Anda di halaman 1dari 24

DM PADA USIA

LANJUT
PRATAMA SATRIO
1865050036
PEMBIMBING :
D R . H I L D E BR A N D HA N O C H WAT U P O NG O H , S P. P D

K E PA N I T E R A A N K L I N I K I L M U P E N YA K I T D A L A M
PERIODE 24 FEBRUARI – 2 MEI 2020
FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S K R I S T E N I N D O N E S I A
Definisi

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang


timbul pada sorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relative.
Epidemiologi

Umumnya 90% pasien diabetes dewasa Penelitian epidemiologi lain


termasuk diabetes tipe 2 dimana dari menyebutkan di antara individu yang
jumlah tersebut sekitar 50% adalah berusia lebih dari 65 tahun, 8,6 %
pasien berusia diatas 60 tahun. menderita diabetes tipe 2.
Klasifikasi
Diabetes Mellitus
tipe I (Insulin
dependent)

Diabetes Melitus Diabetes Mellitus


mencakup 3 sub tipe II (non-insulin
kelompok diagnostik dependent)

Klasifikasi Diabetes Toleransi Glukosa Diabetes Mellitus


Melitus yang terganggu lain (sekunder)

Diabetes Mellitus
Gestasional
1. Diabetes Melitus mencakup 3 sub
kelompok diagnostik
Diabetes Mellitus tipe I (Insulin Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin
Diabetes Mellitus lain (sekunder)
dependent) dependent)
• Sering terdapat pada anak-anak • Biasanya timbul pada umur > 40 • Pada DM jenis ini hiperglikemia
dan dewasa muda, namun tahun. berkaitan dengan penyebab lain
demikian dapat juga ditemukan • Kebanyakan pasien DM jenis ini yang jelas, meliputi penyakit-
pada setiap umur bertubuh gemuk, dan resistensi penyakit pankreas,
• Destruksi sel-sel pembuat insulin terhadap kerja insulin dapat pankreatektomi, sindroma cushing,
melalui mekanisme imunologik --> ditemukan pada banyak kasus. acromegaly dan sejumlah kelainan
hilangnya hampir seluruh insulin • Produksi insulin biasanya memadai genetik yang tak lazim.
endogen. untuk mencegah KAD, namun KAD
• Pemberian insulin eksogen dapat timbul bila ada stress berat.
terutama tidak hanya untuk ↓ • Insulin eksogen dapat digunakan
kadar glukosa plasma, juga untuk untuk mengobati hiperglikemia
menghindari ketoasidosis diabetika yang membandel pada para pasien
(KAD) & mempertahankan jenis ini.
kehidupan.
2. Toleransi Glukosa yang terganggu
• Merupakan klasifikasi yang cocok untuk para penderita yang mempunyai kadar
glukosa plasma yang abnormal namun tidak memenuhi kriteria diagnostik.

3. Diabetes Mellitus Gestasional


• istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita hiperglikemia selama kehamilan.
• Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes.
• Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak
ditangani dengan benar.
• Pada pasien-pasien ini toleransi glukosa dapat kembali normal setelah persalinan
Manifestasi klinis
Proses menua yang terjadi pada usia lanjut dapat mempengaruhi
penampilan klinis DM pada lansia. Gejala klasik DM berupa
poliuri, polidipsi dan polifagi tidak selalu tampak pada lansia
dengan DM karena seiring dengan bertambahnya usia akan
terjadi kenaikan ambang batas ginjal untuk glukosa sehingga
glukosa baru dikeluarkan melalui urin bila glukosa darah sudah
cukup tinggi.

DM pada lansia yang baru timbul saat tua umumnya bersifat


asimptomatis atau ditemui gejala tidak khas seperti kelemahan,
letargi, perubahan tingkah laku, menurunnya status kognitif
atau kemampuan fungsional berupa delirium, demensia,
depresi, agitasi, mudah jatuh dan inkontinensia urin. Hal ini
menyebabkan diagnosa DM pada lansia sering terlambat.
Manifestasi klinis pasien sebelum
diagnosis DM dapat berupa:

Kardiovaskuler: hipertensi arterial, infark


miokard

Kaki: neuropati, ulkus.

