jamak.64

Dari studi pemeriksaan kata sabbaton di Kolose 2:16, maka kita temukan bahwa itu
adalah sabat dalam pengertian jamak, “hari-hari sabat.” Itu sebabnya terjemahan bahasa inggris
menambahkan kata days, menunjukkan sabat yang dimaksud Paulus adalah hari-hari sabat
seremonial atau sabat tahunan, bukan Sabat hari ketujuh.

“Sabat” dalam bayangan

Sekarang kita tiba dibagian akhir. “…semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang
harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus” (Kol. 2:16, 17 ). Kata semuanya ini menunjuk
kepada hal yang bersifat seremonial diatas. Secara umum konsesus para sarjana adalah bahwa
bayangan atau skia di sini bukanlah "bayangan (shadow)" literal, tetapi "bayangan,
membayangkan (foreshadowing)"65 karena kata tersebut terkait langsung dengan tōn mellontōn,
yaitu, "hal-hal yang akan datang".

Paul Deterding menunjukkan bahwa ungkapan ini merupakan istilah teknis untuk zaman
mesianik dan kerajaan Kristus pada kedatangan-Nya yang pertama dan yang akan
disempurnakan pada saat kedatangan-Nya kembali. Itu sebabnya Yesus menyebut Yohanes
Pembaptis 'Elia, yang akan datang' (ho mellōn erchesthai) sekalipun Yohanes pembabtis sudah
datang (Mat 11:14). ”66

Seperti kata Gordon Clark,“ Disini Paulus menggunakan esti [yaitu, yang merupakan
bayangan]. . . karena Paulus menempatkan dirinya kepada periode ritualisme masa lalu. ”67

64
Ibid

65
Bauer, Greek-English Lexicon, 755.

66
Paul E. Deterding, Colossians, Concordia Commentary: A Theological Exposition of Sacred Scripture (St. Louis,
MO: Concordia, 2003), 113.

67
Gordon Haddon Clark, Colossians: Another Commentary on an Inexhaustible Message, Tyndale New Testament
Commentaries (Phillipsburgh, NJ: Presbyterian and Reformed, 1979)
Di sinilah soma berperan. Leksikon menggambarkan soma (yaitu, secara harfiah "tubuh")
dalam konteks ini, sebagai "benda itu sendiri, realitas."68 Singkatnya, kepercayaan Advent Hari
Ketujuh. . . mencatat bahwa Paulus “menjelaskan bahwa orang Kristen tidak berkewajiban untuk
memelihara hari-hari sabat tahunan ini, karena Kristus telah memakukan hukum upacara di kayu
salib.” 69

Menariknya, beberapa yang bukan pemelihara sabat setuju dengan pemahaman Kolose 2:
14–17.70 Ini adalah sabat seremonial, yang menunjuk pada Mesias, "diakhiri dengan kematian-
Nya di kayu salib;" 71 tetapi Sabat hari ketujuh yang dilembagakan di Eden dan diabadikan
dalam Sepuluh Perintah sebagai norma etika karena setiap orang harus dikuduskan untuk
kemuliaan Tuhan.

68
Bauer, Greek-English Lexicon, 799

69
Seventh-day Adventists Believe . . . , 287.

70
David W. Jones, Introduction to Biblical Ethics (Nashville, TN: B&H Academic, 2013), 165; Robertson McQuilkin,
An Introduction to Biblical Ethics (Wheaton, IL: Tyndale, 1989), 185, 186

71
Seventh-day Adventists Believe . . . , 285.
BAB V

KESIMPULAN

Setelah menganalisis konteks, teks, gramatikal dari Kolose 2:16-17 khususnya berkenaan
dengan kata sabat yang disebutkan disana, dapat disimpulkan bahwa maksud Paulus ketika dia
mengatakan kepada jemaat Kolose,

“ Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan
minuman atau mengenai hari raya, bulan baru atau sabat; semuanya hanya bayangan dari
apa yang haru datang, wujudnya adalah Kristus..”
Dia sedang memikirkan tentang upacara seremonial salah satunya sabat tahunan, yang
mana semua upacara ini telah diakhiri pada waktu Yesus disalibkan.

Kata sabbaton yang dalam bahasa Yunani bisa tunggal atau jamak, tetapi dalam kasus
sabbaton di kolose 2:17 dia bermakna jamak. Alkitab bahasa inggris menerjemahkannya dengan
jamak, yaitu “sabbath days.”

Selain tata bahasa, konteks cerita sangat menentukan dalam memutuskan makna suatu
kata sebuah ayat. Selain itu pengamatan tentang asal usul sabat yang dimulai ditaman Eden.
Kemudian berlanjut dipadang belantara, lalu dituliskan dalam 10 hukum Tuhan, berlanjut pada
jaman bangsa Israel dan Yehuda baik sebelum penawanan maupun sesudah penawanan.

Pada jaman perjanjian baru Yesus memelihara sabat, berlanjut terus kepada murid-murid,
dan Paulus juga dicatat sebagai pemelihara sabat, terbukti dengan kehadirannya dibeberapa
sinagog pada hari sabat dan suratnya kepada orang-orang Ibrani.

Paulus katakan dalam Roma 3:3, bahwa kasih karunia, iman tidak membatalkan hukum,
justru, “kami meneguhkannya, “kata Paulus. Maka sangat tidak mungkin bagi Paulus untuk
memikirkan hari lain sebagai sabat selain sabat hari ketujuh.

Dengan demikian sabat dalam kolose 2;16 bukan sabat hari ketujuh mingguan, melainkan
sabat tahunan. Maka pendapat yang mengatakan sabat hari ketujuh sudah dipakukan dikayu salib
tidak sesuai dengan maksud dan tujuan Paulus. Maka saya mengajak kita untuk kembali
memelihara Sabat Tuhan, yang telah dilembagakan sejak penciptaan yang akan berlanjut sampai
dunia baru, Yesaya 66:23.
DARTAR PUSTAKA

Alkitab Terjemahan Indonesia Baru (Lembaga Alkitab Indonesia, 2011)

https://www.gotquestions.org/Indonesia/Sabat-Sabtu-Minggu.html

Irenaeus, Fragments from the Lost Writings of Irenaeus 38, ANF I, 575.

Tertullian, Against Marcion 5, 19, ANF III, 471, 472 (emphasis supplied).

Augustine, Sermons on New Testament Lessons 86, 3, NPNF 1st, VI, 515, 516: “The Lord did
break the sabbath; but was not therefore guilty.

Martin Luther, “Wider die himmlischen Propheten,” in his Sammtliche Schrif ten, ed. by Johann
Georg Walch, 1890, vol. XX, col. 148. In vol. IX, col. 375

John Calvin, Commentaries on the Epistles of Paul the Apostle to the Philippians, Colossians,
and Thessalonians, trans. John Pringle, 1948, p. 191.

J. Danièlou, Bible and Liturgy, p. 228; Merrill F. linger, “The Significance of the Sabbath,”
Bibliotheca Sacra 123 (1966): 57.

W. Robertson Nicoll, The Epistle to the Colossians, The Expositor’s Bible, 1908, p. 231

P. K. Jewett, The Lord’s Day, p. 45, fn. 20; William Hendriksen, Exposition of Colossians and
Philemon, New Testament Commentary, 1965, p. 124

W. Rordorf, Sunday, p. 138; cf. also his article “Le Dimanche, jour du culte et jour du repos dans
l’èglise primitive,” Lex Orandi 39, 1965, p. 109,

id.wikipedia.org/wiki/Tradisi

Alkitab Hidup Berkelimpahan: Life Aplication Study Bible: Kolose, Malang, Gandum Mas,
2546

Kennet L. Baker, John R. Kohlenberger, The Expositor’s Bible Commentary, Abridged Edition
“Colossian” Zondervan, 1994, 1465.

Ellen G. White, Patriarchs and Prophets (Hagerstown, MD: Review and Herald Pub. Assn.,
1958), 365
Seventh-day Adventists Believe . . . : A Biblical Exposition of Fundamental Doctrines (Silver
Spring, MD: Ministerial Association, General Conference of Seventh-day Adventists, 2005),
274.

Ralph P. Martin, Ephesians, Colossians, and Philemon, Interpretation (Atlanta: John Knox,
1991), 82

Derek Tidball noted in 2011 that Colossians “was probably written from Rome.” In Christ, in
Colossae: Sociological Perspectives on Colossians (London: Paternoster, 2011), 27

Petr Pokorný, Colossians: A Commentary, trans. Siegfried S. Schatzmann (Peabody, MA:


Hendrickson, 1991), 113,

David E. Garland, Colossians/Philemon, NIV Application Commentary (Grand Rapids, MI:


Zondervan, 1998), 27.

H. Dermot McDonald, Commentary on Colossians & Philemon (Waco, TX: Word, 1980), 88

Allan R. Bevere, “Sharing in the Inheritance: Identity and the Moral Life in Colossians,” Journal
for the Study of the New Testament, Supplement Series 226 (Sheffield: Sheffield Academic
Press, 2003), 86.

MacCarty, “Responses to Craig L. Blomberg,” in Perspectives on the Sabbath: Four Views, ed.
Christopher John Donato (Nashville, TN: B&H Publishing, 2011), 371.

Ronald F. Youngblood, ed., Nelson’s New Illustrated Bible Dictionary (Nashville, TN: Nelson,
1995), s.v. “Moon.”

Compiled by Rick Henwood, An examination of the plural form of the Greek noun σάββατον –
“sabbaton”, and the grammatical patterns underlining how the plural form is translated in the
LXX and the New Testament, Nanango, Queensland, 4615. Australia. 9

Paul E. Deterding, Colossians, Concordia Commentary: A Theological Exposition of Sacred


Scripture (St. Louis, MO: Concordia, 2003), 113.

Gordon Haddon Clark, Colossians: Another Commentary on an Inexhaustible Message, Tyndale


New Testament Commentaries (Phillipsburgh, NJ: Presbyterian and Reformed, 1979)
David W. Jones, Introduction to Biblical Ethics (Nashville, TN: B&H Academic, 2013), 165;
Robertson McQuilkin, An Introduction to Biblical Ethics (Wheaton, IL: Tyndale, 1989), 185,
186

Anda mungkin juga menyukai