Anda di halaman 1dari 102

KELAINAN PADA SISTEM SARAF

SUJUD ZAINUR ROSYID


PEMBAHASAN
• STROKE
• EPILEPSI
• DEPRESI DAN KECEMASAN
• INSOMNIA
STROKE
EPIDEMIOLOGI
• Di US merupakan penyebab kematian ketiga
pada orang dewasa
• Merupakan penyebab utama kecacatan pada
orang dewasa
• Faktor riskio untuk stroke sama dengan faktor
risiko untuk penyakit jantung artero sklerosis
SUPLAI DARAH OTAK
DEFINISI STROKE
Adalah setiap gangguan neurologis mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui sistem suplai otak.
Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik
untuk menjelaskan keaadaan infark serebrum
KLASIFIKASI UTAMA
• TROMBOTIK Pembagian belum jelas sehingga di sebut
stroke iskemik ( 80 – 85 %)
• EMBOLIK
• PERDARAHAN / BLEEDING ( 15 – 20 %)
PATOFISIOLOGI UMUM
• Gangguan pasokan aliran darah bisa terjadi dimana saja
yang membentuk sirkulus Willisi
• Jika aliran darah terputus 15 – 20 menit akan terjadi
infark atau kematian jaringan
• Oklusi satu arteri tidak selalu menyebabkan infark 
mngkn terdapat arteri kolateral
• Patofisiologinya dapat berupa :
• Keaadaan penyakit pada pembuluh darah tersebut (aterosklerosis)
• Berkurangnya perfusi aliran darah (syok)
• Gangguan aliran darah karena bekuan atau embolus
• Ruptur vaskular didalam jaringan otak atau subaraknoid
PENYEBAB
• Pada kasus stroke remaja -> faktor
genetika / keturunan
• Pembuluh darah rapuh, mudah pecah,
kelainan
• Sistem darah (hemofilia, thalassemia) -.
Keturunan
• Malas olah raga & bergerak
• Banyak minum alkohol
• Sering makan makanan dengan kadar
kolesterol jahat (Low Density
Lipoprotein) yang tinggi. Misal : junk
food, fast food
• Merokok
• Pengunaan narkotika & zat aditif
• Kurang istirahat
• Stress berkepanjangan
GEJALA
• Separuh badan terasa tebal, kesemutan,
panas seperti terbakar
• Mulut mencong ke kiri / kanan
• Lidah mencong jika dijulurkan
• Bicara pelo / tidak jelas
• Sulit berkata-kata
• Sulit berjalan / berjalan dengan langkah
kecil
• Kelompak mata sulit dibuka
• Gerakan tidak terkoordinasi
• Mendadak lumpuh setengah badan (kiri /
kanan)
• Mendadak pingsan atau koma
FAKTOR RISIKO
• Hipertensi. Kenaikan 10 mmHg dapat
meningkatkan risiko stroke sebanyak 30%
-> faktor yang dapat diintervensi
• Arteriosklerosis, hiperlipidemia,
merokok, obesitas, diabetes mellitus,
usia lanjut, penyakit jantung, penyakit
pembuluh darah tepi, hematokrit tinggi.
• Obat-obatan yang dapat meimbulkan
addiksi (heroin, kokain, amfetamin), obat
kontrasepsi, obat hormonal lain
(terutama pada wanita perokok
&/hipertensi)
• Kelainan hemoreologi darah (misal :
anemia berat, polisitemia, kelainan
koagulopati, & kelainan darah yang lain
• Beberapa penyakit infeksi, misal ; lues,
rematik (SLE), herpes zooster
PENCEGAHAN
• Pola hidup sehat
• Olah raga teratur
• Hindari konsumsi makanan berkolesterol
tinggi
• Cukup istirahat
• Kurangi stress
Transient Ischemic Attack
(TIA)
Transient ischemic attack (TIA) is a warning sign
of a future stroke – up to 40 percent of TIA
patients will have a future stroke
Symptoms of TIAs are the same as stroke
TIA symptoms can resolve within minutes or
hours
It is important to seek immediate medical
attention if you suspect that you are having or
have had a TIA

© 2011 National Stroke Association


How Do You Prevent
Stroke?

