Anda di halaman 1dari 19

HUKUM ACARA PERDATA

Alat Bukti Sumpah


Pasal 155-158 dan Pasal 177 HIR;
Pasal 182-185 dan Pasal 314 RBg;
Pasal 1929-1945 BW.
Pengertian

Sudikno Mertokusumo:
Yaitu suatu pernyataan yang khidmat yang
diberikan atau diucapkan pada waktu memberi
janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat
maha kuasa dari pada Tuhan, dan percaya bahwa
siapa yang memberi keterangan atau hanji yang
tidak benar akan dihukum olehNya.
Jadi hakikatnya sumpah merupakan tindakan yang
bersifat religious yang digunakan dalam peradilan.
M.H. Tirtaamidjaja:
Sumpah adalah suatu keterangan yang
diucapkan dengan khidmat, bahwa jika orang
yang mengangkat sumpah itu memberi
keterangan yang tidak benar, ia bersedia
dikutuk Tuhan.
Macam-macam alat bukti sumpah

Menurut Pasal 177 HIR/314 Rbg, apabila salah


satu pihak yang berperkara mengucapkan sumpah,
maka pihak tersebut tidak boleh diperintahkan
untuk mengadakan bukti lain bagi kebenaran
sumpah itu.
Oleh karena itu, sumpah baru dilakukan apabila
kedua belah pihak atau hakim berputus asa dalam
mencari alat bukti lain untuk meneguhkan
keterangan-keterangan kedua belah pihak.
1.Sumpah Suppletoir

Disebut juga dengan sumpah penambah


atau sumpah pelengkap atau sumpah
jabatan.
Pasal 155 HIR/183 RBg/1940 BW.
Sumpah ini dibebankan kepada pihak Penggugat atau
Tergugat oleh hakim dengan maksud menggantungkan
putusan tersebut pada perkara sumpah itu.
Artinya jika sumpah itu dibebankan kepada Penggugat
maka Penggugat dinyatakan menang, demikian
sebaliknya, jika Tergugat dibebani oleh hakim dengan
sumpah penambah, maka ia harus dinyatakan menang
dalam perkara tersebut.
Sumpah penambah/pelengkap diperintahkan oleh
hakim dengan tujuan untuk menambah pembuktian
yang dianggap kurang meyakinkan.
Hakim dapat memerintahkan sumpah
tambahan/pelengkap apabila ia berpendapat:
a. Tuntutan atau tangkisan tidak terbukti dengan
sempurna;
b. Tuntutan atau tangkisan tidak terbukti sama
sekali;
c. Tidak ada kemungkinan untuk dibuktikan
dengan alat bukti lain.
(Pasal 155 (1) HIR/182 RBg/1941 BW).
 
Hakim memiliki kebebasan untuk memilih kepada
siapa sumpah penambah/pelengkap itu hendak
dibebankan. Sumpah ini tidak bisa dialihkan oleh
salah satu pihak kepada pihak yang lain.
Sumpah penambah/pelengkap mempunyai sifat
menyelesaikan perkara, maka mempunyai
kekuatan alat bukti sempurna, yang masih
dibuka kemungkinan adanya bukti lawan.
Misalnya pihak lawan boleh membuktikan
bahwa sumpah itu palsu apabila putusan yang
didasarkan pada sumpah penambah telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Terbuka
kemungkinan bagi yang kalah mengajukan
peninjauan kembali setelah putusan pidana
yang menyatakan bahwa sumpah itu palsu
(Pasal 385 Rv).
Sumpah penambah tidak terikat pada perbuatan
pribadi dari yang bersumpah, tetapi haruslah hal-
hal yang diketahuinya, tidak hal-hal yang tidak
diketahui.
Misalnya, dulu sawah sengketa tersebut
didapatkan dari nenek moyang yang membuka
hutan. (Subekti).
2.Sumpah Taxatoir

Disebut juga dengan sumpah penaksir, sumpah


aestimatoir atau shattingseed.
Pasal 155 HIR/182 RBg/1940 BW.
Sumpah ini diperintahkan hakim karena
jabatannya kepada PENGGUGAT, untuk
menentukan jumlah ganti rugi yang harus
ditanggung oleh Tergugat. Jadi sumpah ini tidak
bisa dialihkan kepada Tergugat.
M.H. Tirtaamidjaja
Syarat sumpah penaksir:
Sumpah itu hanya dapat dibebankan, bila si
Penggugat pada umumnya telah membuktikan
haknya atas pembayaran kerugian.
Sumpah itu dapat dipergunakan oleh hakim, bila ia
berpendapat, bahwa alat bukti yang telah ada
tidak dapat menetapkan besarnya kerugian itu;
Sumpah penaksir hanya dapat dibebankan kepada
Penggugat.
Alat bukti sumpah penaksir, bersifat sempurna dan
masih memungkinkan alat bukti lawan. Misalnya
dengan adanya sumpah palsu yang dilakukan
Penggugat dapat dipidanakan berdasarkan Pasal
242 KUHP, dan putusan terhadap Penggugat
tersebut jika sudah mempunyai kekuatan hukum
tetap, dapat dipakai sebagai alat bukti mengajukan
peninjauan kembalik (PK) oleh Tergugat.
3.Sumpah Decissoir
Disebut juga sumpah pemutus. Pasal 156 HIR/183
RBg/1930 BW.
Sumpah decissoir merupakan sumpah yang dibebankan
oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain yang
berperkara. Dengan kata lain, sumpah pemutus adalah
sumpah yang diajukan salah satu pihak kepada pihak
lawannya, untuk mengucapkan sumpah pihak yang
meminta agar lawannya mengucapkan sumpah disebut
deferent, sedangkan pihak yang harus mengucapkan
sumpah disebut delaat.
Perintah sumpah pemutus yang diminta oleh pihak yang
satu kepada pihak yang lain dapat dikembalikan oleh
pihak yang diminta bersumpah (delaat) kepada pihak
yang meminta dumpah (deferent).
Syarat untuk membebankan sumpah itu adalah
bahwa sumpah itu mengenai suatu perbuatan yang
dilakukan oleh orang itu sendiri, atau mengenai
suatu keadaan yang diketahuinya sedemikian rupa,
sehingga ia sanggup memberi keterangan tentang
keadaan itu atas sumpah (Lihat pasal 156 HIR).
Sumpah pemutus dimintakan apabila tidak ada
bukti sama sekali, berbeda dengan sumpah
pelengkap/penambah yang harus adanya bukti
sedikit meskipun kurang lengkap.
Bagi yang diperintahkan untuk bersumpah
dan menolak mengangkat sumpah atau bagi
yang pada mulanya meminta pihak lawan
bersumpah dan setelah itu dikembalikan
kepadanya menolak mengangkat sumpah
harus dikalahkan dalam perkaranya.
(Pasal 156 (3) HIR/183 (3) RBg.
Pelaksanaan alat bukti sumpah

Semua sumpah harus dijalankan sendiri oleh yang


bersangkutan.
Sebagai pengecualian disebabkan karena hal yang
penting, Pengadilan Negeri memberi izin kepada
salah satu pihak untuk melakukan sumpah kepada
seorang wakil berdasarkan surat kuasa. (Pasal 157
HIR/184 RBg).
Surat kuasa tersebut haruslah berbentu surat otentik
(akta notaris).
Pengangkatan sumpah harus dijalankan dalam
Pengadilan Negeri.
Dikecualikan dalam hal ini apabila ada halangan
yang sah, misalnya sakit, maka:
Sumpah dilaksanakan di rumah orang yang
berhalangan, dilaksanakan dengan bantuan
panitera/panitera pengganti untuk membuat berita
acara. (Pasal 158 HIR/185 RBg).

Sumpah juga dimungkinkan pelaksanaannya baik


sumpah penambah/pelengkap atau sumpah
pemutus dilakukan di masjid, gereja, vihara,
kelenteng atau ditempat lain yang dianggap
keramat.
Jika kediaman pihak yang akan disumpah berada di
luar pengambilan sumpah di luar wilayah hukum
Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara,
pengambilan sumpah dapat dilaksanakan
dikediaman orang yang wajib mengangkat sumpah
oleh hakim atau kepala pemerintahan setempat.
(Pasal 1944 (2) BW).
 
Sumpah harus diucapkan dihadapan pihak lain,
setelah pihak itu dipanggil secara patut. (Pasal 158
(2) HIR).

Anda mungkin juga menyukai