Anda di halaman 1dari 37

BLOK 19 MODUL 5

Gangguan Keseimbangan
Elektrolit dan Asam Basa
Kelompok 1
Tutor: dr. Marihot Pasaribu, Sp.OG-K.Onk, M.Kes
Aegirine Rafilah Dahlan
Achmad Rizky
Nur Salsabila
1810015001
1810015002
1810015009
Anggota
Kelompok
Lailah Nazilatul Izzah 1810015019
Gazela Gata Famala 1810015028
Nur Syamsu Alam 1810015038
Saphira Qayyum Bilahmar 1810015043
Muhammad Ananta Buana B 1810015048
Hannisa Nuur Ash Shamad 1810015058
Nurhakiki Muslimin 1810015075
Gejala: general Weakness, Syncope, Lemas, Kembung,
Edema tungkai,

Hasil pemeriksaan:
- Bradikardi
- Ekg gelombang u
- Qt Memendek
- Aritmia
- Mioglobinuria,hematuria,proteinuria
- Peningkatan Enzim CK
- Peningkatan Transaminase

Gangguan elektrolit
Ganggaun Metabolik

Ginjal
Gangguan Hati

Gangguan Elektrolit
- Kalium
- Natrium
- Kalsium
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiopatofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis dan tatalaksana hiponatremia
dan hypernatremia
Learning
2. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiopatofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis dan tatalaksana hipokalemia dan
hiperkalemia
Objectives
3. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiopatofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis dan tatalaksana hipokalsemia
dan hiperkalsemia
File Edit View

DEFINISI
LO 01

Hiponatremia adalah keadaan dimana


konsentrasi natrium serum < 135 mEq/L
LO 02

LO 03
File Edit View

Akut Kronik
LO 01
• <48 jam • >48 jam
• Gejala berat: penurunan • Gejala ringan: lemas,
kesadaran, kejang mengantuk

LO 02 • Disebabkan oleh edema sel otak • Ada proses adaptasi astrosit

! Hati-hati !
Jangan koreksi cairan
LO 03
terlalu cepat
File Edit View

LO 01

LO 02

LO 03
File Edit View

 Hipovolemi :
 Turgor kulit menurun
 Peningkatan CRT
 Membran mukosa kering
 Ortostatis
 Hipervolemi:
 Distensi vena jugular
 Edem perifer
 Kongesti pulmo
 Euvolemi : tidak ada edema

Manifestasi Klinis
File Edit View

Manifestasi Klinis
File Edit View

Diagnosis
Anamnesis Pem. Fisik Pem. Lab

• Pem. gula darah dan lipid darah


• Riwayat muntah
• Pem. osmolalitas darah
• Penggunaan diuretik, Sesuai tanda-tanda klinis
 <280 mOsm/kg
penggunaan mannitol
• Pem. osmolalitas urin/berat jenis

urin (> 20 mEq/L  renal cause)


• Pem. Natrium, kalium, klorida urin
File Edit View

TATALAKSANA

1. Bedakan kejadian hyponatremia akut atau kronik

2. Jika hipervolemik
a. Restriksi cairan
b. Loop diuretics

c. Hemodialisa
3. Jika euvolemik
a. Restriksi cairan

b. Tatalaksana underlying cause


File Edit View

TATALAKSANA

4. Jika hipovolemik, koreksi Natrium:


a. Akut : lakukan dengan cepat, lewat IV b. Kronis : lakukan secara perlahan
 Naikkan kadar natrium plasma 5mEq/L dari kadar natrium  Naikkan kadar natrium plasma 0,5 mEq/L tiap 1 jam
awal dalam waktu 1 jam.  Maksimal 10 mEq/L dalam 24 jam
 Setelah itu, kadar natrium plasma dinaikkan sebesar 1 mEq/L  Rumus untuk mengetahui jumlah natrium dalam larutan

setiap 1 jam sampai kadar natrium darah mencapai 130 mEq/L. natrium hipertonik yang diberikan:
 Rumus untuk mengetahui jumlah natrium dalam larutan 0,5 x BB (kg) x (Na target – Na awal)
natrium hipertonik yang diberikan: Bisa dalam bentuk natrium hipertonik IV atau per oral
0,5 x BB (kg) x (Na target – Na awal)
File Edit View

DEFINISI
LO 01

Hipernatremia adalah keadaan dimana


konsentrasi natrium serum >145 mEq/L
LO 02

LO 03
File Edit View

LO 01

LO 02

- Diabetes Insipidus

LO 03
File Edit View

Manifestasi Klinis

1. Rasa haus
2. Peningkatan suhu tubuh
3. Membran mukosa kering dan lengket
4. Gelisah dan kelemahan
5. Disorientasi, delusi, halusinasi
6. Letargi, stupor, koma
7. Muscular twitching, tremor
File Edit View

Diagnosis
Anamnesis Pem. Lab

Pem. Fisik • Pemeriksaan kimia darah


• Pemeriksaan Osmolaritas Serum (>295
mOsm/kg)
• Pemeriksaan sodium urine
File Edit View

TATALAKSANA

1. Bila penyebabnya kelebihan intake natrium , maka hentikan pemberian garam natrium.
2. Jika diabetes insipidus,

a. Sentral : desmopressin,
b. Nefrogenik: diuretic tiazid, kurangi asupan garam
3. Jika defisit cairan (penyebab tersering) koreksi cairan, bisa dengan cairan hipotonis NaCl 0,45 %

Rumus untuk hitung volume cairan yang dibutuhkan


Kec. pemberian tidak boleh
TBW deficit + IWL (40 mL/jam) + vol. urin 24 jam (1500 ml/24 jam) menyebabkan penurunan
natrium plasma >0,5
*TBW deficit = TBW (BB. 0,6) mEq/jam
File Edit View

DEFINISI

LO 01 Hipokalemia adalah keadaan


dimana konsentrasi kalium serum
<3,5 mEq/L
DEFINISI
LO 02
Hiperkalemia adalah keadaan
dimana konsentrasi kalium serum
>5,5 mEq/L
LO 03
File Edit View

Renal loss  
• Diuretik (thiazide, furosemide)

LO 01


Hiperaldosteronisme, cushing syndrome
Obat: amphotericin B, gentamicin, cisplatin
Intracellular shift
• Alkalosis metabolic : pertukaran dan
• Kelebihan insulin
• Kelebihan katekolamin
Non-renal loss  Beta 2 adrenergic agonis
 Alpha adrenergic antagonis
• Muntah
• Gastric suction
• Diare
LO 02 • Alkalosis metabolik

Decreased Potassium Intake


• +diuretics & laksatif

LO 03 Hipokalemia
File Edit View

Penurunan ekskresi renal


• Gagal ginjal
• Hipoaldosteronisme, Addison disease
LO 01 • Potassium conserving diuretics spironolakton, amiloride

High Potassium Intake


• Rapid IV Potassium
LO 02

Shift potassium out of cells


• Cell injury, lisis (e.g. luka bakar hebat, kemoterapi,

LO 03 •

rhabdomyolisis)
Asidosis metabolic oleh non organic acid Hiperkalemia
Kelebihan katekolamin
 Beta 2 adrenergic antagonis
 Alpha adrenergic agonis
Hipokalemia Hiperkalemia
   
Low resting membrane potential lebih negative  High resting membrane potential lebih positif 
hiperpolarisasi  less reactive muscle to stimuli depolarisasi lalu tidak bisa repolarisasimuscle
crampingotot tidak dapat dieksitasi lagi

• Kardiovaskular: aritmia • Kardiovaskular: denyut jantung lambat, AV block, depolarisasi


• Muscular weakness (umumnya dari lower extremeties dulu); memanjang
adynamic ileus konstipasi • Muscular weakness (umumnya dari lower extremeties dulu);
• Renal: tidak mampu memekatkan urine  polyuria, nocturia, dapat terjadi paralisis
polydipsia • GIT: nausea, kolik, diare
File Edit View

Diagnosis
Anamnesis Pem. Fisik Pem. Lab

• Fokus riwayat obat-obatan • Pem. Elektrolit


(pencahar, diuretic, • Pem. BUN, kreatinin
antibiotic) Sesuai tanda-tanda klinis
• Kebiasaan makan • Pem. Osmolalitas serum
• Gejala yg mengarah • Pemeriksaan darah lengkap
etiologic tertentu (periodic
• Pemeriksaan pH dan osmolalitas
paralysis, muntah, diare)
urin
File Edit View

Diagnosis
EKG

Page 12
File Edit View

TATALAKSANA HIPOKALEMIA

1. Pemberian 40–60 mEq dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1–1,5 mEq/L, dan pemberian 135 – 160 mEq dapat meningkatkan
kadar kalium 2,5–3,5 mEq/L.

2. Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10–20 mEq/jam.
3. Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot pernapasan, KCl dapat diberikan dengan kecepatan 40–100 mEq/
jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 mL NaCl isotonik.

4. Bila melalui vena perifer, KCl maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 mL karena bila melebihi kadar ini dapat
menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan sklerosis vena.
File Edit View

TATALAKSANA HIPERKALEMIA

1. Pemberian kalsium glukonas IV  melindungi membrane.


Sebanyak 10 mL kalsium glukonat diberikan intravena dalam waktu 2–3 menit dengan monitor elektrokardiografi (EKG). Bila masih

terdapat perubahan EKG akibat hiperkalemia, pemberian kalsium glukonas dapat diulangi setelah 5 menit.
2. Memacu masuknya kembali kalium dari ekstra ke intrasel, dengan cara:
• Pemberian insulin 10 unit dalam glukosa 40%, 50 mL bolus intravena, kemudian diikuti dengan infus dekstrosa 5% untuk mencegah

terjadinya hipoglikemia.
• Pemberian natrium bikarbonat yang akan meningkatkan pH sistemik
Pada keadaan tanpa asidosis metabolik, natrium bikarbonat diberikan 50 mEq intravena selama 10 menit. Bila terdapat asidosis
metabolik maka disesuaikan dengan keadaan asidosis metabolik yang ada
File Edit View

TATALAKSANA HIPERKALEMIA

• Pemberian β2 –agonis, baik secara inhalasi maupun tetesan intravena.. Albuterol diberikan 10–20 mg

3. Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh dapat dilakukan dengan cara:


• Pemberian diuretic-loop (furosemid) dan tiazid. Sifatnya hanya sementara
• Pemberian resin-penukar. Dapat diberikan per oral dan supositoria
• Hemodialisis
File Edit View

DEFINISI

LO 01 Hipokalsemia adalah keadaan


dimana konsentrasi kalsium serum
<8,5 mEq/L
DEFINISI
LO 02
Hiperkalsemia adalah keadaan
dimana konsentrasi kalsium serum
>10,5 mEq/L
LO 03
File Edit View

Low serum calcium


• Hipoparatiroidism (surgical removal, autoimmune, defisiensi
magnesium –dibutuhkan untuk produksi hormone PTH-)
LO 01 • Intake dalam diet kurang, malabsorpsi, sirosis, kurang sinar
matahari, penyakit ginjal kronis

LO 02 Calcium loss
• Gagal ginjal  tidak dapat reabsorbsi kalsium
• Tissue injury (luka bakar, rhabdomyolisis, tumor lysis, dsb) 
sel melepaskan fosfat yang dapat berikatan dengan kalsium 
free ionized Calcium berkurang
• Pankreatitis akut  FFA dapat berikatan dengan Ca
• Transfusi darah berlebihan  sitrat & EDTA dapat berikatan
LO 03 dengan Ca Hipokalsemia
File Edit View

LO 01
1. Hiperparatiroidisme
2. Tumor malignant yg sekresikan parathyroid
hormone-related protein (PTHrP)
3. Kelebihan vitamin D (diet, reabsorbsi GIT
berlebihan)
LO 02 4. Diuretik thiazide meningkatkan reabsorbsi
kalsium di tubulus distal

LO 03 Hiperkalsemia
Hipokalsemia
 
Low  tidak bisa stabilkan kanal natrium di saraf  RMP
lebih positif, lebih mudah tereksitasi  tetani dan kontraksi
involunter

• Chvostek’s sign
• Trousseau’ sign
• Muscle cramps, nyeri perut
• Perioral tingling
• Kejang Chvostek’s Sign Trousseau’s Sign
Hiperkalsemia
 
High resting membrane potential lebih negatif
eksitabilitas menurun  sulit depolarisasi absent reflexes

• GIT : konstipasi
• General muscle weakness
• CNS : halusinasi, confusions, stupor
• Hipercalciuria
File Edit View

Diagnosis
Anamnesis Pem. Lab

Pem. Fisik • Pemeriksaan kimia darah


• Periksa albumin
• Pemeriksaan PTH serum
• Kadar fosfor dan vitamin D serum
File Edit View

Diagnosis
EKG

HIPERKALSEMIA
Decreased ST segment.
HIPOKALSEMIA
Shortened QT interval.
Lengthened ST segment. Prolonged QT interval.
File Edit View

TATALAKSANA HIPOKALSEMIA
File Edit View

TATALAKSANA HIPERKALSEMIA
File Edit View

Thank You!

Anda mungkin juga menyukai