Anda di halaman 1dari 12

Kebijakan Fiskal

Dalam
Ekonomi Syariah

KEIRIMAI RATRIEKA FIBERANTIKA


1905066027
KELAS A
PENDIDIKAN EKONOMI 2019
EKONOMI SYARIAH
Pengertian Kebijakan
Fiskal
Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah
untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem
pajak atau dalam perbelanjaan dengan maksud untuk
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Kebijakan fiskal meliputi langkah-langkah pemerintah
membuat perubahan dalam bidang perpajakan dan
pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat (keseluruhan)
dalam perekonomian.
Your Picture Here

Kebijakan Fiskal pada Zaman Nabi Muhammad Saw.


Sejak zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin, dan kemudian dikembangkan oleh para ulama. Ibnu Khaldun
(1404) mengajukan obat untuk resesi berupa mengecilkan pajak dan meningkatkan pengeluaran pemerintah,
pemerintah adalah pasar terbesar, ibu dari semua pasar, dalam hal besarnya pendapatan dan penerimaannya. Jika
pasar pemerintah mengalami penurunan, wajar bila pasar yang lain pun akan ikut menurun, bahkan dalam agregat
(keseluruhan) yang lebih besar

Di zaman Rasulullah SAW., sisi penerimaan APBN terdiri atas kharaj (sejenis pajak tanah), zakat, kums
(pajak 1/5), jizyah (sejenis pajak atas badan orang nonmuslim), dan penerimaan lain-lain (di antaranya
kaffarah/denda). Di sisi pengeluaran, terdiri atas pengeluaran untuk kepentingan dakwah, pendidikan dan
kebudayaan, iptek, hankam, kesejahteraan sosial, dan belanja pegawai. Penerimaan zakat dan kums
dihitung secara proporsional, yaitu dalam persentase dan bukan ditentukan nilai nominalnya. Secara
ekonomi makro, hal ini akan menciptakan stabilitas. la akan menstabilkan harga dan menekan inflasi ketika
permintaan agregat (keseluruhan) lebih besar daripada penawaran agregat.
Hal ini tergambar dalam struktur pajak dalam ekonomi

Kebijakan Islami. Walaupun instrument fiskal berupa pajak


tampak sama dengan yang berlaku dalam sistem
ekonomi kontemporer, namun pada hakikatnya

Fiskal berbeda. Dalam Ekonomi Syariah menggunkan sumber


lain yaitu Zakat.

Ekonomi Pembangunan Ekonomi mempersyaratkan efisiensi

Syariah alokasi yang merupakan dimensi unik dalam ekonomi


Islami. Kecukupannya kondisi marginal tidak dapat
menjamin efisiensi dalam pengalokasian sumber daya,
sebab divergensi antara keuangan swasta dan prioritas
sosial akan menunjang terwujudnya kesejahteraan
publik dan akibatnya pada pembangunan ekonomi dari
perspektif ekonomi Syariah.
Tujuan Kebijakan Fiskal Ekonomi
Syariah
Al-ukhuwwa (persaudaraan)

Al-ihsan (berbuat baik) .

Al-nasihah (memberi nasihat)


Al-istiqamah (teguh pendirian)

Al-taqwa (bersikap takwa)


Tujuan Kebijakan
Fiskal Ekonomi
Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah
untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat Syariah
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan
pemerataan pendapatan, ditambah dengan
tujuan lain yang terkandung dalam aturan Islam
yaitu Islam menetapkan pada tempat yang
tinggi akan terwujudnya persamaan dan
demokrasi sesuai dengan QS. 59: 7, ekonomi
Islam akan dikelola untuk membantu dan
mendukung ekonomi masyarakat yang
terbelakang dan untuk memajukan serta
menyebarkan ajaran Islam seluas mungkin.
Instrumen Kebijakan Fiskal
Ekonomi Syariah

1
Kebijakan pendapatan, yang tercermin dalam kebijakan pajak,
kedua: kebijakan belanja (pengeluaran). Kedua instrumen tersebut
akan tercermin dalam anggaran belanja negara

2
Instrumen kebijakan pendapatan (merupakan sumber
penerimaan negara) terdiri dari dari: zakat, kharaj (pajak
bumi/tanah), ghanimah (harta rampasan peran), jizyah (pajak
yang dikenakan pada kalangan non muslim, pajak atas
pertambangan dan harta karun, bea cukai dan pungutan

3
Jika diklasifikasikan, maka sumber penerimaan negara
(pendapatan negara) ada yang bersifat rutin seperti zakat,
Sumber instrumen kebijakan fiskal ekonomi kharaj, ushr (cukai), infak, shadaqah, serta pajak jika diperlukan,
Syariah: Pajak, Pengeluaran Pemerintah dan ada yang bersifat temporer seperti ghanimah, fa’i, dan harta
dan Zakat. yang tidak ada pewarisnya.
Zakat Pendorong Kebijakan Fiskal
Ekonomi Syariah
Zakat akan memakan harta yang didiamkan
(ditimbun)

Zakat merupakan sesuatu yang sangat


berharga bagi orang yang tidak beruntung, hal
ini akan mendorong tercapainya standar hidup
masyarakat miskin, memperbaiki
produktivitasnya.

Institusi zakat dapat menambah atau meningkatkan agregat


permintaan dalam skala makro ekonomi. Hal ini akan
mengarahkan pada pencapaian pertumbuhan investasi dan
ekonomi.
Zakat

Pemerintah Ekonomi Untuk redistribusi Zakat Pendorong


sumber dari orang
Syariah menggunakan
rancangan program yang bercukupan Kebijakan Fiskal
pengeluaran yang serupa
dalam rangka untuk
kepada orang yang
kekurangan Ekonomi Syariah
pencapaian kesejahteraan pendapatannya.
masyarakat
Kebijakan fiskal dalam
Ekonomi Syariah dalam
konteks pembiayaan
Tata cara hidup ekonomi
pemerintah adalah tidak
Syariah memiliki karakter
mengurangi pengeluarannya
melalui institusi politis, yang
pada tingkat yang lebih
dapat mendukung
rendah
terciptanya lingkungan
ekonomi secara baik,
sehingga membantu
tercapainya full employment
Sumber Pengeluaran
Kebijakan Fiskal Ekonomi
Syariah

Pemerintah saat ini memiliki sumber pengeluaran yang


unik, yaitu Institusi zakat serta Badan Wakaf Nasional
(BW). Zakat mendorong terjadi perputaran harta. Karen
zakat, harta tidak tertimbun, dapat mendorong investasi,
meningkatkan efektivitas permintaan.

Efisiensi alokatif memiliki suatu dimensi unik dalam


Ekonomi Syariah. Hal ini menunjuk kepada produktivitas
maupun harapan sosial yang ditentukan oleh norma dan
nilai Syariah.
Pengeluaran Belanja
Kebijakan Fiskal Ekonomi
Syariah
Kebijakan belanja (pengeluaran) di antaranya adalah kepentingan
pertama diarahkan pada biaya pertahanan negara dan menjaga
perdamaian negara

Kepentingan kedua untuk pokok pengeluaran lain. Menurut Ibn Taimiyah


sebagaimana dikutip oleh Eko Suprayitno, dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengeluaran untuk para gubernur, menteri dan pejabat pemerintah lain tak
dapat dielakkan oleh pemerintah manapun, harus dibiayai dari anggaran
penerimaan fa’i
2. Memelihara keadilan. Negara harus mengurus hakim atau qadhi
3. Biaya pendidikan warga negara, baik siswa maupun gurunya
4. Utilitas (kegunaan) umum, infrastruktur dan gugus tugas ekonomi, harus
ditanggung negara.
Kesimpulan kebijakan
fiskal Ekonomi Syariah
Terkait anggaran penerimaan kebijakan fiskal ekonomi syariah
diperoleh melalui zakat, kharaj (pajak pertanian), jizyah (pajak
Terima perorangan), khums (pajak harta rampasan perang), usyur (pajak
perdagangan), warisan kalalah (orang yang tidak mempunyai ahli

kasih waris), kaffarat (denda), hibah dan pendapatan lain yang bersumber
dari usaha yang halal.
Adapun mekanisme penggunaan dana-dana tersebut, ada instrument
yang penggunaan dananya bersifat terikat seperti zakat dan ada pula
yang bersifat tidak terikat. Terkait kebijakan anggaran belanja negara,
ada suatu perbedaan yang mendasar mengenai sistem anggaran
belanja islam dengan modern. Islam menitik beratkan pada masalah
pelayanan terhadap urusan ummat, yang telah diserahkan oleh syarat
dan ditetapkan sesuai dengan apa yang menjadi pandangan agama
islam.

Anda mungkin juga menyukai