Anda di halaman 1dari 21

Sejarah Asia Selatan

AKBK 1303 / 3 Sks

Oleh
Rusdi Effendi
Perkuliahan Pertemuan ke -4
Kehadiran Ajaran Budha di India
India Zaman Budha

Kelahiran dan Perkembangan Ajaran Budha


Di Jazirah India
Riwayat Buddha Gautama
 Siddhārtha Gautama (563 – 483 SM) anak dari Raja
Kapilavastu, negeri Timur Laut India yang berbatasan dengan
Nepal. Ayahnya adalah Raja Suddhodana dari Suku Sakya dan
ibunya adalah Ratu Mahā Māyā Dewi. Ibunda Pangeran
Siddharta Gautama meninggal dunia tujuh hari setelah melahirkan
Sang Pangeran Siddhartha Gautama. Sejak meninggalnya Ratu
Mahā Māyā Dewi, Pangeran Siddharta dirawat oleh Ratu Mahā
Pajāpati, bibinya yang juga menjadi isteri Raja Suddhodana.
 Pangeran Siddharta dilahirkan pada tahun 563 SM di daerah
Lumbini (kini masuk negara Nepal). Dalam usia 16 tahun
Pangeran Siddharta menikah dengan Puteri Yasodhara yang
dipersuntingnya. Siddhartha hidup dalam istana penuh
kemewahan.
Riwayat Buddha Gautama
 Kehidupan Pangeran Siddhartha dengan kemewahan
istana kerajaan, dimana ia dapat hidup dalam tiga buah
istana meliputi : Istana Musim Dingin (Ramma); Istana
Musim Panas (Suramma); Istana Musim Hujan
(Subha).
 Pengeran Siddhartha merasa tidak nyaman tinggal

dalam istana demikian, ia menyadari banyak orang


yang hidup miskin, menderita dan bahkan tidak mampu
untuk makan sama sekali (kelaparan), sementara orang
kayapun sering merasa frustasi dan tidak bahagia,
karena semua orang akan menjadi sasaran penyakit dan
serangan kematian.
Riwayat Buddha Gautama
 Kata-kata pertapa Asita membuat Raja Suddhodana tidak tenang siang
dan malam, karena khawatir kalau putra tunggalnya akan meninggalkan
istana dan menjadi pertapa, mengembara tanpa tempat tinggal. Untuk itu
Baginda memilih banyak pelayan untuk merawat Pangeran Siddharta,
agar putra tunggalnya menikmati hidup keduniawian. Segala bentuk
penderitaan berusaha disingkirkan dari kehidupan Pangeran Siddharta,
seperti sakit, umur tua, dan kematian, sehingga Pangeran hanya
mengetahui kenikmatan duniawi.
 Suatu hari Pangeran Siddharta meminta izin untuk berjalan di luar istana,
dimana pada kesempatan yang berbeda dilihatnya "Empat Kondisi" yang
sangat berarti, yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan orang suci.
Pangeran Siddhartha bersedih dan menanyakan kepada dirinya sendiri,
"Apa arti kehidupan ini, kalau semuanya akan menderita sakit, umur tua
dan kematian. Lebih-lebih mereka yang minta pertolongan kepada orang
yang tidak mengerti, yang sama-sama tidak tahu dan terikat dengan segala
sesuatu yang sifatnya sementara ini!". Pangeran Siddharta berpikir bahwa
hanya kehidupan suci yang akan memberikan semua jawaban tersebut.
Riwayat Buddha Gautama
 Empat Kondisi Yang
Dilihat Siddhartha

1. Orang yang usianya tua;


2. Orang yang sakit;
3. Orang mati; dan
4. Orang Suci (Pertapa)

Keempat Kondisi tersebut


membuat Siddhartha berpikir
dengan keadaan tersebut
Siddhartha Berjalan Keluar Istana bagi manusia dan dirinya.
Riwayat Buddha Gautama
 Selama 10 tahun lamanya Pangeran Siddharta hidup dalam kesenangan
duniawi. Pergolakan batin Pangeran Siddharta berjalan terus sampai
berusia 29 tahun, tepat pada saat putra tunggalnya Rahula lahir. Pada suatu
malam, Pangeran Siddharta memutuskan untuk meninggalkan istananya
dan dengan ditemani oleh kusirnya, Canna. Tekadnya telah bulat untuk
melakukan Pelepasan Agung dengan menjalani hidup sebagai pertapa.
 Setelah itu Pangeran Siddhartha meninggalkan istana, keluarga,
kemewahan, untuk pergi berguru mencari ilmu sejati yang dapat
membebaskan manusia dari usia tua, sakit dan mati. Pertapa Siddharta
berguru kepada Alāra Kālāma dan kemudian kepada Uddaka
Ramāputra, tetapi tidak merasa puas karena tidak memperoleh yang
diharapkannya. Kemudian beliau bertapa menyiksa diri dengan ditemani
lima orang pertapa. Akhirnya Ia juga meninggalkan cara yang ekstrem itu
dan bermeditasi di bawah pohon Bodhi untuk mendapatkan Penerangan
Agung.
Riwayat Buddha Gautama

Gambar (kiri) Pangeran Siddharta mencukur rambutnya dan


menjadi pertapa, relief Borobudur. Gambar (kanan) Patung
Buddha dari Gandhara, abad ke-1 atau abad ke-2.
Riwayat Buddha Gautama
 Didalam pengembaraannya, pertapa Siddhartha mempelajari
latihan pertapaan dari pertapa Bhagava dan kemudian
memperdalam cara bertapa dari dua pertapa lainnya, yaitu pertapa
Alara Kalama dan pertapa Udraka Ramputra. Namun setelah
mempelajari cara bertapa dari kedua gurunya tersebut, tetap belum
ditemukan jawaban yang diinginkannya. Sehingga sadarlah
Siddhartha bahwa dengan cara bertapa seperti itu tidak akan
mencapai Pencerahan Sempurna. Kemudian Siddhartha
meninggalkan kedua gurunya dan pergi ke Magadha untuk
melaksanakan bertapa menyiksa diri di hutan Uruwela, di tepi
Sungai Nairanjana yang mengalir dekat Hutan Gaya. Walaupun
telah melakukan bertapa menyiksa diri selama enam tahun di
Hutan Uruwela, tetap Siddhartha belum juga dapat memahami
hakikat dan tujuan dari hasil pertapaan yang dilakukan tersebut.
Riwayat Buddha Gautama
 Pada suatu hari Siddhartha dalam pertapaannya mendengar seorang tua
sedang menasihati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana
dengan mengatakan:
“Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin
tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan
lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya
akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah
suara kecapi itu.”
 Nasehat tersebut sangat berarti bagi Siddharta yang akhirnya memutuskan
untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya
yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuhnya.
Seorang wanita bernama Sujata memberi Siddharta semangkuk susu.
Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut
jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, Siddhartha
melanjutkan samadhinya di bawah pohon bodhi (Asetta) di Hutan Gaya
Riwayat Buddha Gautama
 Siddhartha melanjutkan
samadhinya di bawah
pohon bodhi (Asetta) di
Hutan Gaya. Keadaan
fisiknya semakin lemah,
badannya kurus kering,
tulang kerangka
tubuhnya mulai kelihatan,
namun semangat untuk
mencari petunjuk yakni
pencerahan sempurna
terus bertapa.
Riwayat Buddha Gautama
 Hasil pertapaan Siddhartha telah mencapai Pencerahan
Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Sammasam-
Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Raya di bulan
Waisak ketika ia berusia 35 tahun (menurut versi Buddhisme
Mahayana, 531 SM pada hari ke-8 bulan ke-12, menurut
kalender lunar. Versi WFB, pada bulan Mei tahun 588 SM).
Pada saat mencapai Pencerahan Sempurna, dari tubuh Sang
Siddharta memancar enam sinar Buddha (Buddharasmi)
dengan warna biru yang berarti bhakti; kuning mengandung
arti kebijaksanaan dan pengetahuan; merah yang berarti
kasih sayang dan belas kasih; putih mengandung arti suci;
jingga berarti giat; dan campuran kelima sinar tersebut.
Sidharta Gautama Mencapai Pencerahan Sejati
Lahirlah “Budha” sebagai Ajaran Kehidupan baru di
India
Buddha
 Buddha (Sanskerta: बु द्ध berarti. Mereka yang Sadar,
Yang mencapai pencerahan sejati. dari perkataan
Sanskerta: "Budh", untuk mengetahui) merupakan
gelar kepada individu yang menyadari potensi penuh
mereka untuk memajukan diri dan yang berkembang
kesadarannya. Dalam hal istilah penggunaan
kontemporer, ia sering digunakan untuk merujuk
Siddharta Gautama, guru agama dan pendiri Agama
Buddha (dianggap "Buddha saat ini"). Dalam
penggunaan lain, ia merupakan tarikan dan contoh bagi
manusia yang telah sadar.
Buddha
 Setelah mencapai Pencerahan
Sempurna, pertapa Siddhartha
Gautama mendapat gelar
kesempurnaan yang antara lain:
Buddha Gautama, Buddha Shakyamuni,
Tathagata ('Ia Yang Telah Datang', Ia
Yang Telah Pergi'), Sugata ('Yang Maha
Tahu'), Bhagava ('Yang Agung') dan
sebagainya. Lima pertapa yang
mendampingi Beliau di hutan Uruwela
merupakan murid pertama Sang
Buddha yang mendengarkan khotbah
pertama Dhammacakka Pavattana,
dimana Beliau menjelaskan mengenai
Jalan Tengah yang ditemukan-Nya,
yaitu Delapan Ruas Jalan Kemuliaan
termasuk awal khotbahNya yang
menjelaskan "Empat Kebenaran Mulia".
Ajaran-Ajaran Buddha
 Seorang Buddha memiliki sifat Cinta Kasih (maitri atau metta) dan
Kasih Sayang (karuna). Cinta Kasih dan Kasih Sayang seorang
Buddha tidak terbatas oleh waktu dan selalu abadi, karena telah ada
dan memancar sejak manusia pertama kalinya terlahir dalam
lingkaran hidup roda samsara yang disebabkan oleh ketidaktahuan
atau kebodohan batinnya. Jalan untuk mencapai Kebuddhaan ialah
dengan melenyapkan ketidaktahuan atau kebodohan batin yang
dimiliki oleh manusia. Pada waktu Pangeran Siddharta meninggalkan
kehidupan duniawi, ia telah mengikrarkan Empat Prasetya yang
berdasarkan Cinta Kasih dan Kasih Sayang yang tidak terbatas, yaitu
 Berusaha menolong semua makhluk.
 Menolak semua keinginan nafsu keduniawian.
 Mempelajari, menghayati dan mengamalkan Dharma.
 Berusaha mencapai Pencerahan Sempurna.
Ajaran-Ajaran Buddha
 Penganut Buddha tidak menganggap Siddharta Gautama sebagai sang hyang
Buddha pertama atau terakhir. Secara teknis, Buddha, seseorang yang
menemukan Dharma atau Dhamma (yang bermaksud: Kebenaran; perkara
yang sebenarnya, akal budi, kesulitan keadaan manusia, dan jalan benar kepada
kebebasan melalui Kesadaran, datang selepas karma yang bagus (tujuan)
dikekalkan seimbang dan semua tindakan buruk tidak mahir ditinggalkan.
Pencapaian nirwana (nibbana) di antara ketiga jenis Buddha adalah serupa,
tetapi Samma-Sambuddha menekankan lebih kepada kualitas dan usaha
dibandingkan dengan dua lainnya. Tiga jenis golongan Buddha adalah:
 Samma-Sambuddha yang mendapat Kesadaran penuh tanpa guru, hanya
dengan usaha sendiri
 Pacceka-Buddha atau Pratyeka-Buddha yang menyerupai Samma-
Sambuddha, tetapi senantiasa diam dan menyimpan pencapaian Dharma pada
diri sendiri.
 Savaka-Buddha yang merupakan Arahat (pengikut kesadaran), tetapi mencapai
tahap Kesadaran dengan mendengar Dhamma.
Ajaran-Ajaran Buddha
 Kitap Suci agama Buddha adalah Tripitaka. Tripitaka terdiri
dari : (1) Vinaya Pitaka, isinya aturan-aturan sangha untuk
biksu atau biksuni. (2) Sutta Pitaka, isinya tentang wacana-
wacana Buddha dan (3) Abhidhamma Pitaka, isinya tentang
penjelasan sistematis atau ilmu pengetahuan dari Buddha.
Selain itu dikenal adanya Tiga Mustika (Sanskrit: त्रिरत्न
Triratna or रत्नत्रय Ratna-traya, Pali: तिरतन Tiratana) yakni :
(1) Buddha; (2) Dharma dan (3) Sangha.
 Buddha tidak hanya dapat mengetahui dengan hanya melihat
wujud dan sifat-Nya semata-mata, karena wujud dan sifat luar
tersebut bukanlah Buddha yang sejati. Jalan yang benar untuk
mengetahui Buddha adalah dengan jalan membebaskan diri
dari hal-hal duniawi/menjalani hidup dengan cara bertapa.
Ajaran-Ajaran Buddha
Terdapat 5 sila dalam Pancasila Buddhis yaitu:

 Pannatipata veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya


bertekat akan melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.
 Adinnadana veramani sikkhapadang sammadiyammi, yang artinya saya

bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengambil sesuatu yang


tidak diberikan.
 Kamesu micchacara veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya

saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari perbuatan asusila.


 Musavadha veramani sikkhapadang samadiyami, yang artinya saya

bertekat akan melatih diri untuk menghindari menghindari ucapan tidak


benar.
 Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadang samadiyami, yang

artinya saya bertekat akan melatih diri untuk menghindari mengonsumsi


segala zat yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Akhir Hayat Sang Buddha

Sang Buddha menjelang Parinirwana, setelah menerima masa sebagai Buddha


dan mengabdikan diri selama 45 Tahun Mencerahkan Manusia dengan ajaran-
ajaran Budhisme di Jazirah India. Buddha dimasukan Michael H Hart pada
urutan ke-4 dari 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa.
Sekian & Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai