Anda di halaman 1dari 22

Infeksi Saluran

Kemih
Kelompok 1
1. Sri indriyani
2. Sindy claudia
3. Widya sapitri

4. Abu yasidul bustani


 epidemiologi klinik melaporkan 25-35%
perempuan dewasa pernah mengalami
infeksi saluran kemih (ISK), umumnya
empat sampai lima kali lebih mudah
terinfeksi ISK dibandingkan pria karena
uretra wanita lebih pendek dibandingkan
pria (Sotelo & Westney, 2003).
 Bakteri penyebab utama infeksi saluran
kemih adalah bakteri Escherichia coli yaitu
sebesar 30,56%, bakteri Pseudomonas
aeruginosa sebesar 23,33%, dan proteus
mirabilis sebanyak 29% (Kolawale et al.,
2009).
Devinisi
 Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah
umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada
saluran kemih.
 Infeksi saluran kemih dapat mengenai
baik laki-laki maupun perempuan dari
semua umur baik pada anak-anak remaja,
dewasa maupun pada umur lanjut. Akan
tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering dari pria dengan angka
populasi umum, kurang lebih 5 – 15 %.
Etiologi
 Mikroorganisme yang paling umum
menyebabkan infeksi saluran kemih
adalah E. coli
 Isk terjadi tergantung banyak factor
seperti : usia, Jenis kelamin, prevalensi
bakteri dan factor predisposisi yang
menyebabkan perubahan struktur saluran
kemih termasuk ginjal, inflamasi atau
pembesaran prostat, kelainan pada uretra,
immobilitas, kurang masukan cairan,
Manifestasi Klinis
 Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil
lagi, meski sudah dicoba untuk berkemih namun
tidak ada air kemih yang keluar.
 Sering kencing dan kesakita saat kencing, air
kencingnya bisa bewarna putih, coklat atau
kemerahan dan bauhnya sangat menyengat.
 Warna air seni kental/pekat seperti air teh,
kadang kemerahan bila ada darah.
 Nyeri pada pinggang.
 Demam atau menggil, yang dapat menandakan
infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri
disisi bawah belakang rusuk,mual atau muntah).
 Peradangan kronis pada kandung kemih yang
berlanjut dan tidak sembuh-sembuh dapat
menjadi pemicu terjadinya kandung kemih.
 Pada neunatus usia 2 bulan, gejalanya dapat
menyerupai infeksi atau sepsis berupa demam,
apatis, berat badan tidak naik, muntah,
menceret, anoreksia, problem minum dan
sianosis (kebiruan).
 Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan
sukar naik atau anoreksia.
 Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti
sakit waktu kencing, prekuensi anyangan
(polakisuria) dan bauh encingnya yang
menyengat.
Klasifikasi
1. Klasifikasi menurut letaknya:
 ISK bawah
– Perempuan ( sistisis presentasi klinis
infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna).
– Sindrom uretra akut (SUA) presentasi
klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (sterill), sering
dinamakan sistitis bakterialis.
– Laki-laki sistitis prostatitis,epidimidis,
urethritis.
2. ISK atas
– Piolonefritis akut (PNA) proses infeksi
parenkim ginjal yang disebabkan infeksi
bakteri.
– Piolenefritis kronis (PNK) kemungkinan
akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil.
Patofisiologi

 Secara asending yaitu: masuknya


mikroorganisme dalm kandung kemih,
antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan
urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius pemeriksaan sistoskopik,
pemakaian kateter, adanya dekubitus
yang terinfeksi.
 Naiknya bakteri dari kandung kemih ke
ginjal Secara hematogen yaitu: sering
terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah
penyebaran infeksi secara hematogen Ada
beberapa hal yang mempengaruhi struktur
dan fungsi ginjal sehingga mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu: adanya
bendungan total urine yang
mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan
parut, dan lain-lain.
Pemeriksaan penunjang

