Anda di halaman 1dari 6

PERAN SISTEM INFORMASI DALAM KESEHATAN

Disusun oleh:
Kelompok lll

Agnes tri rahayu


Azzra chairunissa
Asrifo kaswandi
Aldi fadrianto
Diana febiyola
Lusiana
Musnaini
Pertiwi eka putri
Retno palupi
Marisha adella firsta
Peran Sistem Informasi Kesehatan Dalam Manajemen
Kesehatan

pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Penyelenggaraan pembangunan
kesehatan dilaksanakan melalui pengelolaan pembangunan kesehatan yang
disusun dalam Sistem Kesehatan Nasional. Komponen pengelolaan kese-
hatan tersebut dikelompokkan dalam tujuh subsistem
1.Upaya kesehatan
2.Penelitian dan pengembangan kesehatan
3.Pembiayaan kesehatan
4.Sumber daya manusia kesehatan
5.Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan
6.Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan,
7.Pemberdayaan masyarakat

Tantangan pembangunan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber


daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan
yang tepat. Namun, seringkali para pembuat kebijakan di bidang kesehatan
mengalami kesulitan dalam hal pengambilan keputusan yang tepat karena
keterbatasan atau ketidaktersediaan data dan informasi yang akurat, tepat,
dan cepat. Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis
dalam pengelolaan pembangunan kesehatan yaitu pada proses manajemen,
pengambilan keputusan, kepemerintahan dan penerapan akuntabilitas.
Sistem Informasi merupakan “jiwa” dari suatu proses manajemen, demikian
pula Sistem Informasi Kesehatan merupakan “jiwa” dari manajemen
kesehatan.
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian penting dari manajemen
kesehatan terus berkembang selaras dengan perkembangan organisasi.
Dengan adanya perubahan sistem kesehatan mengakibatkan terjadinya
perubahan pada SIK, namun sayangnya perubahan sistem kesehatan di
lapangan tidak secepat dengan yang diperkirakan oleh para pengambil
keputusan. Hal ini tampak nyata ketika sistem kesehatan berubah dari
sentralisasi ke desentralisasi, SIK tidak berfungsi sebagaimana layaknya. SIK
yang selama ini telah dikembangkan, (meskipun masih terfragmentasi) secara
Nasional tidak berfungsi, alur laporan dari pelayanan kesehatan ke jenjang
administrasi kabupaten/kota hingga ke pusat banyak yang terhambat. SIK
membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk
(a) pelaksanaan pelayanan kesehatan sehari-hari,
(b) intervensi cepat dalam penanggulangan masalah kesehatan, dan
(c) untuk mendukung manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota,
provinsi dan pusat terutama dalam penyusunan rencana jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

SIK yang baik adalah sistem informasi yang mampu menghasilkan


data/informasi yang akurat dan tepat waktu. SIK telah digunakan
untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sehari-hari yang
dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan
rumah sakit, terutama dalam penanganan pasien dan intervensi
penanggulangan masalah kesehatan. Sebaliknya dalam hal
manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan
pusat, SIK belum banyak berperan karena belum menghasilkan
data/informasi yang akurat dan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai