Jomblo Kristen
Banyak pelajaran yang telah dipresentasikan tentang rumah dan keluarga. Ada banyak topik yang
didiskusikan mengenai tantangan dalam pernikahan dan mendidik anak-anak.
Kita juga dapat menemukan begitu banyak topik-topik dan pembahasan tentang tanggung jawab
suami dan istri, orang tua dan anak-anak dalam rumah tangga.
Tetapi Ketika kita berbicara tentang tidak menikah, lajang, jomblo, single, belum menikah, sangat
sedikit dibahas dan didiskusikan. Topik mengenai hak ini tidak banyak kita temukan sumbernya.
Kemungkinan karena berumah tangga dianggap sebagai kehidupan yang normal, sementara hidup
sendiri dianggap kurang normal.
Ada beberapa hal yang dikatakan Alkitab tentang kehidupan melajang. Kita perlu
memperhatikannya, supaya kita tidak salah memahami hidup melajang.
Karena itu kita perlu menanyakan beberapa pertanyaan, yaitu pertanyaan tentang orang Kristen
tidak menikah dan mengapa tidak menikah?
Pertama, bila dia seorang Wanita, karena tidak ada yang mengajaknya untuk menikah.
Kedua, bila itu seorang laki-laki, dia belum menemukan wanita yang bersedia menerima lamarannya
untuk menikah.
Keempat, mereka yang menjanda, menderita karena kehilangan pasangannya oleh kematian.
A. Mungkin mereka lebih memilih kehidupan lajang karena merasa tidak mampu.
B. Mungkin mereka memilih untuk tetap melajang karena alasan lain, seperti alasan Fisik, karna
dibuat orang lain, kemauan sendiri dan karena kerajaan Sorga.
Yesus berkata ada orang yang tidak menikah demi kerajaan Sorga.
“Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada
orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian
karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia
mengerti." Mat 19:11-12
“Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap orang menerima
dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu.“ 1 Kor 7:7-8
B. Beberapa orang mungkin melajang karena tidak tertarik pada lawan jenis.
3. Terkadang, keadaan membuat menjadi lajang adalah pilihan terbaik. Seperti pada saat datang
penganiayaan.
Paulus katakan, “Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi
manusia untuk tetap dalam keadaannya.” 1 Kor 7:25-28
Pada saat keadaan perang, tragedi, dll, kesempatan untuk menikah mungkin menjadi penghalang,
sehingga memilih untuk tetap melajang.
Dengan begitu banyaknya kemungkinan yang menjadi alasan seseorang tidak menikah, kita harus
berhati-hati untuk tidak berasumsi mengapa seseorang masih lajang.
a. Bila anda perempuan, anda bebas dari susah dan sakit mengandung, melahirkan, menyusui dan
merawat membesarkan anak.
b. Bila anda laki-laki, anda bebas dari tanggung jawab seorang suami. Tidak perlu pusing dengan istri
dan anak-anak. Anda bebas pergi kemana saja tanpa ditanyai dan tidak ada yang control.
d. Pada saat terjadi kesusahan atau penganiayaan, anda bebas menyelamatkan diri sendiri, tanpa
beban anak-anak dan istri - lih. 1Kor 7:26-28, 32a
Di saat seperti itu, adalah suatu berkah untuk tidak perlu khawatir tentang pasangan dan anak-anak
“Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan
berkenan kepadanya.
Orang yang beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia dapat
menyenangkan isterinya,
dan dengan demikian perhatiannya terbagi-bagi. Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak
gadis memusatkan perhatian mereka pada perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.
Tetapi perempuan yang bersuami memusatkan perhatiannya pada perkara duniawi, bagaimana ia
dapat menyenangkan suaminya.
Semuanya ini kukatakan untuk kepentingan kamu sendiri, bukan untuk menghalang-halangi kamu
dalam kebebasan kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan
melayani Tuhan tanpa gangguan.”
b. Ada kesempatan untuk melayani Tuhan yang mungkin tidak terbuka untuk mereka yang
memiliki tanggung jawab keluarga.
Misalnya, menjadi missionaris atau pengkhotbah di luar negeri. Atau menjadi missionaris ketempat-
tempat terpencil dengan medan yang sulit.
1. Bahaya godaan. Keinginan fisik bisa sangat kuat. Dorongan seks misalnya. Kalau ini kuat, maka
seseorang tidak boleh melajang karena pilihan.
Sangat berbahaya bila Hasrat seks anda tidak dapat dikendalikan, maka anda bisa saja jatuh kepada
dosa percabulan dan hubungan terlarang lainnya.
Pernikahan adalah untuk mereka yang tidak memiliki "karunia" melajang - 1Kor 7:8-9. Artinya, kalau
anda tidak punya karunia selibat/melajang, jangan coba hidup sendiri. Menikahlah..
Paulus mengamarkan, “Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda aku
anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.”
Tetapi kalau mereka tidak dapat menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik kawin dari
pada hangus karena hawa nafsu.” 1 Kor 7:8-9.
2. Bahaya kesepian
Memang ada banyak orang yang menikmati kesendirian mereka dan mereka tidak kesepian. Tetapi
setiap orang tidaklah sama.
Kesepian dapat menyebabkan depresi, yang dapat membuat seseorang tidak efektif dalam melayani
Tuhan.
Kesepian juga dapat meningkatkan penyakit jantung. Sebuah riset di Harvard pada tahun 2012
memperlihatkan bahwa orang dewasa yang hidup sendirian dan merasa kesepian memiliki risiko
kematian akibat penyakit jantung sebanyak 24 persen.
Penumpukan hormon stres. Di dalam tubuh juga dapat turut menaikkan penumpukan endapan
kolesterol pada organ hati. Orang-orang yang kesepian juga cenderung kurang minat untuk
berolahraga dan biasanya tidak aktif bergerak.
Penurunan sistem kekebalan tubuh. Penelitian tahun 2013 oleh Ohio State University
memperlihatkan bahwa seseorang yang kesepian cenderung memiliki sistem imunitas tubuh yang
lebih lemah.
Kesepian bisa bikin cepat meninggal. Rasa kesepian yang berlarut-larut memang berdampak buruk
bagi kesehatan. Bahkan hal itu dapat mempercepat kematian.
Maka anda harus dapat mengatasi situasi ini dengan cara yang kreatif.
Seseorang yang hidup sendiri, dia sangat mudah mengatur hidupnya dengan caranya sendiri.
Tetapi mereka yang biasa hidup sendiri, mungkin akan segera melupakan bagaimana atau
kebutuhan untuk mengakomodasi orang lain.
Jadi, Kehidupan lajang mungkin tidak lebih baik atau lebih buruk daripada kehidupan pernikahan,
hanya berbeda situasi.
Menikah atau melajang masing-masing memiliki tantangannya sendiri-sendiri, yang harus disadari
oleh semua orang Kristen (menikah atau lajang). Sekarang jika saya boleh, tawarkan beberapa..
IV. NASEHAT KEPADA MEREKA YANG HIDUP MELAJANG DALAM GEREJA
1. Manfaatkan keuntungan hidup melajang tersebut. Gunakan kebebasan hidup lajang untuk
meningkatkan pelayanan Anda kepada Tuhan - 1Co 7:32-35
“Orang yang tidak beristeri memusatkan perhatiannya pada perkara Tuhan, bagaimana Tuhan
berkenan kepadanya..” 1 Kor 7:32.
“..Perempuan yang tidak bersuami dan anak-anak gadis memusatkan perhatian mereka pada
perkara Tuhan, supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.” 1 Kor 7:34
“…tetapi sebaliknya supaya kamu melakukan apa yang benar dan baik, dan melayani Tuhan tanpa
gangguan.” 1 Kor 7:35
Jangan egois dengan waktu ekstra dan kebebasan yang kamu miliki
Jangan iri pada orang lain yang mungkin tidak melakukan sebanyak yang Anda lakukan karena
tanggung jawab mereka yang lain seperti mengurus anak-anak dan pasangan mereka.
Waspada terhadap Pencobaan - berusahalah untuk mengembangkan hubungan yang dekat dengan
Tuhan
Waspada terhadap Kesepian - menerima undangan untuk bersama orang lain, memulai kesempatan
untuk bersama orang lain
Waspada Keterpusatan pada diri sendiri - tawarkan diri Anda untuk melayani orang lain; jadilah
fleksibel.
Anda memiliki banyak ibu, ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, anak-anak di dalam gereja -
lih. Mrk 10:29-30
Kita harus dapat menerima mereka yang hidup lajang karena pilihan mereka. Hargai keputusan
mereka dan jangan berpikir negatif.
Jika mereka memiliki "karunia Tuhan" untuk melajang, jangan anggap mereka aneh dan tidak
normal.
Kita harus berterimakasih kepada Tuhan atas keragaman pemberian-Nya kepada umat-Nya
Bagi mereka yang melajang karena keadaan, kita harus bersikap mengerti keadaan mereka.
Mereka menghadapi tantangan yang berat, karena itu bukan pilihan mereka tetapi keadaan yang
memaksa.
Kita harus peka terhadap semua yang lajang, baik karena pilihan atau keadaan. Mereka memiliki
Kebutuhan yang sama dengan mereka yang menikah yaitu menjadi bagian dari "keluarga" Allah di
dalam Kristus
Mereka memiliki Kebutuhan akan persahabatan dan keterlibatan dalam setiap kegiatan pelayanan
jemaat.
KESIMPULAN
Tidak peduli apa posisi kita dalam hidup, menikah atau tidak menikah. Tuhan dapat memberi kita
kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjalani kehidupan yang produktif dan menyenangkan!
Semoga kita semua peka terhadap kebutuhan khusus satu sama lain, dan saling membantu untuk
memuliakan Tuhan dengan hidup kita, yang berbeda-beda!