National Stroke Association


recommends that you follow
these guidelines to help people
reduce their risk for stroke.

© 2011 National Stroke Association


Stroke Prevention
Guidelines
1. Know your blood pressure. Have it checked
at least annually. If it is elevated, work with
your healthcare professional to control it.
2. Find out if you have atrial fibrillation (Afib) –
a type of irregular heartbeat. If you have it,
work with your healthcare professional to
manage it.
3. If you smoke, stop.
© 2011 National Stroke Association
Stroke Prevention
Guidelines
4. If you drink alcohol, do so in moderation.
5. Know your cholesterol number. If it is high,
work with your doctor to control it.
6. If you are diabetic, follow your doctor’s
recommendations carefully to control your
diabetes.

© 2011 National Stroke Association


Stroke Prevention
Guidelines
7. Include exercise in your daily routine
8. Enjoy a lower sodium (salt) and lower fat diet
9. If you have circulation problems, work with your
healthcare professional to improve your circulation.
10. If you experience any stroke symptoms, call 9-1-
1 immediately. Every minute matters!

© 2011 National Stroke Association


Acute Stroke Treatments

Ischemic stroke (brain clot)

– Clot busting medication: tPA (tissue


plasminogen activator)
– Clot-removing devices: Merci Retriever,
Penumbra
Hemorrhagic stroke (brain bleed)

– Clipping
– Coiling
© 2011 National Stroke Association
Stroke Recovery

10 percent of stroke survivors recover almost completely

25 percent recover with minor impairments

40 percent experience moderate to severe impairments


requiring special care

10 percent require care within either a skilled-care or


other long-term care facility

15 percent die shortly after the stroke


© 2011 National Stroke Association
Epilepsi
Epilepsi
• suatu gangguan saraf kronik, dimana terjadikejang
yang bersifat reccurent
• Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron
cortical yang berlebihan di dalam korteks serebral
dan ditandai dengan adanya perubahan aktifitas
elektrik pada saat dilakukan pemeriksaan EEG.
• Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi
tergantung dari daerah otak fungsional yang
terlibat
Epidemiologi
• Setiap tahun terjadi sekitar 125.000 kasus epilepsi baru di
United States.
• 30%nya terjadi pada usia muda kurang dari 18 tahun pada
saat terdiagnosa.
• Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy  pada
kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan semua
data lab juga normal, selain itu ada stigma tertentu pada
penderita epilepsy  malu/enggan mengakui
Etiologi
• Epilepsi --- gangguan/abnormalitas dari pelepasan neuron.
• Banyak hal yang bisa menyebabkan terjadinya abnormalitas
pelepasan neuron, seperti :
– Birth trauma
– Cedera kepala
– Tumor otak
– Penyakit cerebrovaskular
– Genetik
– Idiopatik
Patofisiologi
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi
dan eksitatori pada otak

terjadi karena :
• Kurangnya transmisi inhibitori
– Contoh: setelah pemberian antagonis
GABA, atau selama penghentian
pemberian agonis GABA (alkohol,
benzodiazepin)
• Meningkatnya aksi eksitatori  meningkatnya
aksi glutamat atau aspartat
Fisiologi Normal
Diagnosis
• Pasien didiagnosis epilepsi
jika mengalami serangan
kejang secara berulang
• Untuk menentukan jenis
epilepsinya, selain dari gejala,
diperlukan berbagai alat
diagnostik :
– EEG
– CT-scan
– MRI
– Lain-lain
Klasifikasi epilepsi
• Berdasarkan tanda klinik dan
data EEG, kejang dibagi menjadi :
– kejang umum (generalized seizure)
 jika aktivasi terjadi pd kedua
hemisfere otak secara bersama-
sama
– kejang parsial/focal  jika dimulai
dari daerah tertentu dari otak
Kejang umum terbagi atas:
• Tonic-clonic convulsion = grand mal
– merupakan bentuk paling banyak terjadi
– pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur
– bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
– terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit
kepala atau tidur
• Abscense attacks = petit mal
– jenis yang jarang
– umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja
– penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai
– kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
• Myoclonic seizure
– biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
– pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
– jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
• Atonic seizure
– jarang terjadi
– pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot  jatuh, tapi bisa segera recovered
Kejang parsial terbagi menjadi :
• Simple partial seizures
– pasien tidak kehilangan kesadaran
– terjadi sentakan-sentakan pada
bagian tertentu dari tubuh
• Complex partial seizures
– pasien melakukan gerakan-gerakan
tak terkendali: gerakan mengunyah,
meringis, dll tanpa kesadaran
Sasaran Terapi
• Mengontrol (mencegah dan mengurangi frekuensi)
supaya tidak terjadi kejang - beraktivitas normal lagi
• Meminimalisasi adverse effect of drug

Strategi Terapi
• Mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf
yang berlebihan  melalui perubahan pada kanal ion atau
mengatur ketersediaan neurotransmitter
Prinsip pengobatan pada epilepsi
• Monoterapi
– Menurunkan potensi AE
– Meningkatkan kepatuhan pasien
• Hindari / minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif
• Jika monoterapi gagal, dapat diberikan sedatif atau
politerapi
• Pemberian terapi sesuai dengan jenis epilepsinya
• Mulai dengan dosis terkecil (dapat ditingkatkan sesuai
dengan kondisi pasien)
Prinsip pengobatan pada epilepsi

• Variasi individual -- perlu pemantauan


• Monitoring kadar obat dalam darah -
penyesuaian dosis
• Lama pengobatan tergantung jenis epilepsinya,
kondisi pasien dan kepatuhan pasien
• Jangan menghentikan pengobatan secara tiba-
tiba (mendadak)
Penatalaksanaan Terapi

• Non farmakologi :
– Amati faktor pemicu

– Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress,


OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur,
terlambat makan, dll.

• Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi


Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
• Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
• Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat

Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:


• agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin, barbiturat
• menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA meningkat 
contoh: Vigabatrin
• menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA  contoh:
Tiagabin
• meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien 
mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool 
contoh: Gabapentin
ANXIETY
DISORDER
Ansietas atau gangguan cemas adalah suatu
perasaan ketakutan yang dikarakterisir oleh
simptom fisikal seperti palpitasi, berkeringat
dan stress. Ansietas juga merupakan salah
satu jenis gangguan jiwa non psikosis.

Ansietas adalah kecemasan yang berlebihan,


tidak beralasan, dan tidak sesuai dengan
realita
PATOFISIOLOGI

• Berhubungan dengan beberapa


neurotransmitter yaitu Norepinefrin (NE) , γ-
aminobutyric acid/GABA, dan serotonin (5-
HT).
• Ada beberapa Teori :
– Model Noradrenergik
– Model Reseptor Benzodiazepin
– Model Serotonin
PATOFISIOLOGI…
1. Model Noradrenergik

• sistem saraf autonom penderita ansietas bersifat


hipersensitif dan mempunyai reaksi yang
berlebihan terhadap berbagai jenis
stimulus/rangsangan.
• LC (locus ceruleus) sebagai pusat alarm, akan
mengaktivasi pelepasan NE dan menstimulasi
sistem saraf simpatik dan parasimpatik.
PATOFISIOLOGI…
2. Model Reseptor GABA
• GABA = major inhibitory neurotransmitter di CNS
• Benzodiazepin = meningkatkan efek inhibisi dari GABA
• Secara fungsional dan structural, reseptor benzodiazepin
berhubungan dengan reseptor GABA tipe A (GABAA) dan
chanel ion yang dikenal sebagai GABA-BZ reseptor complex.
• Pada pasien dengan GAD, ikatan BZ pada lobus temporal
bagian kiri itu menurun
PATOFISIOLOGI…

3. Model Serotonin
• Ansietas berhubungan dengan transmisi 5HT
yang berlebihan atau overaktivitas dari
simulasi jalur 5HT
• Mekanisme kerja 5HT terhadap anxietas
belum jelas.
Etiologi...

• Lingkungan dan kondisi stress


• Penyakit2 lain yang berhubungan dengan
tanda & gejala anxietas
– CHF, IHD, asthma, lupus, dll
• Obat-obatan yang dapat menimbulkan tanda
anxietas
– carbamazepin, quinolon, teofilin, alcohol, sedative
Anxiety and Avoidance behaviour

Jenis-jenis anxietas :
1.General Anxiety Disorders (GAD)
2.Panic disorders (PD)
3.Social Anxiety Disorder
4.Specific Phobia
5.Obsessive Compulsive Disorders (OCD)
6.Post Traumatic Stress Disorders (PTSD)
GAD
Diagnosis

Mengalami GAD jika terdapat


simptom2 tersebut yang
persisten selama
minimal 6 bulan

GAD biasa terjadi pada usia


sekitar 21 tahun

Kemungkinan untuk relaps


tinggi, dan susah untuk
dipulihkan

Biasanya GAD disertai dengan


gangguan lain seperti depresi
Panic disorder

Spontaneous panic attacks

Selama serangan, pasien


setidaknya mengalami 4 tanda
psikologis dan physical.

Panic attack sekitar 20-30 menit

Terkadang disertai dengan


agoraphobia (tempat atau situasi)
Social Anxiety Disorder (SAD)

Related to panic attack

Untuk usia <18 th, dapat didiagnosa


SAD jika tanda dan gejala yang
terjadi sudah sekitar 6 bulan

Rata-rata terjadi pada usia teens

Lebih sering pada wanita drpd pria


Tujuan Terapi

• Mengurangi keparahan, durasi, dan frekuensi dari


gejala
• Mencegah keadaan ansietas bertambah parah
• Meningkatkan kepatuhan pasien dalam pengobatan
• Menghindari stressor yang dapat memicu kejadian
ansietas
• Memfasilitasi pasien untuk kembali ke keadaan
normal
• Meningkatkan kualitas hidup pasien
Strategi Terapi

Non Farmakologi
• Psychoeducation
• Manajemen stress
• Meditasi
• Yoga
• Olahraga
• CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
Farmakologi
• Benzodiazepin diketahui lebih efektif, aman, dan sering
diresepkan untuk akut anxiety
• Antidepresan sebagai terapi pilihan untuk terapi kronik
anxiety, terutama jika muncul simptom depresi
• Buspiron dapat diberikan untuk pasien yang tidak memiliki
komorbid depresi atau gangguan anxietas lainnya.
DEPRESI
Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih
dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi
seseorang sampai menyebabkan
terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya
maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan
depresi.

Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang


berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan
semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi
merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri
Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:

a) Faktor Organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak


terutama serotonin

b) Faktor Psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran


perilaku terhadap suatu situasi sosial

c) Faktor Sosial - Lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup,


kehilangan pekerjaan, pasca bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari
lainnya
GEJALA KLINIS

