Anda di halaman 1dari 42

Yurisdiksi pemungutan

pajak,
subyek dan obyek pajak.

1
Sistematika Pembahasan

Yurisdiksi Pemungutan Pajak

Subjek Pajak dan Objek PPh

Subjek dan Objek PPN

2
Yurisdiksi/Cara
Pemungutan Pajak

3
Yurisdiksi Pemungutan Pajak

 Asas Domisili/Tempat Tinggal


 Pemungutan pajak berdasar tempat tinggal wajib pajak atas
penghasilan tanpa melihat sumber dan kebangsaan wajib pajak
 Asas Sumber
 Pemajakan didasarkan sumber penghasilan. Negara sumber
penghasilan memiliki hak pemajakan utama.
 Asas Kebangsaan
 Pajak dibayar di negara kebangsaan wajib pajak, tanpa melihat
sumber dan tempat tinggalnya 4
Yurisdiksi Pemajakan di
Indonesia

 Asas Domisili
 Berlaku asas domisili untuk seluruh penduduk Indonesia (wajib pajak
dalam negeri), baik warga negara maupun orang asing
 Berlaku prinsip World wide income
 Asas Sumber
 Penghasilan wajib pajak luar negeri (bukan penduduk) dikenakan pajak
di Indonesia
 Penghasilan WNI di luar negeri (penduduk indonesia) dikenakan pajak
di negara sumber
 PPh Pasal 24 dan 26
5
Subyek dan Obyek Pajak

Subyek dan Obyek PPh


Subyek dan Obyek PPN
6
Subyek dan Obyek PPh

7
Definisi Pajak Penghasilan

 Pajak penghasilan (PPh) dikenakan terhadap subjek


pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak
 PPh dapat dikenakan atas bagian tahun pajak jika
kewajiban subjektif mulai dari bagian tahun
 Tahun pajak adalah tahun takwim/kalender. Jika tahun
buku tidak sama, dapat menggunakan tahun buku
asalkan berdurasi 12 bulan.

8
Subyek PPh
Pasal 2 ayat (1 dan 1a)

 Orang Pribadi (OP)


 Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
 Badan
 Bentuk Usaha Tetap (merupakan subyek pajak yang
perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subyek pajak
badan).

9
Subjek Pajak

Subjek Pajak
Pasal 2 ayat (2)

Dalam Negeri Luar Negeri


10
Subyek Pajak Dalam Negeri
Pasal 2 ayat (3)

Orang Pribadi yang bertempat tinggal/berada di Indonesia lebih dari 183 hari
dalam 12 bulan; atau orang pribadi dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit


tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria:
• Pembentukannya berdasarkan peraturan perundangan.
• Pembiayaan bersumber APBN/ APBD
• Penerimaannya dimasukkan dalam APBN/ APBD.
• Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

Warisan yang belum terbagi menggantikan yang berhak. 11


Subjek Pajak Luar Negeri
Pasal 2 ayat (4)
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia/
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam 12 bulan.

Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di


Indonesia.

Menjalankan usaha atau kegiatan Menerima atau memperoleh


melalui BUT di Indonesia. penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau
kegiatan melalui BUT di
12
Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap
Pasal 2 ayat (5)

Bentuk usaha yang dipergunakan oleh:

Orang pribadi sebagai Badan sebagai


subjek pajak LN subjek pajak LN

Untuk menjalankan usaha atau kegiatan di


Indonesia. 13
Kriteria
Bentuk Usaha Tetap
 Tempat kedudukan manajemen;
 Pemberian jasa, sepanjang dilakukan lebih
 Cabang perusahaan;
dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka
 Kantor perwakilan; waktu 12 (dua belas) bulan;
 Gedung kantor;  Orang atau badan selaku agen yang
 Pabrik; kedudukannya tidak bebas;
 Agen atau pegawai dari perusahan asuransi
 Bengkel;
yang tidak didirikan dan berkedudukan di
 Gudang; Indonesia yang menerima premi asuransi
 Ruang untuk promosi dan penjualan; atau menanggung risiko di Indonesia; dan
 Komputer, agen elektronik, atau peralatan
 Pertambangan dan penggalian sumber alam;
otomatis yang dimiliki, disewa, atau
 Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi; digunakan oleh penyelenggara transaksi
 Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha
kehutanan; melalui internet.

 Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;


14
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban
Subyektif
Pasal 2A ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Dalam Negeri

Orang Pribadi Badan Warisan yang belum


Terbagi
Mulai: Mulai: Mulai:
• Saat dilahirkan. Saat didirikan/ Saat timbulnya warisan.
• Saat berada /berniat berkedudukan di
tinggal di Indonesia. Indonesia.
Berakhir: Berakhir:
• Saat meninggal Saat warisan selesai
Berakhir:
• Meninggalkan dibagikan.
Saat dibubarkan atau
Indonesia untuk tidak lagi berkedudukan
selamanya. di Indonesia. 15
Saat Mulai dan Akhir Kewajiban
Subyektif
Pasal 2A ayat (1), (2), (3), (4), dan (5)

Subjek Pajak Luar Negeri

Orang Pribadi Badan


Mulai: Mulai:
Saat menerima/memperoleh Saat melakukan usaha/ kegiatan
penghasilan dari Indonesia. melalui BUT di Indonesia.

Berakhir: Berakhir:
Saat tidak lagi menerima/ memperoleh Saat tidak lagi menjalankan usaha
penghasilan dari Indonesia. melalui BUT di Indonesia.

16
Tidak Termasuk Subjek Pajak
 Kantor perwakilan negara asing;
 Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing
dan orang yang diperbantukan/ yang bekerja dan bertempat tinggal bersama
mereka dengan syarat:
 Bukan warga negara Indonesia; dan
 Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau
pekerjaannya tersebut; serta
 Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
 Organisasi - organisasi internasional, yang ditetapkan Menkeu, dengan syarat:
 Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan
 Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia selain memberikan pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari
iuran para anggota;
 Pejabat - pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan
17
lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia
Definisi Penghasilan
Pasal 4 ayat (1)

Merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis


yang:
- Diterima atau diperoleh wajib pajak.
- Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
- Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak.

Dengan nama dan dalam bentuk apapun


18
Klasifikasi Umum Penghasilan

Penghasilan dari pekerjaan dan hubungan kerja dan


pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, dan sebagainya.

Penghasilan dari usaha dan kegiatan

Penghasilan dari modal berupa harga gerak ataupun tidak gerak, seperti
bunga, dividen, royalti, sewa dan keuntungan penjualan harga atau hak
yang tidak dipergunakan untuk usaha.

Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang dan


hadiah. 19
Obyek Pajak Penghasilan
Pasal 4 ayat (1)

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang


diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,
komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain;
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba usaha;

20
Obyek Pajak Penghasilan (2)
Pasal 4 ayat (1)

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:


1) pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,
persekutuan, dan badan lainnya;
3) likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
4) pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada
keluarga sedarah garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, pendidikan,
sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan PMK, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang
bersangkutan;
5) Penjualan/pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam
pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan; 21
Obyek Pajak Penghasilan (3)
Pasal 4 ayat (1)

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai


biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil
usaha koperasi;
h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak;
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah; 22
Obyek Pajak Penghasilan (4)
Pasal 4 ayat (1)

l. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;


m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
s. Surplus Bank Indonesia. 23
Bukan Obyek PPh
Pasal 4 ayat (3)

a. Bantuan atau sumbangan, zakat yang diterima oleh badan/ lembaga amil
zakat yang disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima
zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga
keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima
oleh penerima sumbangan yang berhak
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah garis keturunan lurus
satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, sosial termasuk yayasan,
koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak ada
hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak-pihak yang bersangkutan;
24
Bukan Obyek PPh (2)
Pasal 4 ayat (3)

c. Warisan;
d. Harta, termasuk setoran tunai, sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari
Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan WP, WP
yang dikenakan pajak secara final atau WP dengan Norma Penghitungan
Khusus (deemed profit);
f. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
25
Bukan Obyek PPh (3)
Pasal 4 ayat (3)

g. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP


dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
 Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
 Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah
yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan
dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor;
h. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun
pegawai;

26
Bukan Obyek PPh (4)
Pasal 4 ayat (3)

i. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
j. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
 Merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan; dan
 Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia; 27
Bukan Obyek PPh (5)
Pasal 4 ayat (3)

l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur


lebih lanjut dengan atau berdasarkan PMK;
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang
bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya,
yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu
paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan; dan
n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan PMK. 28
Subyek dan Obyek PPN

29
Gambaran Umum PPN
PAJAK ATAS KONSUMSI BKP/JKP
OLEH

ORANG INSTANSI
BADAN
PRIBADI PEMERINTAH

DIKENAKAN ATAS PENYERAHAN BKP/JKP


SYARAT

YANG MENYERAHKAN ADALAH PKP

HARUS

DILAKUKAN DI DALAM DAERAH PABEAN 30


Jenis Subyek PPN

Pengusaha ●


Penyerahan BKP/JKP
Peredaran Bruto > Batasan
Kena Pajak pengusaha kecil

Bukan ●
Pengusaha kecil
Pengusaha ●
Penyerahan bukan BKP/JKP
Kena Pajak
31
Pengusaha Kena Pajak

 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
 menghasilkan barang
 mengimpor barang
 mengekspor barang
 melakukan usaha perdagangan
 memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
 melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa
 atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean
 Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang dikenai PPN 32
Obyek PPN
Pasal 4

 Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan


oleh Pengusaha
 Impor Barang Kena Pajak
 Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha
 Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
 Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
 Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
 Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
 Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. 33
Barang Kena Pajak

BARANG BARANG TIDAK


BERWUJUD BERWUJUD

CONTOH :
BARANG BARANG TAK - MEREK DAGANG
BERGERAK BERGERAK - HAK PATEN
- HAK CIPTA

DIKENAKAN PAJAK MENURUT UU PPN


Kecuali ditentukan lain 34
Barang tidak dikenakan PPN
Pasal 4A ayat (2)

 Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil


langsung dari sumbernya
 Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat
banyak
 Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering
 Uang, emas batangan, dan surat berharga

35
Jasa Kena Pajak
KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN
SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM
MENYEBABKAN

BARANG/FASILITAS/KEMUDAHAN/HAK
TERSEDIA UNTUK DIPAKAI

JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN


BARANG KARENA PESANAN ATAU PERMINTAAN
DGN BAHAN & ATAS PETUNJUK DARI PEMESAN

DIKENAKAN PAJAK MENURUT UU PPN 36


Kecuali ditentukan lain
Jasa tidak dikenakan PPN
Pasal 4A ayat (3)
 Jasa pelayanan kesehatan medis  Jasa tenaga kerja
 Jasa pelayanan sosial
 Jasa perhotelan
 Jasa pengiriman surat dengan perangko
 Jasa yang disediakan oleh
 Jasa keuangan
pemerintah dalam rangka
 Jasa asuransi menjalankan pemerintahan secara
 Jasa keagamaan umum
 Jasa pendidikan  Jasa penyediaan tempat parkir
 Jasa kesenian dan hiburan  Jasa telepon umum dengan
 Jasa penyiaran yang tidak bersifat menggunakan uang logam
iklan
 Jasa pengiriman uang dengan
 Jasa angkutan umum di darat dan di air
wesel pos
serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian yang tidak  Jasa boga atau katering
terpisahkan dari jasa angkutan udara 37
luar negeri
Subyek PPnBM

 Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan BKP


tergolong mewah dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya, dan
 Pengusaha yang mengimpor BKP tergolong mewah

38
Pengenaan PPnBM

DIKENAKAN
HANYA SATU KALI

PADA WAKTU

PENYERAHAN BKP IMPOR BKP


YG TERGOLONG YANG TERGOLONG
MEWAH OLEH PRODUSEN MEWAH

39
Prinsip Barang Obyek PPnBM

 Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok


 Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
 Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi
 Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status

40
Tarif PPnBM

 Tarif PPnBM ditetapkan


 Paling rendah 10%
 Paling tinggi 200%
 Tarif PPnBM atas ekspor sebesar 0%

41
Kelompok BKP Tergolong
Mewah

 Kelompok BKP Mewah selain kendaraan bermotor


 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 75%.
 Kelompok BKP Mewah kendaraan bermotor
 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 75%, 125%

42

Anda mungkin juga menyukai