gurunya tersebut, sehingga Yesus sendiri berpesan dengan tegas bahwa setiap orang yang
menyesatkan anak-anak lebih baik ditenggelamkan ke dalam laut (Matius 18:6).
Orang dewasa mengalami perkembangan intelektual, emosi dan religinya, sehingga
pertimbangan-pertimbangan logika selalu terjadi sebelum menerima hal-hal baru. Bahkan hal-hal
yang berhubungan dengan iman, mereka akan mempertimbangkan dengan pertanyaanpertanyaan apakah hal ini masuk akal atau tidak, apakah dapat menyelesaikan masalah saya
atau tidak, apa keuntungannya bagi saya? dan sebagainya. Memang, tidak bisa disalahkan
begitu saja mereka yang mempunyai banyak pertimbangan. Namun, jika pertimbangan tersebut
terlampau ketat yang akhirnya kebingungan mengambil keputusan bukankah hal ini merugikan
juga. Pada kondisi seperti inilah dibutuhkan seseorang yang dapat menolong membukakan
pikiran sehingga dapat segera mengambil keputusan.
Pertimbangan dibutuhkan, Amsal 1:5b tertulis ... dan baiklah orang yang berpengertian
memperoleh bahan pertimbangan bahkan Amsal 15:22 tertulis bahwa Rancangan gagal kalau
tidak ada pertimbangan, tetapi terlaksana kalau penasihat banyak. Pertimbangan diperlukan agar
tidak jatuh pada kesalahan, namun pertimbangan yang merugikan hendaknya dipikirkan dengan
bijaksana. Pertimbangan dapat memunculkan keragu-raguan. Keraguan terhadap Firman Allah
menjadikan seseorang tidak percaya kepada Firman tersebut. Tidak percaya Firman Allah sama
dengan meragukan Allah dan pada gilirannya tidak mendapat pertolongan Allah. Pertimbangan
manusia hendaknya tidak menggagalkan rencana Allah.
2. Memiliki problema kompleks
Dibanding dengan orang muda, persoalan orang dewasa demikian kompleks yang berbeda
satu dengan lainnya. Keragaman problem terjadi seiring perjalanan hidupnya. Problem keluarga
dengan pasangan hidup dan anak-anak, problem di tempat kerja dengan rekan-rekan atau dengan
atasan/bawahannya, problem kesehatan, dsb.
Sering terjadi keputusasaan dan dilanjutkan dengan tindakan kriminal (korupsi, penipuan,
dll) ataupun bunuh diri sebagai langkah akhir yang diambil ketika menemui jalan buntu dan
seolah-olah memang tak ada yang bisa menolong. Bahkan ia merasa bahwa Tuhanpun menjauh
darinya dan enggan menolong. Pada kondisi seperti inilah dibutuhkan orang yang bisa
memberikan peredam atas gejolak jiwanya. Setidaknya, tindakan yang kurang tepat bukan
menjadi pilihan kendatipun dalam keadaan yang sangat putus asa.
Kecakapan seorang pelayan Tuhan dibutuhkan untuk membawa setiap orang yang putus asa
kepada Tuhan Yesus. Sebab Ia berjanji untuk menerima siapa saja yang letih lesu dan berbeban
berat kepadaNya dan Ia akan memberikan kelegaan (Mat. 11:28).
3. Memiliki tanggungjawab terhadap keluarga
Tanggungjawab terhadap keluarga kadang kala dirasa demikian berat. Apalagi bila
dihadapkan dengan masalah-masalah seperti ekonomi, keretakan rumah tangga, masalah
kenakalan anak yang memuncak, dsb. Apapun yang terjadi, keluarga adalah tanggungjawab
orang dewasa (suami & Isteri). Terjadinya perceraian disebabkan salah satunya adalah masalah
ekonomi. Ketidakmampuan menjalani hidup dalam kemiskinan sering menjadi sebab
perselingkuhan yang dilanjutkan dengan perceraian. Ketika terjadi keretakan rumah tangga maka
anak-anak menjadi korbannya.
Ada pula orangtua yang tidak bertanggungjawab memenuhi kebutuhan keluarganya malah
melakukan perbuatan yang tidak terpuji misalnya berjudi, atau membiarkan anak istrinya
terlantar seolah mau melepaskan tanggungjawabnya. Karena tanggungjawab yang berat ini
seseorang bisa menjadi gelap mata dan berdosa. Kepada kondisi yang seperti inilah dibutuhkan
pelayanan yang baik agar orang dewasa ini dijamah Tuhan dan dipulihkan menjadi orang dewasa
yang bertanggungjawab.
4. Menghadapi krisis-krisis
Dalam kehidupan orang dewasa (yang menikah) mengalami masa-masa yang progresif,
pertama masa penyesuaian sebagai suami isteri yang baru, mereka harus menyesuaiakan diri
dengan kebiasaan-kebiasaan pasangan yang sebelumnya tidak dikenal dengan baik. Barangkali
kalimat yang tepat untuk mereka adalah masa bulan madu, kemanisan masih banyak, cinta masih
berkobar dan seolah-olah dunia milik berdua. Setelah beberapa tahun dilewati, tiba masa
kejenuhan dan kebosanan. Pada masa ini pasangan harus waspada agar tidak terjadi keretakan
yang berujung pada perceraian. Mungkin terjadi affair cinta, mengapa hal ini bisa terjadi?
Alkitab menunjukkan kejatuhan Raja Daud dengan affair cintanya. Mengapa hal ini terjadi?
Scheunemann1[1] mengatakan bahwa kejatuhan Raja Daud dalam dosa perjinahan dan
kehancuran keluarganya mulai dengan Raja Daud tidak di tempat dimana ia seharusnya berada.
Seorang yang sudah menikah hendaknya menjaga jarak dengan orang lain yang bukan
pasangannya. Sebab bertanya-tanya, pancing-memancing, main mata, memperhatikan dan
merasa diperhatikan dan menyadari penampilan yang menawan seringkali menjadi titik tolak
satu affair.2[2]
Pertobatan dan kejujuran pasangan hidup merupakan modal penting bagi keutuhan keluarga.
Menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan mengingat janji nikah serta tujuan
yang disepakati sebelum masuk pernikahan, akan menolong pasangan dewasa yang menghadapi
krisis ini. Disinilah diperlukan seseorang yang dapat menjadi penghubung dan melayani dengan
penuh kesabaran bagi orang-orang yang mengalami krisis dalam keluarganya.
Krisis yang lain adalah krisis kepercayaan diri. Pada usia pensiun (tergolong dewasa tengah
dan siap memasuki lanjut usia), seseorang banyak mengalami tekanan perasaan sebab merasa tak
berguna lagi (bagian ini akan dibahas lebih banyak pada pertemuan berikut). Mereka perlu
mendapatkan pelayanan penguatan agar tidak merasa kecil hati dan akhirnya menarik diri dari
gereja.
5. Menghadapi kematian
Hal terakhir yang selalu dihadapi setiap orang adalah kematian. Banyak orang takut
berhadapan dengan maut, sebab memikirkan betapa mengerikan dunia sana yang penuh
misteri, apalagi dengan ratap tangis dan kertak gigi (Mat. 24:51b). Tentu saja bagi orang yang
telah memiliki Tuhan Yesus dan menyerahkan hidupnya akan memperoleh kedamaian bersama
Dia disurga. Kematian tidak mengerikan, tetapi malah dinantikan sebab ia yakin bahwa
pertandingan di dunia ini telah diakhiri dengan baik dan mahkota kebenaran sudah siap
dikaruniakan (2 Tim. 4:7-8).
Pendampingan kepada orang-orang seperti ini sangat diperlukan agar mereka merasa tidak
sendirian. Tetapi ada orang yang setia melayani dan mendampingi sampai hembusan nafas
terakhir.
1
2
Saya kira hal-hal diatas menjadi sebagian alasan mengapa pelayanan kepada orang dewasa
penting dilakukan dengan baik. Jika mereka mendapatkan pelayanan yang baik, maka gereja
akan memiliki anggota-anggota jemaat yang berkualitas. Pada gilirannya mereka akan menjadi
saksi-saksi Kristus yang militan. Gereja bertumbuh, banyak jiwa dimenangkan, Tuhan Yesus
Sang Kepala Gereja dipermuliakan.
M
Masa dewasa meliputi jangka waktu yang panjang dan merupakan masa yang terpanjang
dalam periode kehidupan manusia. Jarak umurnya tiga kali lebih banyak dari semua kelompok
umur yang sebelumnya dan menjangkau lebih dari setengah abad.
Dewasa biasanya menunjuk pada keadaan akil-baliq (sampai umur) atau matang. Para
ahli berselisih pendapat tentang batasan usia kedewasaan. Di dalam beberapa kebudayaan,
permulaan dewasa disamakan dengan perkembangan kematangan seksual biasanya disebut
pubertas. Adapula yang mengatakan bahwa masa ini dimulai pada usia 21 tahun dimana pada
usia ini mulai memikul tanggung jawab secara hukum. Banyak kebudayaan lain yang
menganggap bahwa masa remaja/pemuda sampai umur 24 tahun kemudian menjadi dewasa.
Akan tetapi sekarang ini banyak orang merasa bahwa kedewasaan dimulai umur 18 tahun, pada
waktu banyak orang menikah, memasuki dinas militer, mencapai hidup mandiri secara
ekonomis, bahkan di beberapa daerah mulai mempunyai hak pilih atau hak suara3[3].
Beberapa ahli membagi rentang usia dewasa menjadi 3 kelompok yakni: awal masa
dewasa (20-34), pertengahan masa dewasa (35-64) dan dewasa lanjut (65 ke atas).
Awal Masa Dewasa (20-34)
Awal dewasa atau sering disebut sebagai akhir masa remaja, merupakan masa transisi
dari masa remaja ke kedewasaan. Bagi sementara orang periode ini merupakan transisi yang
lebih ekstrim dari tahap lainnya dalam perputaran hidup ini. Hakekat awal masa dewasa dalam
kehidupan adalah serentetan krisis yang harus diselesaikan apabila seseorang hendak beralih
dengan cara yang memuaskan ke dalam kedewasaan.4[4]
Jasmani
Susunan kerangka dan otot-otot manusia mencapai pertumbuhan sepenuhnya antara usia
20-30 tahun, ditandai dengan matangnya koordinasi, penguasaan anggota-anggota tubuh.Tubuh
orang muda mencapai perkembangan dan integrasi terakhir dalam tahun-tahun pertama perode
ini.
Daya tahan jasmani mencapai puncaknya bersamaan dengan tingkatan kepandaian yang
khusus. Kecepatan tanggapan dan kemampuan untuk mempelajari ketrampilan motorik (gerakan)
yang baru mencapai tingkat tertinggi pada pertengahan tahun umur 20 an. Pada periode ini ia
memiliki kesehatan yang baik.
Sesudah orang dewasa mencapai usia 30 tahun, dengan mudah perkembangan fisiknya bisa
mundur, terutama jika ia tidak berusaha untuk memelihara kesehatan dan daya tahan. Kecepatan
kemerosotan dapat diubah cukup banyak oleh usaha yang tekun untuk menjaga kondisi tubuh
3
4
yang baik dengan jalan makan yang baik, senam dengan teratur dan kebiasaan-kebiasaan baik
yang menunjang kesehatan5[5].
Tekanan tugas sehari-hari di rumah maupun pekerjaan yang terus menerus dan cukup
berat, serta ambisi yang terlalu keras untuk mencapai kemapanan seringkali menimbulkan
masalah dalam kesehatan maupun problema rumah tangga karena sering tidak bersama keluarga.
Clark menuliskan bahwa terlalu banyak bekerja dan menitikberatkan pencarian nafkah sering
membawa kepada filsafat hidup materialistis yang kosong6[6].
Mental
Orang muda tetap mampu mempelajari hal-hal yang baru. Ia seorang idealis, mandiri dan
berjiwa petualang. Namun sementara beberapa impian yang penuh romantika sirna, hidup ini
merupakan suatu kenyataan baru.
Pada usia ini pula kemampuan berpikir telah berkembang sepenuhnya. Pemikirannya
lebih sejalan dengan pendirian pribadinya. Minatnya yang umum dan minat belajarnya kini lebih
dikhususkan atau dipusatkan pada pekerjaan seumur hidup.
Mereka juga menaruh perhatian pada apa yang dipikirkan dan dilakukan orang lain.
Menaruh perhatian terhadap arti sejarah dan kekuasaan masa lampau, namun ada pula yang
meremehkan tradisi sambil menantang kewibawaan.
Keragu-raguan intelektual dan ketidakpercayaan mungkin adalah pembawaan dari
keragu-raguan yang tidak diselesaikan pada masa remaja. Pada usia ini nyatalah bahwa iman
yang dibuktikan pada tiap tingkat usia adalah iman yang diperkuat pertahanannya terhadap
keragu-raguan dan ketidakpercayaan.
Sosial
Perasaan bermasyarakat menjadi lebih kuat, berkembang dan meluas pada waktu ia
menjalin persahabatan baru yang abadi selama perguruan tinggi dan tahun-tahun pertama
kariernya. Pergaulannya berkisar pada teman-teman penting sekelilingnya, keluarga, kelompokkelompok yang formal dan terorganisasi. Mereka yang telah menikah memusatkan perhatiannya
selain pada keluarga juga antar perseorangan dengan isteri/suami, orangtua dan mertua.
Tahun-tahun ini mungkin penuh kesepian bagi orang muda yang masih bujang yang
berjuan untuk membebaskan diri dari keluarga dan membina persahabatan yang berarti dalam
masyarakat yang berorientasi pada pernikahan. Orang dewasa yang membujang sering
melibatkan diri dalam pelayanan berkelompok dan kepentingan masyarakat. Mengikat dia pada
tanggung jawab rumah tangga, akan berarti membatasi gaya hidup bermasyarakatnya.
Penyesuaian terhadap pekerjaan meliputi hubungan dengan rekan-rekan sejawat dan
pekerjaan dapat menuntut begitu banyak waktu sehingga ia tak sempat bersekutu dengan
keluarganya atau bergaul dengan teman-teman lainnya.
Peralihan dari masa remaja ke dewasa sering disertai masalah-masalah yang serius.
Seorang penulis mengemukakan hal-hal berikut: perceraian, bunuh diri, putus perguruan tinggi,
masalah seks, ketidakmampuan bekerja atau menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
kecenderungan untuk tidak mematuhi peraturan. Pemakaian obat-obatan diantara beberapa
kaum muda lebih berhubungan dengan keadaan kejiwaan yang umum dari pada alasan-alasan
5
6
lain.7[7] Selanjutnya ia mengatakan bahwa kira-kira setengah dari semua perceraian melibatkan
orang-orang dibawah umur 29 tahun. Kebanyakan perceraian itu terjadi selama 3-5 tahun dari
mulai pernikahan. Telah diketahui bahwa perceraian hanyalah salah satu dari gejala-gejala
ketegangaan dan tekanan dalam perkawinan pada usia muda, dan ada bukti bahwa banyak orang
muda harus banyak menderita kepedihan dan ketidakbahagiaan sewaktu menyesuaikan diri
dengan hubungan antar suami isteri.
Orang muda dapat dengan mudah hanyut dari gereja. Namun demikian justru dalam
periode inilah ia paling membutuhkan hubungan yang benar dengan Allah agar dapat
mengembangkan falsafah hidup. Mimilih padangan hidup dan pekerjaan seumur hidup.
Emosi
Sikap moderat adalah ciri orang muda yang telah menjadi orang yang utuh dan mandiri.
Mereka memulai periode ini dengan optimis dan penuh pengharapan. Kemudian berangsurangsur hidupnya diatur lagi pada waktu pergumulan berlangsung antara idaman-idaman dan
kenyataan, idealisme dan pengalaman.
Keresahan emosional dengan mudah dapat terjadi dalam tahun-tahun yang bahagia dan
menggembirakan ini sehingga penyesuaian diri disertai frustasi dan ketidakpuasan. Rasa
kesepian dan banyak godaan harus dihadapi orang muda yang tidak menikah ketika ia berusaha
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan emosinya. Mereka yang menikahpun tidak bebas dari
persoalan sebab ia harus menyesuaikan diri dengan banyak peran barunya.
Orang muda yang bahagia adalah dia yang tidak membawa persoalan-persoalan
emosional yang belum terselesaikan pada masa remaja ke dalam periode ini. Ia dapat
mengembangkan kematangan emosi dan akan berhasil mengevaluasi dirinya sendiri, corak
hidupnya, dan pengalamannya dengan maksud untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
Rohani
Pada periode ini orang muda mengevaluasi kembali gagasan-gagasan keagamaan dan
kepercayaan. Hal ini baik sekali karena dari segi rohani dalam tahun-tahun ini ia meletakkan
dasar yang dapat membawa kepada kehidupan yang berhasil sebagai orang dewasa.
Tekanan-tekanan dan kenyataan masa dewasa menuntut perkembangan iman yang
dinamis. Jika selama tahun-tahun ini iman tidak diperdalam dalam kesetiaan kepada Kristus dan
gereja tidak diperbaharui, maka mungkin hal-hal rohani akan dibelakangkan dan akhirnya
didesak keluar.
Ada kecenderungan terhadap materialisme. Keinginan akan uang dan usaha untuk
memiliki barang/materi tumbuh pesat tanpa terkendali. Maka diperlukan Firman Tuhan yang
mengingatkan agar tidak jatuh kepada ketamakan dan materialisitis.
Kegiatan dan kesibukan dapat menghalangi hal-hal rohani. Dalam tahun-tahun persiapan
membangun karier dan mencari nafkah, orang muda harus ingat bahwa ia juga sedang
membangun hidup rohaninya.
Pertengahan Masa Dewasa (Setengah Baya) (35-64)
Penetapan umur 35-64 tahun lebih disebabkan faktor-faktor sosial dan psikologi dan
bukan faktor kronologisnya. Kebanyakan tugas perkembangan dalam dewasa awal telah
diselesaikan pada permulaan umur 30-an. Pertengahan masa dewasa ini menjadi periode
lanjutan, pengembangan, pematangan dan pendalaman.
7
Ada lima ciri khas periode ini: prestasi, pemantapan, tanggungjawab, penilaian dan
penyesuaian. Selama umur ini orang harus mempunyai kemampuan untuk prestasi pekerjaan
yang maksimum. Penyesuaian keluarga dan penyesuaian diri kembali harus terjadi dengan cepat.
Dengan peningkatan pengertian tentang penatalayanan seluruh hidup, baik pria maupun wanita
dapat menemukan kegunaan yang kreatif dalam gereja, rumah tangga dan masyarakat serta
nememukan makna dan kepuasan hidup yang makin mendalam8[8].
Jasmani
Orang dewasa setengah umur telah melewati puncak efisiensi jasmani dan sekarang ia
harus mengurangi kegiatannya. Kekuatan dan tenaganya sudah bekurang dan karenanya harus
menyesuaikan diri dengan program hidup yang realistis. Sesudah umur 45 tahun, keadaan fisik
mundur makin cepat. Macam-macam penyakit timbul. Kelemahan alat-alat tubuh muncul.
Tekanan darah dan gangguan pencernaan meningkat. Berkurangnya pendengaran dan ketajaman
penglihatan makin menurun setelah umur 55 tahun.
Perubahan-perubahan fisiologis dapat mempengaruhi dorongan seksual. Kekuatan dan
kemampuan seksual menurun. Penurunan fungsi seksual pada pria berbeda dengan wanita.
Selama menupause (mati haid) pada umur 40 atau permulaan 50 tahun, wanita kehilangan
fungsinya untuk menghasilkan keturunan. Penurunan kekuatan dan keinginan seksual pada pria
terjadi lebih lambat dan tidak mempengaruhi kemampuannya untuk menghasilkan keturunan.
Perubahan-perubahan jasmani dapat menimbulkan kekuatiran. Sangat penting bagi
mereka untuk menyesuaikan diri dengan kekuatannya yang berkurang. Seorang pria mungkin
akan melampaui kekuatan jasmaninya hanya untuk membuktikan bahwa ia sanggup menyamai
kaum pria yang lebih muda. Demikian juga wanita, mereka akan merasa kuatir tentang
penampilan jasmaninya, ingin tetap kelihatan muda. Menopause dapat merupakan krisis emosi
baginya.
Beban-beban hidup biasanya bertambah banyak pada usia ini. Jika seorang pria belum
berhasil pada umur 40-an, beban kegagalannya itu sangat menekan dirinya sehingga
kemungkinannya makin tipis untuk mengatasi kesukaran-kesukaran dan merebut kemenangan
dari kekalahan itu. Jika ia berhasil, maka tanggungjawab yang dipikulnya itu sangat berat dan
menjadi makin berat dari tahun ke tahun.
Orang dewasa setengah umur sedang membatasi kegiatan fisiknya, sering ia menemukan
kesempatan-kesempatan baru dalam jabatan kepemimpinan di gereja, yang mempergunakan
pengalaman dan kematangannya di bidang pengajaran, perencanaan dan pengawasan. Namun
bekerja dengan mengerahkan seluruh kekuatan fisik untuk hal-hal di atas akan membahayakan
kesehaannya.
Mental
Orang setengah baya menemukan bahwa kemampuan mental dan kecakapan itu produktif
dan menantang. Pertimbangannya sehat dan dapat diandalkan. Ada perspektif yang lebih luas
dengan penerapan praktis. Akal budinya menonjol, kadang ia cenderung bersikap keras dan
kurang luwes, tekun, kolot dan pendekatannya lugu.
Walaupun kecepatan belajarnya agak menurun, namun sikap yang lebih terarah, percaya
kepada diri sendiri, dan perasaan mampu, biasanya mengimbangi pengurangan ini, dan
pengetahuan yang luas dialami oleh orang yang siap siaga secara mental. Inilah periode prestasi
besar dalam tugas-tugas mental sekalipun sikapnya makin berhati-hati.
8
Karena usia kurang mempengaruhi kemampuan belajar, orang dewasa harus diberi
dorongan agar terus belajar. Banyak program pendidikan yang serbaguna bagi orang dewasa
menyediakan kesempatan belajar bagi mereka.
Sosial
Sering orang dewasa setengah baya membina dan memelihara hubungan kekeluargaan
yang bahagia sebagai orang tua atau kakek/nenek, sementara menciptakan lingkungan temanteman di luar keluarganya. Banyak waktu dan tenaga dihabiskan untuk memperoleh kedudukan
dalam masyarakat. Biasanya mereka suka menjadi anggota bermacam-macam organisasi yang
meminta perhatian, waktu dan uangnya. Ia sering menduduki posisi yang berwewenang dan
bertanggung jawab dalam masyarakat dan mengelola serta menguasai pelbagai lembaga.
Kesepian dan keprihatinan mungkin timbul pada waktu anak-anak menjadi dewasa dan
meninggalkan rumah. Sang ibu mungkin pernah berpikir bahwa anak-anak merupakan beban
ketika mereka masih kecil, tetapi perasaan prihatin terhadap mereka menjadi besar sekali pada
waktu ia melihat mereka menginjak dewasa, meninggalkan rumah orangtua dan pergi mencari
nafkah dalam dunia. Orang dewasa setengah umur mungkin terlibat dalam membantu anakanaknya untuk menetap/mandiri, memberikan perhatian lebih banyak kepada orangtua yang
sudah lanjut usia, dan berusaha bersiap-siap menghadapi masa pensiunnya sendiri, yang
semuanya itu dilakukan sekaligus. Sering ia menghadapi kematian ayah dan ibunya bahkan
pasangan hidupnya dan terpaksa membuat penyesuaian yang tidak dikehendaki dalam hidup ini.
Dalam tahun-tahun menjelang akhir masa pertengahan dewasa pola kekeluargaan yang
kuat sering diputuskan oleh perceraian dan pernikahan kembali. Pada umumnya pada usia
setengah baya terjadi kehancuran watak pria maupun wanita yang sebelumnya mempunyai
kehidupan yang tak bercela. Masalah ini bertambah besar karena menurunnya norma-norma
susila dalam masyarakat pada umumnya. Banyak kebutuhan sosial dari orang dewasa setengah
umur dapat dipenuhi melalui program persekutuan yang seimbang. Dalam hal ini gereja
hendaknya menekankan persekutuan yang mendalam agar dapat menjangkau mereka yang sibuk.
Gereja harus mampu mengulurkan tangan menjangkau mereka dengan senang hati apapun
kondisinya.
Emosi
Usia setengah baya sering merupakan periode memikul beban. Namun demikian, mereka
mungkin merasa bahwa tahun-tahun ini adalah yang paling memuaskan dalam masa dewasa. Ia
cenderung bersikap realistis dan praktis. Ini adalah saat penguasaan diri sendiri dengan emosiemosi yang dalam dan penuh. Akan tetapi, kemalangan pribadi dapat menimbulkan kegetiran dan
kekecewaan yang sukar diatasi.
Kematangan emosi sering berlangsung walaupun pertambahan umur tidak menjamin
adanya pertumbuhan emosi. Sikap-sikap tertentu mungkin berkembang dan menghambat
pertumbuhan ini. Mungkin sekali perlawanan terhadap perubahan itu akan menghalangi
pendewasaan nilai, minat dan pengertian. Sering mereka menolak untuk menyesuaikan
pandangannya dengan kesempatan-kesempatan baru dalam hidup ini. Bagi orang Kristen, buah
Roh Kudus (Galatia 5:22-23) sangat perlu untuk pendewasaan emosi dan rohani.
Perasaan seseorang mengenai perubahan-perubahan fisiknya hampir sama pentingnya
dengan perubahan-perubahan itu sendiri. Walaupun mereka mungkin mencoba menyembunyikan
tanda-tanda usia yang bertambah tua, ia dapat menyesuaikan diri dengan berkurangnya
kemampuan fisik dan mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan melalui kegiatan di bidang lain.
Hari tua tidak datang dengan tiba-tiba. Umur tidak seluruhnya menyangkut jumlah tahun
usia kita. Seorang dewasa usia 70 tahun dapat lebih muda semangatnya daripada orang lain yang
berumur 50 tahun. Orang ini menaruh perhatian yang vital terhadap kehidupan. Berbahagialah
orang yang membuat rencana hari tuanya dan kemudian belajar menikmati masa tua yang
terlepas dari tanggungjawab yang banyak tuntutannya.
Kedewasaan orang lanjut usia diwarnai oleh ketulusan hati melawan keputusasaan dan
kemuakan. Ketulusan hati adalah menerima lingkaran hidup seseorang dan orang-orang yang
mempunyai bagian dalam hidup itu, alternatifnya adalah keputusasaan dan kemuakan terhadap
diri sendiri yang biasanya dibebankan kepada orang lain.
Ada banyak hal yang menyebabkan orang tidak dapat menyesuaikan diri pada masalahmasalah ketuaan dan kehidupan pada hari tua, antara lain tidak mempunyai kegiatan di luar
rumah, hidup dengan mengenang masa lalu dan tak berminat untuk belajar lagi. Hal ini dapat
mempengaruhi pelayanan Kristen mereka. Hendaknya tidak perlu mengundurkan diri dari
pelayanan sebab tak ada habis-habisnya pelayanan yang menantang pada jalan Kristus. Hari tua
meminta agar kita hidup lebih sederhana dan menikmati hal-hal yang bernilai abadi. Meskipun
manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke
sehari (II Korintus 4:16b)
Jasmani
Dapat dipastikan bahwa kekuatan jasmani dan daya tarik jasmani menurun, namun
kecantikan lanjut usia dapat muncul dari dalam yaitu dari jiwa dan roh. Biasanya orang lanjut
usia memiliki kesehatan yang lebih baik pada sepuluh tahun permulaan periode ini dengan
batas-batas tertentu. Mereka yang bijaksana akan belajar untuk menjaga kesehatannya,
menyesuaikan diri pada ketidaksenangan dan kesakitan yang dideritanya dan mau mendengarkan
nasihat dokter agar ia bersikap realistis dan melakukan kegiatan jasmani secukupnya saja.
Penyakit jasmani bertambah banyak pada usia ini, dan sering menyebabkan ia tak dapat
keluar rumah. Penyakit tidak secara otomatis merupakan masalah hari tua, meskipun banyak
faktor mempengaruhi dan dipengaruhi oleh penyakit. Mereka yang mendapat penyakit kronis
harus dapat menyesuaikan diri pada ketidakmampuannya dan akibat-akibat keaktifan yang
terbatas. Tenaga metabolik, pembelahan sel dan kecepatan perbaikan organ tubuh berkurang,
tulang-tulang menjadi rapuh. Beberapa bukti nyata dari kemunduran jasmani bersifat psikologis.
Mungkin ia akan membesar-besarkan ketidakmampuannya sehingga mengasingkan dirinya dari
kawan-kawan dan kegiatan mereka.
Sebenarnya keterbatasan diri dan kelemahan pada usia lanjut tidaklah perlu dijadikan beban
atau kekuatiran yang berlebihan, karena Allah memberikan jaminan keprihatinanNya. Ia
berfirman: Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku
menggendong kamu, Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus, Aku mau
memikul kamu dan menyelamatkanmu. (Yes. 46:4)11[11].
Mental
Orang lanjut usia mempunyai modal yang berharga, yaitu pengetahuan yang terkumpul,
pertimbangan yang penuh pengalaman dan nasihat yang bijaksana. Hal ini merupakan sumber
yang kaya bagi gereja, rumah tangga, masyarakat dan negara. (Im. 19:32, Ams. 16:31; 20:29;
23:22).
11
Orang lanjut usia masih dapat belajar, namun kecepatan belajar tentu saja menurun
karena berkurangnya fungsi pendengaran, penglihatan dan refleks serta reaksi makin lambat.
Juga kurangnya latihan dan motivasi memperlambat proses belajar. Orang lanjut usia selalu
mengenang masa lalu. Ia perlu didorong untuk hidup dalam masa kini dan mengharapkan masa
depan. Bagi orang Kristen hal ini penting agar mereka tetap menjadi murid Kristus dengan tetap
memiliki harapan untuk bertemu Tuhan. Orang lanjut usia harus menyadari adanya pola hidup
yang statis dan kaku. Maka ia harus didorong mencari hal-hal yang baik dan kreatif dalam hidup
ini.
Yang sering terjadi pada usia lanjut adalah sikap kekanak-kanakan, mencurigai,
memperdayakan dan sangat tertekan karena kemunduran jasmani dan mentalnya. Mereka harus
ditolong untuk memiliki perasaan bahwa ia berguna, dibutuhkan, dapat menolong orang lain dan
bahwa ia dapat menggunakan pengalaman masa lalunya. Ia tertolong bila dapat mengembangkan
minat baru bersama dengan pendidikan yang dilanjutkan dan rangsangan mental.
Sosial
Orang lanjut usia kurang aktif dalam fungsi-fungsi sosial tetapi senang sekali dengan
program-program yang diorganisir untuknya. Kebanyakan mereka mempunyai waktu dan
menginginkan kehidupan sosial yang berarti. Ia suka berkunjung dan bercakap-cakap dengan
orang-orang seusianya.
Selain itu lingkungan keluarga sering merupakan dasar kehidupan sosialnya. Ia merasa
bangga melihat anak cucunya sukses. Mereka yang mempunyai hubungan baik dengan keluarga
pasti akan mempunyai banyak pengalaman yang menyenangkan. Orang lanjut usia yang tidak
mempunyai keluarga atau dibuang oleh keluarganya dapat menjadi sangat kesepian. Demikian
pula yang kehilangan pasangan hidupnya. Pada usia lanjut hidup ini masih sama berharganya
seperti pada usia muda dan kesedihan yang paling pahit pada usia lanjut adalah merasa diri
diabaikan dan dilupakan.
Orang lanjut usia harus didorong untuk melanjutkan kegiatannya dalam kelompokkelompok yang terorganisir seperti gereja, kelompok sosial, kelompok pensiunan, kelompok
senan, dsb. untuk mengganti hubungan sosial yang dahulu dikembangkan di pekerjaannya.
Usaha pendidikan dan rekreasi sangat menolong, seperti hobi memelihara burung, merawat
tanaman, dsb. Ia senang sebab tidak terikat oleh waktu tetapi ingin tetap sibuk.
Emosi
Orang lanjut usia dapat bersikap manis dan ramah, lembut atau bermuka masam dan
sengit. Bertambahnya kekakuan emosional terlihat dari tingkah laku yang terulang, kurangnya
penyesuaian diri yang efektif, kurangnya pemulihan setelah pengalaman-pengalaman yang
emosional.
Keadaan emosi orang lanjut umur tidak hanya bergantung pada tekanan dan penderitaan
yang sekarang ini tetapi juga pada kepribadiannya yang semula. Boleh dikatakan bahwa keadaan
seorang lanjut usia adalah tepat sebagaimana keadaannya di masa mudanya, kecuali itu sifat-sifat
tersebut lebih menonjol lagi.
Ada orang yang tetap berkembang secara emosional, sedangkan yang lain telah
menyerah. Orang yang ramah, tenggang rasa dan suka bergaul menjadi lebih ramah lagi,
sedangkan orang yang mementingkan diri sendiri menjadi semakin picik dan suka menyendiri.
Sumber-sumber iman Kristen diperlukan untuk tetap gembira dan optimis, sekalipun ada dosa,
kesedihan dan penderitaan di sekelilingnya.
Masalah emosi yang umum bagi orang lanjut usia adalah hilangnya harga diri. Ia tak
ingin dikesampingkan atau menjadi orang tak berguna lagi, tetapi ia tidak tahu bagaimana
menghindarinya dan merasa kehilangan wibawa diantara teman-teman dan rekan-rekannya. Ia
mungkin akan menggunakan teknik pertahanan tertentu untuk menanggulangi situasi ini, yang
kelihatan nyata dan masuk akal. Mungkin ia akan mengkhayalkan bahwa ia sakit, kembali ke
masa lalu, menolak segala sesuatu yang baru, menjadi angkuh dan bersifat menguasai untuk
mengimbangi rasa rendah diri dan ketidakmampuannya.
Ketergantungan terhadap hal keuangan tidak boleh diremehkan, tetapi masalah yang jauh
lebih besar lagi harus dihadapi oleh orang lanjut usia yang selalu mengharapkan dukungan moril
dari orang lain. Ketidakhadiran atau kematian orang ini menuntut penyesuaian diri yang lebih
besar bagi orang lanjut usia itu, yang mungkin akan ditentangnya atau yang sulit dilakukannya.
Menghadapi krisis yang berhubungan dengan hari tua harus dapat diterima dan dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi itu. Sungguh berbahagia orang yang bisa mengatakan Tuhan
adalah Gembalaku, Tuhanlah Penjagaku, Tuhan adalah Penolongku (Maz. 23:!; 121:5; Ibr.
13:6).
Rohani
Masa ujian hidup dapat menjadi puncak perkembangan rohani yang menunjukkan watak
Kristen yang indah, atau menjadi kehilangan minat sama sekali terhadap hal-hal rohani. Mereka
dapat menjadi serupa sengan Kristus tahun demi tahun atau sebaliknya hatinya akan menjadi
keras terhadap Injil dan tuntutan Kristus.
Umumnya masa tua mempunyai banyak waktu untuk merenung dan bertanya. Bahkan
menyesali hidup masa lalu. Sebenarnya tidak perlu menyesalkan masa lalu, namun memandang
ke depan seperti Paulus menuliskan..aku melupakan apa yang di belakangku dan mengarahkan
diri kepada apa yang di hadapanku. Fil. 3:13b.
Setelah kita mengenal ciri-ciri dari orang-orang dewasa yang akan kita layani, maka akan lebih
mudah kita merancangkan apa-apa yang harus kita lakukan untuk melayani mereka.
iblis sedang berjalan sekeliling sambil mengaum-aum seperti singa dan mencari orang yang
dapat ditelannya (I Pet. 5:9). Oleh sebab itu kita harus sadar, berjaga-jaga dan waspada supaya
tidak diterkam oleh iblis kemudian masuk dalam perangkapnya.
Dari sejak semula iblis selalu ingin menghancurkan manusia dengan berbagai macam
cara. Iblis tidak rela bila umat Allah hidup rukun, bahagia dibawah anugerah Allah. Ia mencoba
meniru memberikan kebahagiaan dengan caranya yang tampaknya sesuai dengan Firman Allah
namun dikemudian hari menjadi malapetaka karena iblis akan menagih kembali imbalan atas
pertolongannya.
Kekuatan iblis hanya bisa dilawan dengan kuasa Tuhan seperti ditunjukkan oleh Tuhan
Yesus sendiri saat pencobaan di padang gurun (Mat. 4:1-11). Langkah-langkah yang harus
dilakukan adalah:
1. Datang kepada Tuhan dalam doa
Saya kira, datang kepada Tuhan bukanlah hal mudah dilakukan bagi orang yang dikekang oleh
iblis yang telah menguasai pikiran dan hatinya. Namun inilah satu-satunya jalan ketika
seseorang bermasalah. Ia harus datang kepada Tuhan dalam doa baik pribadi maupun kelompok.
Kerendahan hati dituntut oleh Allah jika ia mau dijamah oleh kuasaNya. Percaya, berserah dan
tunduk kepada Allah, maka Ia akan turun tangan menyelesaikan masalah kita.
2. Mengadakan penyelesaian dengan Tuhan
Orang yang dikekang iblis apalagi yang mengikat janji dengan iblis akan terus menjadi seteru
Allah, sebab Allah cemburu kepada orang yang menduakanNya (Kel. 34:14). Bila ikatan dengan
iblis tidak diselesaikan, maka selamanya hubungan dengan Tuhan akan terhambat, hal ini akan
berdampak pada keluarga, hubungan keluarga tidak ada kasih sebab iblis menjadi penguasanya.
3. Berdamai dengan siapa kita bermasalah
Langkah ini harus ditempuh, sebab bagaimana masalah keluarga bisa diselesaikan bila para
personilnya tetap membungkam dan enggan berdamai. Berdamai berarti mengampuni dan
melupakan kesalahan orang lain. Buang segala kesalahan, lupakan dan jangan diingat-ingat lagi.
Buka lembaran baru dengan kesepakatan baru. Maka berkat yang baru pula akan menjadi bagian
keluarga kita.
Diskusikan dan berikan contoh-contoh kasus!
Masalah-masalah disebabkan oleh keluarga
Telah dikatakan di atas bahwa penyebab persoalan keluarga disebabkan oleh keluarga itu
sendiri, dimana anggota keluarga itu tidak memahami fungsinya masing-masing, tak ada
komunikasi selayaknya sebuah keluarga. Masalah-masalah yang biasa timbul yang diakibatkan
oleh keluarga misalnya:
1. Pergeseran fungsi
Seperti telah disinggung diatas, fungsi ayah dan ibu digantikan oleh orang lain sehingga fungsi
ayah sebagai pengayom dan penyedia kebutuhan ekonomi tidak dapat berfungsi. Fungsi ibu
sebagai pembimbing dalam rumah tidak bisa terjadi dengan baik sebab digantikan orang lain
yang tidak memiliki rasa sebagai seorang ibu. Anak yang seharusnya tunduk dan hormat
kepada orangtua menjadi tak acuh dan melawan.
2. Hubungan suami-isteri yang kurang harmonis
Hubungan yang harmonis ini tidak datang dengan sendirinya, tetapi diupayakan terus menerus.
Kesatuan suami-isteri harus pula mengalami suatu proses modifikasi terus-menerus, kombinasi
dan variasi cara-cara supaya terwujud cara-cara baru untuk mempererat dan memperindah
kesatuan mereka.14[14] Ayah dan ibu sebagai teladan pertama untuk ditiru dan peletak dasar hati
nurani bagi anak. Maka, hubungan yang harmonis menjadi guru utama bagi anak-anak dalam
keluarga.
3. Komunikasi bisu
Istilah komunikasi bisu dimaksudkan untuk mengatakan bahwa di dalam rumah tangga tersebut
tidak ada komunikasi yang baik dan terbuka, melainkan masing-masing anggota keluarga suka
membisu dan tidak mau terbuka membicarakan masalahnya dengan orang tua. Komunikasi
penting agar bisa mengerti maksud yang sesungguhnya. Komunikasi yang lancar menghindari
kesalahpahaman.
Diskusikan dan tambahkan hal-hal yang bisa ditambahkan!
1.
2.
3.
4.
Di awal diskusi kita telah disinggung bahwa orang dewasa memiliki pertimbanganpertimbangan yang kuat sehingga kadang menjadi penghalang berkat rohani yang seharusnya ia
terima. Kondisi ini adalah hal yang lumrah sebagai mahkluk berpikir. Namun demikian hidup
manusia tidak bisa hanya mengandalkan pikirannya saja, namun aspek psikologis/afektif juga
dibutuhkan sebagai manusia yang seutuhnya (holistik).
Ada beberapa hal yang perlu diketahui sebagai tantangan untuk memenangkan orang
dewasa seperti diungkapkan Dresselhaus15[15],
Orang dewasa sangat memikirkan kesejahteraan. Oleh karena itu mereka enggan menerima
khotbah yang mengajak untuk meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus.
Pemikiran dan sikap orang dewasa lebih cenderung kepada hal mempertimbangkan dan
merenungkan sesuatu. Meskipun terharu ia tidak akan segera bertindak dengan dorongan hatinya
dan perasaan emosinya. Ia akan berkata Saya akan berpikir dahulu tentang hal itu. Kondisi ini
bisa dimanfaatkan gereja dengan memberi orang dewasa sesuatu yang patut menjadi bahan
pemikiran dan penelaahan, yaitu Firman Allah.
Orang dewasa juga menghargai dan memerlukan persekutuan. Gereja yang maju akan memberi
kesempatan kepada orang dewasa untuk bersekutu baik dalam suasana ramah tamah maupun
rohaniah. Karena banyak orang dewasa dimenangkan karena merasakan keramahan orang
dewasa lain.
Orang dewasa yang lanjut mungkin mencari pertolongan rohaniah, ketika kelemahan jasmaniah
menginsafkan mereka bahwa masa kekekalan (ajal) mereka makin mendekat.
Dalam segala bidang, gereja mempunyai kesempatan yang menggembirakan untuk
memenangkan orang dewasa bagi Kristus dan memimpin mereka kepada kedewasaan rohani.
Melayani orang dewasa tidak seperti melayani anak-anak, sebab mereka bukanlah orang
yang tidak mengerti apa-apa walaupun mereka buta huruf sekalipun namun mereka telah
memiliki modal pengalaman yang berharga. Oleh sebab itu mereka akan menerima dan belajar
hal-hal yang mereka butuhkan sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya.
Akibat atau hasil belajar orang dewasa adalah perubahan perilaku. Sebuah contoh,
seseorang di hadapan orang lain yang biasa duduk tersipu di ujung kursi, dapat dibantu untuk
belajar duduk dengan penuh keyakinan sepenuh kursi. Perubahan perilaku duduk itu terjadi
setelah proses belajar merubah sikap tak percaya diri dengan menambah pengetahuan atau
ketrampilan. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan
atau ketrampilan serta adanya perubahan sikap, maka jelas kiranya bahwa mendidik orang
dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan. Betapapun pengetahuannya
bertambah, apabila sikapnya masih tak percaya diri dan tertutup untuk pembaharuan, maka tidak
akan terjadi perubahan perilaku. Bukankah sering pula kita temukan dalam gereja, orang-orang
yang sudah mengontrak kursi tertentu di gereja. Setiap minggu kita selalu melihat ibu A duduk
di sebelah kanan baris kedua. Atau bapak B di kursi paling belakang dekat pintu keluar, supaya
cepat segera keluar begitu doa berkat selesai dipanjatkan.
Perubahan perilaku manusia dapat digambarkan sbb.:
Oleh karena perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuanm ketrampilan yang
dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh material yang tersedia, maka proses belajar manusia
dewasa ke arah perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru,
memberinya pengetahuan baru, melatih ketrampilan baru dan dalam hal tertentu penyediaan
material baru.
Dari gambaran diatas menjadi nyata bahwa orang dewasa sudah mempunyai sikap
tertentu, pengetahuan tertentu dan ketrampilan tertentu pula. Bahkan sikap itu sudah sangat lama
menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Juga pengetahuan yang
selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan
pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya, orang dewasa bukan
seperti gelas kosong yang dengan mudah dapat diisikan sesuatu. Oleh karena itu dikatakan
bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah tingkah lakunya.
Orang dewasa belajar kalau ia sendiri ingin belajar, terdorong oleh rasa tidak puas lagi dengan
perilakunya yang sekarang, maka menginginkan perilaku lain di masa mendatang, lalu
mengambil langkah-langkah untuk mencapai perilaku baru tersebut.
Dengan kata lain, melayani orang dewasa hanya menjadi efektif dalam arti menghasilkan
perubahan perilaku, apabila isi dan cara melayaninya sesuai dengan kebutuhan yang
dirasakannya. Akan tetapi, walaupun kebutuhan untuk menambah pengetahuan dan merubah
sikap agar tercapai suatu perubahan perilaku sesungguhnya sangat dibutuhkan, namun seringkali
manusia tidak selalu merasakan kebutuhan itu. Diperlukan suatu upaya awal untuk
menumbuhkan rasa membutuhkan itu. Namun ada tingkat-tingkat kebutuhan pada orang dewasa
yang perlu diperhatikan.
Menurut Abraham Maslow tingkat kebutuhan manusia seperti piramida berikut ini:
Bertolak dari piramida di atas dapat kita pahami bahwa kebutuhan manusia paling dasar
harus terpenuhi dahulu, sebelum ia mampu merasakan kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya.
Apabila kebutuhan paling dasar yakni sandang, pangan dan papan belum terpenuhi, maka sukar
orang diajak merasakan kebutuhan akan harga diri.
Disamping itu ada kebutuhan pokok manusia menurut W.Mc Dougall dalam buku ilmu
jiwa kemasyarakatan hal 45,46 membagi naluri /intuisi manusia dalam 14 macam16[16]:
1. Naluri melarikan diri, misalnya melindungi diri, menghindarkan diri dari bahaya, sehingga
timbul emosi, ketakutan atau gentar.
2. Naluri bergumul, misalnya penuntunan, menuju kenangan timbul frustasi, kemarahan, perasaan
tidak puas.
3. Naluri penolakan, misalnya kebencian, timbul rasa jemu, muak, enggan.
4. Naluri mengasihi orang tua, misalnya melindungi mereka, timbul rasa kasih dan simpati.
5. Naluri memohon, misalnya kesepian, timbul perasaan murung, mengasihi diri sendiri.
6. Naluri perjodohan, misalnya ingin punya teman, anak, hubungan sex, maka ada hawa nafsu,
cinta kasih.
7. Naluri ingin tahu, misalnya ingin bertanya, menyelidiki, menciptakan, maka ada rasa takjub,
terheran-heran.
8. Naluri merendahkan diri, misalnya, taat, maka timbul rasa rendah hati, berbakti, bersandar.
9. Naluri harga diri, misalnya menyatakan diri kepada orang lain, maka timbul kecongkakan,
membenarkan diri.
10. Naluri bergaul, maka ada rasa kesepian bila mengasingkan diri dari umum, homesick.
11. Naluri mencari makan, misalnya menangkap ikan, berburu, maka ada nafsu makan,
kesenangan/hobby.
12. Naluri untuk mendapatkan, misalnya tamak, maka ada hak dan harta, melindungi harta, dll.
13. Naluri membangun, maka ada penemuan, perlengkapan, dan produksi.
14. Naluri tertawa, maka ada rekreasi jenaka, menikmati dan membiarkan diri.
Ada berbagai reaksi tingkah laku orang dewasa yang mengikuti pertemuan, sbb:
Siapa diantara kita pernah mengamati tingkah laku yang digambarkan berikut ini? Atau lebih
dekat lagi siapa merasa pernah bertingkah laku begitu?
Ini sih begitu-begitu juga, tak ada yang baru
1
1
16
EMARIUS LAIA
Harapan yang terkandung adalah mendapatkan hal baru. Setiba di pertemuan, itu-itu juga yang
terdengar, maka kebosanan mulai menyelinap.
Itu kan teorinya. Prakteknya dalam pengalaman bagaimana?
2
Tingkah laku begini timbul kalau orang mendengar bagaimana seharusnya, dan mengalami yang
menjadi kenyataan lain sama sekali. Atau ia mendengar teori yang muluk, sehingga meragukan
kemungkinan penerapannya dalam praktek.
Katakan bagaimana mestinya, Anda kan ahli
3
Diharapkan akan didapat resep-resep dan petunjuk lengkap untuk memecahkan masalah.
Padahal orang dewasa mesti mencari pemecahannya sendiri.
Semua ini cocok untuk keadaanku
4
Didalam pertemuan seringkali pembahasan dan diskusi bersifat umum. Dibutuhkan ketrampilan
untuk menghubungkan yang umum dengan kondisi nyata yang dihadapi.
Hebat sekali! Bermanfaat sekali untukku
5
Kadang-kadang orang terlalu antusias, apalagi kalau penyajiannya menarik. Tetapi antusiasme
yang berlebihan suka cepat menyurut.
Memang sukar menerima perubahan. Diperlukan keberanian dan keterbukaan. Dalam situasi
belajar apalagi kalau pembimbing memakai cara menggurui sering nampak tingkah laku
tegar begini.
Aneka rekasi biasanya muncul seperti digambarkan diatas, hal ini wajar-wajar saja tidak perlu
diangap sebagai halangan yang besar unuk melayani mereka sebab kita harus kembali kepada
apa tujuan kita?
Berikut ini beberapa hal yang saya kira dapat dipergunakan sebagai strategi dalam melayani
orang dewasa.
Strateginya
1. Doa
Mendokan mereka yang akan dilayani adalah strategi pertama dalam pelayanan. Doa akan
memberikan manfaat besar untuk keberhasilan pekerjaan anda hari ini. Tanpa doa, jangan
berharap ada pertobatan dan pekerjaan anda berhasil. Kalau perlu doa puasa untuk melayani satu
jiwa sakalipun.
2. Lihat kebutuhannya
Bila diukur dari piramida Maslow di atas, tampaknya kebutuhan utama orang dewasa bukan pada
kebutuhan fisik walaupun makan, sandang dan papan- bukanlah tidak diperlukan, namun
kebutuhan orang dewasa lebih meningkat pada kadar kebutuhannya. Orang dewasa perlu
menyatakan diri untuk memberi pemenuhan kebutuhan fisik kepada keluarganya. Seorang suami
ingin memberikan rasa aman untuk anak dan istrinya, dan seorang istri mau memberi
kenyamanan bagi anak-nanaknya.
Saya kira, kebutuhan hal pengakuan dibutuhkan lebih banyak oleh orang dewasa. Demikian juga
kebutuhan harga diri, orang dewasa membutuhkan penghargaan atas pekerjaannya. Penghargaan
tersebut bukan dalam bentuk barang, namun saya kira, sekedar ucapan terimakasih dapat
diterima sebagai penghargaan yang indah. Orang dewasa membutuhkan kesempatan untuk
perwujudan dirinya. Ia tidak bisa tidak dianggap. Dengan segala pengalamannya, ia mau
bermanfaat dan dengan demikian dapat mewujudkan dirinya dalam kelompoknya, di gereja,
masyarakat, dsb.
3. Jangan menggurui
Orang dewasa telah memiliki banyak pengalaman hidup, tentu saja secara psikologis ia memiliki
sikap tertentu maka melayani mereka bukan dengan cara menggurui, apa lagi menganggap
mereka tidak mengerti apa-apa. Mereka perlu dimotivasi untuk melibatkan diri dalam berbagai
hal yang dibutuhkan.
4. Jadikan ia seorang yang berarti
Jangan pernah menganggap mereka orang yang tak berarti karena sudah ada generasi muda yang
menggantikan mereka. Mereka masih sangat dibutuhkan dalam gereja. Besarkan hatinya agar
merasa menjadi orang yang berarti.
5. Tunjukkan peta kebutuhan pelayanan
Sampaikan peta kebutuhan akan tenaga pelayan agar pekerjaan Tuhan makin maju dan gereja
bertumbuh demi kemuliaan Tuhan. Kendatipun mereka sudah menjadi jemaat puluhan tahun,
namun kadang ada pula orang yang acuh tak acuh terhadap kebutuhan pelayanan. Dengan
berkata biarlah orang lain yang melalukan, saya mau mendengar dan melihat hasilnya saja
sebab saya repot sekali.
6. Yakinkan bahwa ia adalah bagian penting bagi pekerjaan Tuhan
Banyak orang dewasa dalam gereja hanya menjadi jemaat yang datang ke gereja karena mau
mendengar khotbah, menyanyi dan karena baru dikunjungi pendetanya kemarin sore. Mereka
tidak menunjukkan pertumbuhan iman. Meskipun mereka tahu tentang kebutuhan pelayanan,
namun jika tidak diajak dan dilibatkan dalam pelayanan maka mereka enggan melibatkan diri,
mungkin takut salah atau acuh tak acuh, masa bodoh terhadap pelayanan gereja.
Diskusikan dan tambahkan strategi Anda dalam pelayanan orang dewasa!
1.
2.
3.
4.
5.
Topik ini saya sertakan dalam pembahasan ini untuk memberikan sekilas gambaran tentang
situasi orang dewasa yang berbeda dengan anak-anak dan remaja.
Sebisa mungkin dalam suasana belajar/pertemuan tercipta suasana-suasana sebagai berikut:
Kumpulan manusia aktif
Orang dewasa akan belajar lebih banyak apabila mereka ikut mengambil bagian secara aktif
dalam menemukan jawaban dan pemecahan masalah, dalam mengembangkan gagasan-gagasan
serta mempertimbangkan terori-teori. Mereka bukan manusia pasif yang hanya mampu
menerima gagasan seseorang, nilai-nilai dan jawaban orang lain. Pada dasarnya mereka adalah
mahkluk yang aktif dan kreatif yang memerlukan kesempatan untuk mendiskusikan masalahmasalah yang dihadapinya.
Proses belajar pada porang dewasa terjdi lebih cepat dan melekat pada ingatannya apabila
pembimbing kurang mendominasi dan kurang bicara. Pembimbing hendaknya banyak
mendengarkan dan bertindak sebagai sumber bersama anggota kelompok lainnya.
Suasana hormat menghormati
Orang dewasa belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati. Ia lebih senang kalau
boleh ikut turut berpikir dan mengemukakan pikirannya daripada pembimbing menjejalkan teori
dan gagasannya sendiri kepada mereka.
Suasana harga menghargai
Karena belajar bagi orang dewasa bersifat subyektif dan unik, maka lepas dari benar atau
salahnya, segala pendapat, perasaan pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu dihargai.
Meremehkean dan menyampingkan harga diri mereka hanya akan mematikan gairah belajar
mereka.
Suasana percaya
Mereka perlu percaya kepada pembimbingnya dan perlu juga merasa mendapat kepercayaan dari
pembimbingnya, akhirnya mereka harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri. Percaya
bahwa dirinya mampu melakukan pelayanan yang ditugaskan kepadanya.
Suasana penemuan diri
Daripada didiktekan apa yang menjadi kebutuhannya dan bagaimana ia harus bertindak serta
apa-apa yang tidak boleh dilakukan, mereka belajar lebih banyak apabila kepadanya diberikan
yang berangkat memberitakan Injil, mereka mau memberitakan Injil dengan kehidupan
berjemaat yang selama ini belum pernah dilihat di kalangan masyarakat mereka.
Berkaca dari pola kehidupan jemaat mula-mula, yang harus dilakukan jemaat agar
pemberitaan Injil bisa sampai kepada orang di luar Kristus adalah memberi kesaksian melalui
hidupnya. Rasul Paulus mengatakan bahwa kita adalah surat yang dikenal dan dibaca oleh semua
orang (2 Kor. 2-3). Kesaksian hidup lebih dimaksudkan pada tindakan yang nyata bukan
sekedar berbicara. Berbicara tentang Injil melalui tindakan bukan ucapan. Ucapan yang
memberkati sangat diperlukan, namun harus disertai dengan tindakan nyata.
Kaum awam dalam gereja khususnya orang dewasa di banyak gereja adalah orang-orang
yang potensial, mereka memiliki pemikiran-pemikiran yang kadang tidak terpikirkan oleh
gembala sidang dan orang-orang muda dalam hal pengembangan pelayanan. Oleh sebab itu ada
kelompok-kelompok awam yang cinta Tuhan, mereka berkorban banyak untuk pekerjaan Tuhan
dan melakukan pelayanan yang mungkin tidak bisa dilakukan oleh gembala sidang, misalnya
pelayanan di kolong jembatan, di TPA (tempat pembuangan akhir) atau di tempat-tempat lain.
Tentu saja gembala sidang bisa melakukan pelayanan seperti ini, namun lebih efektif bila
dilakukan oleh kelompok awam dalam gereja.
Namun demikian, ada aturan yang harus dingat bahwa kelompok awam adalah orangorang yang dipakai untuk kepanjangan tangan Allah bagi pertumbuhan gerejaNya, mereka tidak
boleh sombong dan memandang remeh gembala sidangnya dan menganggapnya tidak dapat
berbuat apa-apa. Jika kesombongan/kecongkakan dibiarkan dapat dipastikan kehancuran sedang
menantinya (Ams. 16:18).
Ketertundukan pada otoritas Ilahi hendaknya menjadi modal utama bagi kaum awam
yang cinta Tuhan dan melakukan kehendakNya bagi gereja Tuhan. Tuhan benci kepada kepala
yang tengadah ke atas sebagai ekspresi kesombongan (Ams. 8:13). Tuhan mau memakai orang
yang rendah hati, tunduk taat dan yang tidak memikirkan dirinya sendiri seperti seorang prajurit
yang sedang berjuang (2 Tim. 2:4).
Kaum awam adalah aset gereja yang tidak dapat dinilai dengan uang. Mereka
merupakan sumber inspirasi pelayanan. Seorang pendeta akan bersemangat menyala-nyala
melayani Tuhan ketika melihat semangat kaum awam - yang tidak dipanggil secara khusus
namun mereka demikian bergairah melayani Tuhan karena cintanya pada Tuhan.
Diposkan 15th January 2013 oleh Emarius Laia
0
Tambahkan komentar
TEOLOGI
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
Emarius Laia
Mencintai Hidup
Emarius Laia
Tambahkan komentar
Memuat
Emarius Laia. Template Tampilan Dinamis. Diberdayakan oleh Blogger.