Gejala depresi pada setiap orang berbeda – beda, hal ini


tergantung pada berat atau ringannya gejala. gejala yang ditemui
pada pasien depresi yaitu gejala emosional, gejala fisik, gejala
intelektual atau kognitif dan gangguan psikomotor.
Gejala emosi ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
menikmati kesenangan, kehilangan minat, kegiatan, hobi yang
biasa dikerjakan, tampak sedih, pesimis, tidak ada rasa percaya
diri, merasa tidak berharga, perasaan cemas yang berlebihan,
merasa bersalah yang tidak realistis, dan berhalusinasi.
Gejala Fisik yang biasa muncul adalah kelelahan, nyeri
(terutama kepala), gangguan tidur (sulit tidur,
terbangun di malam hari), ganguan nafsu makan,
keluhan pada sistem pencernaan, keluhan pada sistem
kardiovaskular (terutama palpitasi) dan hilangnya
gairah seksual.
Gejala Intelektual atau Kognitif, meliputi: penurunan
kemampuan untuk berkonsentrasi, ingatan yang lemah
terhadap kejadian yang baru terjadi, kebingungan dan
ketidakyakinan.
Gejala Psikomotorik yang biasanya muncul yaitu,
retardasi psikomotorik (perlambatan gerakan fisik,
proses berpikir, dan bicara) atau agitasi psikomotor.
Etiologi dan Patofisiologi
Depresi
Etiologi gangguan depresi sangat komplek dan melibatkan
banyak faktor, seperti faktor sosial, perkembangan jiwa dan
biologis, sehigga untuk menjalaskannya tidak dapat dijelaskan
dari satu macam faktor. Faktor – faktor yang terlibat biasa
muncul secara bersama – sama tetapi juga biasa sendiri – sendiri

Patofisiologi depresi dijelaskan dalam beberapa hipotesis. Amina


biogenik merupakan hipotesis yang menyatakan, depresi
disebabkan menurunnya atau berkurangnya jumlah
neurotransmitter norepinefrin (NE), serotonin ( 5 – HT) dan
dopamine (DA) dalam otak
Terapi
Farmako
logi

Antidepresan adalah obat yang dapat


digunakan untuk memperbaiki
perasaan (mood) yaitu dengan
meringankan atau menghilangkan
gejala keadaan murung yang
disebabkan oleh keadaan sosial –
ekonomi, penyakit atau obat – obatan.
Terapi Non
Farmakologi

Psikoterapi adalah terapi pengembangan yang digunakan untuk menghilangkan


atau mengurangi keluhan – keluhan serta mencegah kambuhnya gangguan pola
perilaku maladatif. Teknik psikoterapi tersusun seperti teori terapi tingkah laku,
terapi interpersonal, dan terapi untuk pemecahan sebuah masalah. Dalam fase
akut terapi efektif dan dapat menunda terjadinya kekambuhan selama menjalani
terapi lanjutan pada depresi ringan atau sedang. Pasien dengan menderita depresi
mayor parah dan atau dengan psikotik tidak direkomendasikan untuk
menggunakan psikoterapi. Psikoterapi merupakan terapi pilihan utama untuk
pasien dengan menderita depresi ringan atau sedang.
• PENGGOLONGAN MLL MEKANISME KERJA (TABEL1)
• ANTIDEPRESAN MENINGKATKAN SIGNALING SEROTONIN ATAU
NOREPINEFRIN MELALUI INHIBISI REUPTAKE PADA CELAH SINAP
(gamb.1A & 1B)
• SSRIs, NRI, DUAL-ACTION  MENGHAMBAT SEROTONIN DAN
NOREPINEFRIN
• MAOIs  MENGHAMBAT DEGRADASI MONOAMINE MELALUI
MONOAMINE OXIDASE A ATAUB
• LAINNYA : 2- ADRENERGIC AUTORECEPTOR  RESULTANTE 
↑ PELEPASAN NOREPINEFRIN, RESEPTOR-
HYDROZYTRYPTAMINE2A (5-HT2A) ATAU KEDUANYA.
STRATEGI TERAPIUTIK MENYELURUH
•FARMAKOTERAPI MONITORING:
•EDUKASI RESPON KLINIS
•PSIKOTERAPI IDE & PERILAKU BD

STRATEGI
RENCANA TERAPI:
KEPATUHAN: - OUTCOME SEBELUMNYA
EDUKASI PASIEN & - SUBTIPE GGN MOOD
KELUARGA - KEPARAHAN EPISODE
- RISIKO BUNUH DIRI
- KOMORBIDITAS PSIKIATRIK & MEDIK
- OBAT NONPSIKIATRIK
- STRESOR PSIKOSOSIAL
INSOMNIA
FISIOLOGI TIDUR

 Makhluk hidup mempunyai irama sirkardian kehidupan yang sesuai


dengan beredarnya waktu dalam siklus 24 jam.

 Fase Tidur  susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron


di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi

 Terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang


disebut sebagai pusat tidur (sleep center).
 Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/
desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut
sebagai pusat penggugah (arousal center).
FISIOLOGI TIDUR
PEMBAGIAN TIDUR
• Tidur Dibagi Menjadi 2 Tipe Yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

• Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu
diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.

• Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur dan dibagi
emnjadi 4 stadium. Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan
waktu tidur. Tidak dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM
PEMBAGIAN TIDUR (NREM)
PEMBAGIAN KETERANGAN

Stadium 1 • berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium ini dianggap stadium
tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran kumparan tidur yang khas,
bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7 siklus perdetik, yang disebut
gelombang teta

Stadium 2 • berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan
gelombang yang berbentuk pilin (spindle shaped) yang sering dengan frekuensi 12
sampai 14 siklus perdetik, lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada
stadium ini, orang dapat dibangunkan dengan mudah

Stadium 3 • berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG menggambarkan gelombang
bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga 2,5 siklus perdetik, yaitu gelombang delta.
Orang tidur dengan sangat nyenyak, sehingga sukar dibangunkan

Stadium 4 • berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran EEG hampir sama dengan
stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4
juga dikenal dengan nama tidur dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS)
PEMBAGIAN TIDUR
POLA SIKLUS BANGUN dan TIDUR

* Kadar melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam 9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan menghilang pada jam
9 pagi.
PERUBAHAN TIDUR AKIBAT PROSES
MENUAAN
• Orang usia lanjut mengalami waktu tidur yang dalam lebih pendek,
sedangkan tidur stadium 1 dan 2 lebih lama.
• Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari tidak ada
gangguan dalam tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada kegiatan dan
cenderung tidak aktif, malamnya akan sulit tidur.5
• Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta perubahan temperatur
tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin menurun dengan
meningkatnya umur.
Lanjutan...
DEFINISI INSOMNIA
 Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal
kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-
restoratif yang berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan
gangguan signifikan atau gangguan dalam fungsi individu.

 The International Classification of Diseases mendefinisikan Insomnia


sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur yang terjadi
minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan

 Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia


adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa
tidak nyaman setelah episode tidur tersebut.
KLASIFIKASI INSOMNIA
Dalam ICD 10, insomnia dibagi menjadi 2 yaitu:
• Organik
• Non-organik
• Dyssomnias (gangguan pada lama, kualitas dan waktu tidur)
• Parasomnias (ada episode abnormal yang muncul selama tidur seperti mimpu buruk, berjalan
sambil tidur, dll)

Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
• Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain
• Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum
• Gangguan tidur yang diinduksi oleh bahan-bahan atau keadaan tertentu
• Gangguan tidur primer (gangguan tidur tidak berhubungan sama sekali dengan
kondisi mental, penyakit, ataupun obat-obatan.) Gangguan ini menetap dan
diderita minimal 1 bulan.
Lanjutan...
Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang direvisi,
insomnia diklasifikasikan menjadi:
a. Acute insomnia
b. Psychophysiologic insomnia
c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)
d. Idiopathic insomnia
e. Insomnia due to mental disorder
f. Inadequate sleep hygiene
g. Behavioral insomnia of childhood
h. Insomnia due to drug or substance
i. Insomnia due to medical condition
j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,
unspecified (nonorganic)
10
k. Physiologic insomnia, unspecified (organic)
PENYEBAB INSOMNIA

Stress

Kecemasan dan depresi


Kafein, nikotin,
alkohol
Kondisi medis
Perubahan lingkungan
Belajar
‘insomnia’

INSOMNIA
Lanjutan...
• Stres: Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga
dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk
tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau
penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan,
dapat menyebabkan insomnia.