Mata: katarak, retinopati proliferatif,


kebutaan

Ginjal: infeksi ginjal dan saluran kemih,


proteinuria.
Diagnosis
Kriteria diagnosis DM pada lansia baik yang baru timbul setelah tua ataupun yang diderita sejak muda
dengan melihat kadar glukosa darah menurut American Diabetes Association yakni:

Gula darah sewaktu≥200


Gula darah 2 jam pp mg/dL pada pasien
Gula darah puasa ≥126
HbA1C ≥6,5 % atau ≥200 mg/dL pada tes dengan gejala klasik
mg/dL atau
toleransi glukosa oral hiperglikemia atau krisis
hiperglikemia
Tatalaksana
Hal pertama yang disarankan pada penderita diabetes usia lanjut  perubahan pola hidup & pengurangan
berat badan.
European Diabetes Working Party Guidelines menyarankan HbA1c < 7.0% pada orang tua dengan
komorbiditas minimal & < 8.0% pada orang tua yang lemah, meskipun standar ini dapat berubah-ubah
pada setiap orangnya, dan harus mempertimbangkan berbagai faktor lain seperti tingkat disabilitas, angka
harapan hidup, dan ketaatan dalam pengobatan.

Terapi Non
Farmakologi Terapi
farmakologi
Terapi Non Terapi gizi medis merupakan salah satu terapi non farmakologi yang
Farmakologis sangat direkomendasikan bagi penyandang diabetes.

Terapi gizi medis ini pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan


pola makan yang didasarkan pada status gizi diabetes dan
melakukan modifikasi diet berdasarkan kebutuhan individual.

Beberapa manfaat yang telah terbukti dari terapi gizi medis ini antara lain :
- ↓ berat badan
- ↓ tekanan darah sistolik dan diastolik,
- ↓ kadar glukosa darah, memperbaiki profil lipid
- ↑ sensitivitas resseptor insulin
- memperbaiki system koagulasi darah.
Tujuan dari terapi
gizi medis ini
adalah untuk
mencapai dan
mempertahankan

Kadar glukosa Berat badan


Tekanan darah <
darah mendekati Profil lipid senormal
130/80 mmHg
normal mungkin

Glukosa darah 2
Glukosa puasa
jam setelah Kolesterol LDL < Kolesterol HDL > Trigliserida < 150
berkisar 90-130 Kadar Hb1C < 7%
makan < 180 100 mg/dl 40 mg/dl 15 mg/dl
mg/dl
mg/dl
Terapi farmakologis

Agen
Insulin hipoglikemik
oral
Insulin
Keputusan penggunaan insulin harus didiskusikan bersama antara pasien dan
keluarga.

Bagi orang tua yang tergantung kepada orang lain untuk memberikan insulin,
pemberian dosis long acting akan lebih nyaman, meskipun cara ini tidak akan
memberikan kontrol yang baik.

Agen insulin terbaru yang long acting seperti Giargine dan Detemir dapat
memperbaiki control glikemi dengan frekuensi hipoglikemia yang lebih
jarang.
Agen hipoglikemik oral
Metformin
Sulfonilurea atau berbagai sediaan insulin secretagogues rapid-acting
Thiazolidinediones
Acarbose
Exenatide (analog glucagon-like peptide-1) dan Sitagliptin (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor).
Glinid
• National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) merekomendasikan
metformin sebagai lini pertama terapi kecuali mereka yang mempunyai kontraindikasi
Metformin seperti kerusakan ginjal, tanda-tanda kerusakan hati atau hipoksia.
• Hal ini disebabkan metformin memiliki keuntungan kardiovaskular dan risiko terjadi
hipoglikemia yang rendah.

• Sulfonilurea atau berbagai sediaan insulin secretagogues rapid-acting termasuk


repaglinide dan nateglinide, dapat digunakan sebagai lini pertama apabila
penggunaan metformin dikontraindikasikan atau dapat juga dengan
pengkombinasian dengan metformin saat target glikemik tidak tercapai.
Sulfonilurea • Hipoglikemia merupakan efek samping serius pada orang tua, dan edukasi kepada
pasien atau keluarga pasien merupakan hal yang penting. Agen-agen long-acting
seperti Glibenclamide sebaiknya dihindari akibat risiko hipoglikemia yang cukup
tinggi.

• Thiazolidinediones dapat diberikan sebagai terapi tambahan atau juga dapat


diberikan sebagai monoterapi. Ia kontraindikasi pada penyakit hati atau NYHA 3 dan
Thiazolidinediones NYHA 4, dan penggunaannya harus diawasi pada mereka yang kehilangan tulang atau
fraktur.
• Satu-satunya alpha-glucosidase yang dapat diterima adalah acarbose. Ia tidak
menyebabkan penambahan berat badan ataupun hipoglikemia saat digunakan
Acarbose monoterapi.
• Ia dapat digunakan saat agen-agen lain tidak bisa ditoleransi, tetapi penggunaannya
terbatas akibat efek sampingnya pada gastrointestinal

• Agen-agen terbaru seperti Exenatide (analog glucagon-like peptide-1) dan


Sitagliptin (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor).
Exenatide dan Sitagliptin • Exenatide dapat digunakan pada pasien obesitas.
• Apabila agen ini digunakan sebagai monoterapi tidak menyebabkan hipoglikemia.
• Akan tetapi, data keamanan mengenai obat-obat ini belum banyak.

• Repaglinide (Prandin) adalah obat oral glukosa baru yang dapat digunakan dalam
penggunaan monoterapi atau kombinasi dengan metformin untuk diabetes tipe 2.
• Serupa dengan sulfonilurea utama yaitu dapat sekresi insulin pankreas tapi sistem
Glinid kerjanya terpisah pada sel β pancreas dan memiliki sistem kerja lebih pendek, dan
lebih cepat bereaksi daripada golongan sulfonilurea.
• Tetapi obat ini bermanfaat bagi pasien lanjut 20 usia dengan pola makan yang tidak
teratur atau mereka yang rentan terhadap hipoglikemia .
Komplikasi
Peripheral Komorbiditas
Risiko Kehilangan
arterial disease dan kelemahan
Kardiovaskuler penglihatan
(PAD) fungsional

Gait dan
Perawatan kaki Kelemahan
Keseimbangan
RISIKO KARDIOVASKULER PERIPHERAL ARTERIAL DISEASE (PAD)

oFaktor-faktor risiko kardiovaskuler harus segera oRisiko PAD meningkat pada usia yang lebih tua
diatasi mengingat kebanyakan pasien dengan dan 3-6 kali lebih sering dijumpai pada yang
diabetes banyak yang meninggal akibat penyakit diabetes.
kardiovaskuler.
oAkibat kalsifikasi pada pembuluh darah pada
oFaktor-faktor risiko ini diatasi dengan ekstremitas bawah, tekanan disana cenderung
menggunakan statin, antihipertensi, dan meninggi.
antiplatelet.
oPenggunaan obat-obatan ini juga harus diawasi
oPAD  kaki sakit saat digunakan, ulserasi, dan
efek sampingnya : hipotensi postural, bradikardia gangrene, atau nyeri saat istirahat akibat
dan mialgia, pendarahan, serta risiko terjatuh iskemia, dengan potensi amputasi pada
dan fraktur pada orang tua yang lemah. ekstremitas bawah.
KOMORBIDITAS DAN KELEMAHAN
KEHILANGAN PENGLIHATAN
FUNGSIONAL
oMasalah-masalah pada orang tua termasuk oRisiko berkembangnya retinopati dapat
lemahnya penglihatan, kelemahan kognitif, diminimalisir oleh pengkontrolan kadar
dan masalah sendi, yang mana dapat glukosa darah yang baik dan penatalaksanaan
menghambat kemampuan pasien untuk dengan menggunakan ACE inhibitor
mengkontrol glukosa darah atau menginjeksi dianjurkan.
insulin.
oUntuk memonitor terjadinya ini, skrining
oInfeksi yang rekurens biasa terjadi pada orang retina harus dilakukan secara rutin.
tua dengan episode hiperglikemia sebagai
akibat polifarmasi, yang berbarengan dengan
kelemahan ginjal dan hati, yang menyebabkan
efek samping obat dapat meningkat.
GAIT DAN KESEIMBANGAN PERAWATAN KAKI

oNeuropati perifer, penyakit vascular perifer, oMasalah-masalah di kaki mungkin akan


penglihatan yang berkurang serta polifarmaasi menyebabkan rasa sakit, morbiditas, dan
pada pasien diabetes orang tua dapat kelainan fungsional.
berkontribusi pada peningkatan risiko terjatuh
dengan konsekuensi fisik dan psikologik. oSebagai tambahan untuk melihat adanya
risiko kaki diabetic, pasien harus di edukasi
oDalam hal ini dibutuhkan peranan dari untuk bisa memeriksa kakinya,
berbagai multidisiplin. memperhatikan kebersihan daerah kaki, dan
penggunaan sandal atau sepatu yang nyaman.
KELEMAHAN

oPasien diabetes dengan kelemahan fisik dan


kognitif harus diperhatikan karena pasien-
pasien ini rentan terhadap infeksi.

Anda mungkin juga menyukai