Dalam menghadapi berbagai konflik di dalam organisasi, setiap manager maupun individu harus memiliki strategi dalam menyelesaikan konflik dalam upaya me-manage konflik tersebut. Strategi manajemen konflik menurut Mangkunegara (2009) 1. Menghindar Dilakukan apabila masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting Menghindari konflik juga dimaksudkan agar pihak-pihak yang sedang berkonfrontasi agar menenangkan diri
Ex : kepala bagian instalasi ruangan menyuruh dokter yang
jaga dan perawat untuk tidak terus menerus berkonflik tentang hal sepele (misal jadwal jam jaga, atau meletakkan alkes yg tidak tepat), sehingga tidak mengakibatkan pasien tidak nyaman. 2. Mengakomodasi Memberi kesempatan orang lain untuk mengatur pemecahan masalah Memungkinkan timbul kerja sama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan
Ex : kepala ruangan memberi kesempatan kepada
perawat A dan B untuk menyelesaikan masalah mereka untuk bekerja sama dalam rangka meningkatkan kinerja mereka dalam pelayanan kesehatan 3. Kompetisi Digunakan apabila manager lebih merasa memiliki keahlihan dan informasi yang lebih dibanding yang lain. Bisa memicu konflik, tetapi penting untuk alasan-alasan keamanan.
Ex : dokter spesialis anastesi A dan B saling
berkompetisi dan memiliki cara yang berbeda dalam pekerjaan nya akibat perbedaan sudut pandang mereka dalam hal keamanan saat anastesi (praktek) 4. Kompromi dan Negosiasi Masing-masing memberikan dan menawarkan ide, jasa pada waktu yang bersamaan Meminimalkan kekurangan semua pihak dan menguntungkan semua pihak.
Ex : dokter spesialis bedah A dan B saling
berdiskusi dan menyampaikan sudut pandang mereka yang berbeda sehingga mendapatkan satu kesimpulan yang saling menguntungkan semua pihak. 5. Memecahkan masalah / kolaborasi Pemecahan masalah dengan kolaborasi individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama
Ex : kolaborasi yang dilakukan seluruh kepala
ruangan RS untuk tercapainya tujuan mereka yaitu mewujudkan pelayanan yang optimal Strategi manajemen konflik individu menurut Devitto (1997) 1. Penghindaran dan melawan secara aktif menghindar secara fisik yang nyata, tetapi lebih baik berperan aktif pada konfilk yag dihadapi dari pada menghindar dari persoalan. Misalkan meninggalkan ruangan 2. Memaksa dan berbicara memaksakan posisinya pada orang lain secara fisik maupun emosional. Alternatif agar tidak memaksa kan kehendak pada orang lain, dengan berbicara, mendengar, keterbukaan dan empati 3. Menyalahkan dan empati individu cenderung menyalahkan orang lain untuk menutupi perilaku sendiri hal ini tidak dapat menyelesaikan masalah. Lebih baik mencoba untuk berempati, memahami cara orang lain menilai sesuatu sebagai sesuatu yang berbeda 4. Mendiamkan dan memfasilitasi ekspresi secara terbuka mendiamkan orang lain dalam menghadapi konfilk tidak dapat menyelesaikan konfillk maka setia orang harus diizikan untuk mengekpresikan dirinya secara bebas dan terbuka (tidak ada yang lebih tinggi maupun rendah) 5. Penerimaan pribadi mengekspresikan perasaan positif pada orang lain. 6. Membawa konfilk pada area dimana lawan bisa memahami dan dapat mengatasi. 7. Argumentatif kesediaan menjelaskan secara argumentatif mengenai sudut pandang dalam konfilk tanpa harus menyerang harga diri lawan