• Kecemasan Dan Depresi:Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan


kimia dalam otak atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

• Obat-obatan: Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur,


termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat
alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.
Lanjutan...
• Kafein, Nikotin Dan Alkohol: Kopi, teh, cola dan minuman yang
mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan
stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat
penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi
mencegah tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di
tengah malam.

• Kondisi Medis: Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan


bernapas dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk
mengalami insomnia lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala
tersebut. Kondisi ini dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal
jantung, penyakit paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD),
stroke, penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer.
Lanjutan...
• Perubahan Lingkungan Atau Jadwal Kerja: Kelelahan akibat perjalanan
jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan terganggunya irama
sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk tidur. Ritme sirkadian bertindak
sebagai jam internal, mengatur siklus tidur-bangun, metabolisme, dan
suhu tubuh.

• “Belajar” Insomnia: Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan
tentang tidak bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh
tertidur. Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika
mereka berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka
tidak mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau
membaca.
FAKTOR RESIKO
Lanjutan...
• Wanita: Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan
hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan
peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot
flashes sering mengganggu tidur.
• Usia Lebih Dari 60 Tahun: Karena terjadi perubahan dalam pola tidur,
insomnia meningkat sejalan dengan usia.
• Memiliki Gangguan Kesehatan Mental: Banyak gangguan, termasuk
depresi, kecemasan, gangguan bipolar dan post-traumatic stress disorder,
mengganggu tidur.
• Stres: Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka
panjang seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat
menyebabkan insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga
meningkatkan risiko terjadinya insomnia.
• Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja: Bekerja di malam
hari sering meningkatkan resiko insomnia.
TANDA DAN GEJALA
• Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari
• Sering terbangun pada malam hari
• Bangun tidur terlalu awal
• Kelelahan atau mengantuk pada siang hari
• Iritabilitas, depresi atau kecemasan
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Peningkatan kesalahan dan kecelakaan
• Ketegangan dan sakit kepala
• Gejala gastrointestinal
DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:
– Pola tidur penderita.
– Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.
– Tingkatan stres psikis.
– Riwayat medis.
– Aktivitas fisik
– Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.
KRITERIA DIAGNOSTIK INSOMNIA NON-ORGANIK
BERDASAR PPDGJ
 Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:
 Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau kualitas tidur
yang buruk
 Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan
 Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan terhadap
akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari
 Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan penderitaan
yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan pekerjaan
 Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak
menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.
 Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan
yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)
tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)
atau gangguan penyesuaian (F43.2)
PENATALAKSANAAN NON-FARMAKOLOGI

Trap Tingkah Laku :


• Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik,
• Teknik Relaksasi
• Terapi kognitif
• Restriksi Tidur
• Kontrol stimulus
Lanjutan...

Gaya Hidup Dan Pengobatan Di Rumah


• Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur
• Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.
• Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.
• Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.
• Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan pernapasan
atau beribadah
• Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada
malam hari.
• Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari
kebisingan
• Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap
hari sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.
• Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin
• Menghindari makan besar sebelum tidur
• Cek kesehatan secara rutin
• Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI

1. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)


2. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)
Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :
• Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur) Obat yang dibutuhkan
adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia” yaitu golongan
benzodiazepine (Short Acting)  Misalnya pada gangguan anxietas
• Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk
kembali ke proses tidur selanjutnya) Obat yang dibutuhkan adalah bersifat
“Prolong latent phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan heterosiklik
antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik)  Misalnya pada gangguan depresi
• Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan
terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat
yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-Insomnia”, yaitu
golongan phenobarbital atau golongan benzodiazepine (Long acting).
Lanjutan...
Lanjutan...
Lanjutan...
 Kontraindikasi :
 Sleep apneu syndrome
 Congestive Heart Failure
 Chronic Respiratory Disease

 Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko


menimbulkan “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities)
khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan
melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
• Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada
gangguan lain spt depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai
skizophrenia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai