Anda di halaman 1dari 9

INDUSTRI DAN

PEREJONOMIAN GLOBAL
Nama Kelompok :

1. Atik Wijayanti (16.60201.1.018)


2. Hosanna Siregar (16.60201.1.055)
3. Ledyana Syafidah (16.60201.1.069)
PERTUMBUHAN PERDAGANGAN DUNIA DAN INDUSTRI

Setelah terjadinya krisis ekonomi dunia, yang ditandai


dengan embargo minyak oleh negara-negara OPEC tahun
1973, pertumbuhan perdagangan internasional menurun secara
drastis sebab pada masa itu muncul apa yang disebut “proteksi
jenis baru” dari negara-negara industri maju. Beberapa bentuk
proteksi jenis baru ini adalah sebagai berikut :
1. Valuntary Export Restraints
2. Orderly Marketing Agreement
3. Penggunanaa Escape Clause dalam ketentuan GATT
PERGESERAN GEOGRAFIS PRODUKSI INDUSTRI

Negara-Negara Industri Maju


Hingga tahun 1930-an, baru negara-negara Eropa Barat, Amerika dan Jepang saja yang merupakan
negara industri. Baru setelah itu Negara-Negara Eropa Timur (USSR), India dan Amerika Latin muncul
sebagai Negara Industri baru. Saat itulah Teori Pembangunan Kerja Internasional berlaku. Teori ini
menyatakan bahwa ada pembagian kerja didunia internasional., yaitu negara industri memproduksi barang-
barang industri, sedang negara pinggiran atau negara yang sedang berkembang menjadi pensuplai barang
mentah sekaligus pasar bagi industri-industri negara maju tersebut. Setelah Perang Dunia II berakhir,
Amerika Serikat muncul sebagai negara raksasa baru yang selalu memimpin dalam perdagangan produk
industri internasional, yang selalu diikuti bergantian oleh negara Eropa Barat dan jepang.
Negara Sedang Berkembang
Industralisasi dianggap sebagai resep untuk meningkatkan aktivitas ekonomi., produktivitas dan
peningkatan standar hidup keinginan lepas dari ketergantungan terhadap negara maju membuat negara-
negara Amerika Latin melakukan industrialisasi.
 Namun optimisme tersebut berbukti berlebihan. Sebab faktor kemajuan teknologi dari negara-negara
industri maju kemudian menjadi penghambat. Produk industri dari negara sedang berkembang tersebut
tidak dapat bersaing dengan produk industri negara maju dipasar internasional. Akibatnya, ekspor produk
industri yang diharapkan memegang peranan penting dalam perekonomian tidak berjalan seperti yang
diharapkan.
Hambatan tersebut mengarahkan industri yang ada di Negara sedang berkembang menjadi sekedar
pengganti produk impor dari negara lain. Yang kemudian dikenal sebagai strategi industri substitusi impor.
KENDALA DALAM MENGHADAPI PELAKSANAAN STRATEGI INDUSTRI

1. Populasi yan kecil dari kebanyakn negara sedang berkembang.


2. Kemampuan membiayai penduduknya yang lemah karena tingakt
pendapatan yang rendah.
3. Industri padat karya yang ada di Negara sedang berkembang tidak lagi
memadai untuk mencapai tingkat perumbuhan industri yang tinggi, sehingga
harus diarahkan pada industri yang padat modal.
4. Kurangnya sumber daya tenaga kerja yang terlatih.
5. Kurangnya infrastruktur dinegara sedang berkembang, sepeti jalan,
pembangkit listrik dan yang lainnya.
  Akibat dari berbagai kendala tersebut, banyak negara sedang berkembang
terjerat dalam perangkap ekonomi biaya tinggi, inefisiensi, tingkat
pengangguran tinggi, dan distribusi pendapatan yang tidak merata.
GLOBALISASI PRODUKSI
Perkembangan perusahaan tradisional dan investasi asing
TNC yang beroperasi yang beroperasi di negara yang sedang berkembang mulai beralih ke
industri manufaktur. Pola operasi yang berkembang adalah TNC memprodukasi barang hasil
manufaktur di negara sedang berkembang baru kemudian mengekspornya kembali kenegara-
negara maju. Pola operasi yang demikian di pacu oleh adanya praktek zona pemrosesan
ekspor (Ekspor Processing Zone), atau di kenal sebagai Bonded Zone atau kawasan berikat.
Yang berakhir ini merupakan suatu daerah tertentu di mana barang-barang dari negara lain
yang masuk ke daerah tersebut tidak di kenai biaya masuk ke daeah tersebut tidak dikenai
biaya masuk, bahkan mungkin diberikan insentif, tetapi tujuan akhir dari produk yang
dihasilkan haruslah untuk ekspor.
PERAN PENTING TNC TERUTAMA :
(1) TNC dapat mengendalikan aktivitas ekonomi di lebih satu negara;
(2) kemampuan TNC untuk memanfaatkan perbedaan geografis antara negara dan daerah
khususnya dalam segi faktor endowment (termasuk kebijakan pemerintah);
(3) kemampuan TNC unutk memindahkan sumber daya dan operasi lintas lokasi dalam
segala global.
PERUBAHAN PRODUKSI TEKNOLOGI DAN PROSES KERJA

Sejak pasca Perang Dunia II, dunia industri internasional telah mnegalami perubahan
mendasar pada teknologi masal menjadi pendekatan produksi fleksibel. Produksi masal
dalam litaratur ekonomi pembangunan disebut fordism, yang ditambahi dengan adanya lini
produksi perakitan yang mengadung tingkat pembagian kerja demikian tinggi yang
mempermudah tugas para pekerja menjadi operasi rutin yang tidak banyak memerlukan
keahlian atau pelatihan (Jenkins, 1992 : h. 26). Dengan cara semacam ini ketepatan dan
kecepatan pekerjaan dikendalikan oleh mesin, dan bukan oeh seorang pekerja.
SPESIALISASI FLEKSIBEL (POST-FORDIAM)
Pendekatan yang kedua adalah pendekatan industri yang oleh kebanyakan industriawan sebelum
Perang Dunia II. Pendekatan ini kemudian dirasakan kurang fleksibel dalam menghadapi perkembangan
dunia perdagangan internasional yang semakin cepat. Selain itu pendekatan ini mensyaratkan
perusahaan harus memiliki sistem persediaan yang berdasar “just in case”. Perusahaan harus memiliki
persediaan input yang besar, sehingga harus memiliki persediaan input yang besar untuk menjaga
apabila ada permintaan yang besar, sehingga memerlukan modal dan biaya yang tidak sedikit.
SPESIALISASI FLEKSIBEL (POST-FORDISM)

• Pendekatan yang kedua adalah pendekatan Spesialisasi Fleksibel atau Pasca fordism.
Ciri-ciri dari pendekatan ini adalah ukuran perusahaan yang meliputi kecil ke besar,
mesin-mesin yang berteknologi umum, tenaga kerja yang berwawasan luas, pembuatan
konsep terintegrasi dengan pelaksanaannya, ketrampilan luas dan rugas yang bervariasi,
hirarki daftar dan informal, output yang besar bervariasi dan sesuai pemesanan.
Lembaga kerja yang terdesentralisasi-lokal yang mengaarah pada kopetisi kerjasama.
 
• Pendekatan difokuskan pada sistem “Jaoanese Kambon” atau sistem “Just in time”,
dimana persediaan dibuat seminimal mungkin dengan cara mengatur pamasok untuk
mengirim produk secara harian atau waktu yang diciptakan. Dengan sistem ini
memberikan fleksibilitas dari investasi industri yang terlalu besar dan pemborosan modal.
Pendekatan inilah yang terlalu besar dan pemborosan modal. Pendekatan inilah yang
kemudian memberkan kesempatan bagi pengembangan industri dinegara sdang
berkembang.

Anda mungkin juga menyukai