1. Analisa urine rutin, mikroskop urine segar


tanpa putar, kultur urine, serta jumlah
kuman/ml urine.
2. Infestigasi lanjutan harus berdasarkan
indikasi klinis (lihat tabel):
– utltrasonogram (USG)
– radiografi: foto polos perut, pilografi IV,
Micturating Cystogram
– isotop scanning
PENATALAKSAAN

1. Non farmakologi
 Istrahat
 Diet; perbanyak vitamin A dan C
mempertahankan epitel saluran
kemih.
2. Farmokologi
 Antibiotic sesuai kultur, bila hasil kultur
belum ada dapat diberikan antibiotic
antara lain, cipotaxime, kotrimoxsazol,
trimetoprin, fluoroquinolon, amoksisiklin,
doksisiklin, aminoglikosid.
 Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat
diberikan imipenenm atau kombinasi
penisilin dengan amino glukosida.
 Untuk ibu hamil dapat diberikan
amoksisilin, nitrolfuration atau
sefalosporin.
KOMPLIKASI

1. Pyelonefritis, 2. Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu


Infeksi yang naik
yang lama dan bila
dari ureter ke
infeksi sering
ginjal, tubulus
berulang atau tidak
reflux
diobati dengan
urethrovesikal
tuntas sehingga
dan jaringan
menyebabkan
intestinal yang
kerusakan ginjal
terjadi pada satu
baik secara akut dan
atau kedua
kronik.
ginjal.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK
menggunakan pendekatan bersifat
menyeluruh yaitu :
1. Data biologis meliputi :
 Identitas klien

 Identitas penanggung

2. Riwayat kesehatan :
 Riwayat infeksi saluran kemih

 Riwayat pernah menderita batu ginjal

 Riwayat penyakit DM, jantung.


3. Pengkajian fisik :
 Palpasi kandung kemih
 Inspeksi daerah meatus :
 Pengkajian warna, jumlah, bau dan
kejernihan urine
 Pengkajian pada costovertebralis

4. Riwayat psikososial
5. Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
 Pemahaman tentang penyebab/perjalanan
penyakit
 Pemahaman tentang pencegahan, perawatan
dan terapi medis
B. Diagnosa Keperawatan
– Infeksi yang berhubungan dengan
adanya bakteri pada saluran kemih.
– Perubahan pola eliminasi urine (disuria,
dorongan, frekuensi, dan atau nokturia)
yang berhubungan dengan ISK.
– Nyeri yang berhubungan dengan ISK.
– Kurang pengetahuan yang berhubungan
dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan,
dan instruksi perawatan di rumah.
C. Intervensi

Infeksi yang berhubungan dengan


adanya bakteri pada saluran kemih
 Tujuan: Setelah di lakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda
infeksi.
 Kriteria Hasil :
– Tanda vital dalam batas normal
– Nilai kultur urine negative
– Urine berwarna bening dan tidak bau
 Intervensi :
– Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor
jika suhu diatas 38,50 C Rasional : Tanda vital
menandakan adanya perubahan di dalam
tubuh
– Catat karakteristik urine Rasional : Untuk
mengetahui/mengidentifikasi indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
– Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter jika
tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk
mencegah stasis urine
– Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan
sensivitas untuk menentukan respon terapi
Rasional Mengetahui seberapa jauh
efek pengobatan terhadap keadaan
penderita.
– Anjurkan pasien untuk mengosongkan
kandung kemih secara komplit setiap
kali kemih. Rasional : Untuk mencegah
adanya distensi kandung kemih
– Berikan perawatan perineal,
pertahankan agar tetap bersih dan
kering. Rasional : Untuk menjaga
kebersihan dan menghindari bakteri
yang membuat infeksi uretra
D. Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan


intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Agar implementasi/ pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas
perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan
pelaksanaan perawatan.
E. Evaluasi
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien
dengan ISK adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah
terdapat :
1. Nyeri yang menetap atau bertambah
2. Perubahan warna urine
3. Pola berkemih berubah, berkemih
sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah berkemih.

Anda mungkin juga menyukai